Kamis, 13 November 2014

LAPORAN KKL CANGAR DI TAMAN HUTAN RAYA R. SOERYO“KEANEKARAGAMAN LUMUT,LICHEN DAN JAMUR”




LAPORAN KKL CANGAR DI TAMAN HUTAN RAYA R. SOERYO
“KEANEKARAGAMAN LUMUT,LICHEN DAN JAMUR”

Dosen pengampu :
Ainun Nikmati Laili,M.Si

Oleh :
Rahma Rahiima K.                              (13620090)
Akhmad Bashori Alwi                        (13620093)
Ana Faiqotul M.                                  (13620103)
M. Faiz Nashrulloh                             (13620114)
Nurul Baroroh                                     (13620119)


Kelas : Biologi C


 





JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia masuk ke dalam negara tropis yang memiliki banyak  keanekaragaman flora dan fauna lebih dari negara-negara yang lain. Dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa sehingga memungkinkan berbagai macam organisme dapat berhabitat di dalamnya. Dikarenakan suhu yang begitu mendukung untuk kehidupan setiap populasi di sana. Diantara keanekaragamnnya adalah berbagai jenis tumbuhan yang mampu tumbuh dengan baik. Tidak hanya tumbuhan tingkat tinggi, namun juga tumbuhan tingkat rendah, tersebar luas di seluruh tanah air. Seperti halnya lumut, lichen dan jamur yang termasuk tumbuhan tingkat rendah, terutama terdapat pada daerah hutan tropis. Salah satu golongan tumbuhan tingkat rendah adalah lumut,lichen dan jamur. Ketiga spesies ini mampu tumbuh dengan subur dengan cuaca yang ada di Indonesia. Persamaan dari ketiganya yaitu mereka menyukai tempat-tempat yang cenderung lembab dengan sinar matahari sedikit dan kelembapan air yang tinggi. Apalagi lichen. Lichen merupakan tumbuhan perintis yang merintis adanya ekosistem tumbuhan, karena lichen mampu tumbuh di habitat yang ekstrim sekalipun.
Cangar merupakan salah satu kawasan perbukitan yang masuk dalam lingkup kota Batu. Pada wisata cangar terdapat beberapa kawasan hutan yang masuk dalam lingkup pegunungan hutan yang suhunya masih rendah antara 18-20o , komponen biotik yang banyak ditumbuhi pohon besar dan banyak jenis jamur, lichen serta lumut yang menjadi indikator bahwa daerah ini masih sangat alami dan belum banyak terekploitasi. Keberadaan hutan Cangar dengan berbagai macam komponen tumbuhan merupakan ekosistem yang sangat penting bagi rantai makanan di kawasan tersebut. Beberapa flora yang ditemukan disini umumnya tidak bisa kita temukan di tempat lain dengan keadaan suhu yang lebih tinggi. Terutama dari golongan lichen,lumut, dan jamur.
Kuliah Kerja Lapangan dilakukan di Pemandian Air Panas Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soeryo Cangar Jawa Timur, tepatnya di hutan Cangar membuktikan dengan adanya beragam spesies dari objek yang diamati, bahwa Indonesia memang kaya dan hal ini menjadi pertimbangan penting untuk semakin mengeksplorasi keanekaragaman tersebut untuk Kemajuan sains dan masyarakat. hal ini bertujuan agar mahasiswa mudah dalam mencari sampel untuk penelitian. Karena di hutan ini masih banyak spesies-spesies yang tumbuh liar dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana penelitian.
1.2 Tujuan                                                                                                              
            Tujuan  dilaksanaknya praktikum ini adalah :
1.      Untuk mengetahui morfologi dan siklus hidup tumbuhan lumut, lichen, dan jamur di hutan Cangar, Batu Malang
1.3    Manfaat
Manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini adalah
1.      Menambah pengetahuan peneliti
2.      Memberikan informasi mengenai adanya keanekaragaman dari Lichenes, Jamur dan Bryophyta.
3.      Pelestarian sumber daya alam hayati.


BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA
2.1 Lichenes
            Lichen merupakan simbiosis antara jamur (mycobionts) dan alga atau cyanobacteria (photobionts). Lichen dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu crustose, foliose, dan fruticose. Lichen tumbuh di batang pohon, tanah, batuan, dinding atau substrat lainnya dan dalam berbagai macam kondisi lingkungan, mulai dari daerah gurun sampai daerah kutub. Lichen tumbuh sangat lambat, bahkan hanya beberapa sentimeter dalam setahun (septiana, 2010).
Lichenes crustose (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Gunawan, 2000).
Crustose memiliki warna hijau tua, hijau keabuan/ kusam, putih dan putih keabuan. Warna talus dapat semakin menggelap seiring dengan bertambahnya umur serta khasnya akan mengikuti tempat kondisi dan tempat tumbuhnya. Perubahan warna dapat terjadi karena adanya perubahan kadar klorofil pada talus Lichen yang disebabkan gas-gas yang bersifat racun/pencemaran. Penampakan warna talus dari suatu jenis Lichen tidak selalu memperlihatkan warna yang konsisten atau tetap, hal ini tergantung pada substrat dan kondisi tempat tumbuh talus Lichen seperti pada spesies Cryptothecia striata (Nurjanah, 2012).
Secara anatomi lichenes juga memiliki bagian-bagian yang menarik karena adanya lapisan fungi atau lapisan luar korteks yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat untuk menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh dan lapisan alga yang mengandung ganggang serta terdapat rhizome yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat pada substrat yang dikenal sebagai rhizoid atau lapisan lichens yang paling kuat melekat atau menempel pada substrat ini yang paling terkenal adalah pyrenolichenes (Campbel,2004).
Lichen yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut  (Tjitrosoepomo,2009):
1.      Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
2.      Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering terbentuk dalam bagian khusus dari talus yang mempunya batas-batas yang jelas yaitu sorala.
3.      Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
2.2 Lumut        
Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di empat-tempat yang  lembap. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun safropit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf), tetapi safropit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri, menyediuakannutrisi bagi sporofit. Pada lumut gametofitlah yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak mempunyai akar, batang dan daun, lumut belum memiliki akar sejati hanya memiliki akar semu yang disebut dengan rhizoid. (Birsyam, 2004)

Bryophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gametofit dan sporofit. Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari. Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan dibandingkan fase sporofitnya. Hal ini bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh (akan di bahas pada subbab selanjutnya) yang memiliki fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan fase gametofit. Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel kelamin). Fase sporofit merupakan lumut yang berada dalam keadaan menghasilkan spora. Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan dibandingkan fase sporofitnya. Hal ini bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh (akan di bahas pada subbab selanjutnya) yang memiliki fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan fase gametofit((Birsyam, 2004).
Bryophyta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi melalui pembentukan spora. Spora ini dihasilkan dari sporangium (kotak spora) melalui pembelahan secara meiosis. Spora yang dihasilkan adalah spora haploid (n). Spora ini kemudian akan tumbuh menjadi protonema. Adapun reproduksi secara seksual Bryophyta, yaitu dengan cara penyatuan gamet betina yang dihasilkan arkegonia berupa sel telur dan gamet jantan yang dihasilkan oleh antheridia berupa sperma. Sperma bergerak menuju sel telur di arkegonia dengan perantara air. Pertemuan sel telur dan sperma menyebabkan terjadinya fertiliasi yang menghasilkan zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi protonema. Protonema terus berkembang menjadi sporofit yang diploid (2n)(Birsyam, 2004).




2.3.1 klasifikasi Lumut
            Menurut Soeratman (1999) lumut diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
A.    Lumut Hati (Hepaticeae)
Ø  Ciri-ciri morfologi gametofit Hepaticee:
·         Bentuk tubuh berupa lembaran dan banyak lekukan atau tepi bercuping (membelah dua).
·         Memiliki struktur serupa akar (rizoid), batang  dan daun (filoid).
·         Mempunyai urat daun.
·         Reproduksi pada lumut hati terjadi secara:
a.       Aseksual :
Ø  Fragmentasi : cabang-cabang yang bebas dapat tumbuh menjadi individu baru.
Ø  Pembentukan kuncup eram, yang disebut dengan gemma, contoh: pada Marchanthia, , Lunularia dan Blasia
Ø  Pembentukan tunas-tunas cabang, contoh Riccia fluitan, Targionia dan Reboulia
Ø  Pembentukan umbi ( tuber), contohnya Petalophyllum, Anthoceros.
Ø  Penebalan ujung talus, contohnya Anthalamia,
b.         Seksual : peleburan dua gamet yang berbeda.
·         Lumut hati mengalami metagenesis ( pergiliran keturunan)
B.     Lumut Tanduk ( Anthocerotae)
Ø  Cirri cirri morfologi gametofit Anthocerotae:
·      Gametofit berbentuk lembaran yang bertoreh.
·      Gametofit dan sporofit menyatu.
·      Gametangia( antheridium dan archegonium) terdapat dalam lekukan  pada sisi dorsal.
·      Hidup di tempat lembab, seperti di tepi sungai dan danau.
·      Gametofit dan sporofit berwarna hijau.
Ø  Ciri- ciri sporofit Anthocerotae:
·       Sporofit berbentuk pipa memanjang ke atas, seperti tanduk. Di dalam “tanduk” dihasilkan spora.
·      sporogonium terdiri atas kaki dan kapsul saja, tanpa seta. Kapsul berbentuk tanduk yang jika masak akan membelah secara membujur, sporofit membuka dari atas.
·      Bagian pangkal sporofit membesar.
·      Spora berkecambah tidak membentuk protonema.
·         TermasUk tumbuhan uniseksual, jadi berkembang biak secara seksual maupun aseksual.
Terdiri 1 ordo yaitu Ordo Anthocerotales. Contohnya : Anthoceros, Phaeoceros, Megaceros dan Denroceros .
C.      Lumut Daun ( Musci )
Ø  Cirri-ciri morfologi Musci:
·         Memiliki daun semu ( filoid ) dan batang semu ( kauloid ) yang tumbuh tegak. Pada bagian ujung batang terdapat pembentuk sl kelamin ( antheridium dan archegonium ).
·         Mempunyai akar semu ( rizoid ) untuk menempl pada tempat hidupnya.
·         Musci yang hidup di tempat yang berair banyak tidak memiliki kutikula yang tebal , agar tidak terjadi penguapan secara berlebihan.
·         Sporofit dan gametofit menyatu.
·         Lumut daun bersifat homotalik dan heterotalik.
·         Lumut daun dapat ditemukan ditempat lembab, tetapi ada juga ditempat yang kering seperti diatas pasir dan batu cadas.  Ada juga yang terdapat di batang dan cabang pohon.
·         Gametofit berwarna hijau.
·         Sporofit berwarna coklat.

2.3 Jamur
            2.1 Fungi (jamur)

            Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi  (Gandjar, 1999).
            Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi.Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen (Medhy, 2013).
                   Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum. Fungi umumnya  multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa merupakan pembentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium yang menyusun jalinan-jalinan semua menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa umumnya mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa sinostik. Struktur hifa sinostik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma (Aqsha, 2013).
            Jamur adalah mikroorganisme eukariot heterotrof, tidak dapat melakukan fotosintesis yang berkembang biak dengan spora yang khas. Jamur dapat juga berkembang biak dengan aseksual maupun seksual. Beberapa jamur merupakan organisme yang uniseluler, tetapi kebanyakan jamur membentuk filamen yang merupakan sel vegetatif yang dikenal dengan sebutan miselium. Miselium adalah kumpulan hifa atau filamen yang menyerupai tube. Fungi juga dapat dideskripsi sebagai organiusme yang tidak berklorofil, bersifat parasitik dan saprofitik, bersel tunggal atau banyak menyerupai struktur vegetatif yang berupa filamen yang dilindungi oleh dinding sel yang tersusun dari zat kitin atau polisakarida. Tumbuhan dan fungi memiliki dinding sel, dinding sel ini yang membedakan fungi atau tumbuhan dengan sel hewan. Karena sifat yang heterotrofik, hal yang berlawanan dengan sifat yang autotrofik, maka fungi dikeluarkan dari dunia tumbuhan menjadi digolongkan dalam dunia fungi tersendiri. Dalam mencerna makanannya, fungi memiliki kemiripan dengan hewan. Fungi memproses cadangan makanannya dalam bentuk glikogen seperti halnya yang terjadi pada hewan. Dinding sel fungi tersusun dari zat kitin yaitu karbohidrat yang mengandung nitrogen, sementara tumbuhan dinding selnya terbuat dari selulosa (Echa, 2013).
       Jamur dibagi menjadi 2 yaitu khamir (Yeast) dan kapang (Mold). Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Coyne, 2009).
Fungi dapat ditemukan pada aneka substrat, baik dilingkungan darat, perairan maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetatifnya yang umumnya berupa miselium berwarna putih dan mudah terlihat pada substrat yang membusuk. Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai warna (merah, hitam, jingga, kuning, kream, putih, abu-abu, coklat, kebiru-biruan dan sebagainya). Pada daun, batang kertas, tekstil, kulit dan lain lain. Tubuh buah fungi lebih mencolok karena dapat langsung diilihat dengan mata kasat, sedangkan miselium vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilhat menggunakan mikroskop(Gandjar, 1999)
2.1.1 klasifikasi Fungi
            Fungi tingkat tinggi (mycota) memiliki empat devisi penting, yaitu(Gandjar,1999):
1.      Zygomycota (fungi zigotik)
Kelas Zygomycetes memiliki satu ordo Zygomycetales, merupakan kelompok fungi paling sederhana yang tidak memiliki sel-sel motil dalam daur hidupnya. Kelompok ini dapat mengubah zigot menjadi spora istirahat bernama zigospora, sehingga disebut Zygomycetes. Kebanyakan Zygomycetes hidup saprofit pada sisa-sisa tumbuhan atau hewan yang membusuk di tanah. Sebagian hidup parasit pada tanaman, serangga atau makrofauna tanah, serta kadang kadang menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan ternak. Hifa dapat tumbuh menembus substr atau dipermukaan substrat membentuk masa putih seperti kapas. Contoh spesies Rhizopus orzyae
Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dengan cara membentuk spora sedangkan seksual dilakukan oleh gamet dengan membentuk zigot
2.      Ascomycota (Fungi Kantung)
Kelas Ascomycetes dinamai Ascomycota karena dapat membentuk spora dalam suatu kantung sporangium yang disebut askus. Anggota divisi ini sekitar 30.000 spesies, termasuk sejumlah fungi terkenal yang nilai ekonominya tinggi. Talus berbentuk filamen multiseluler, kecuali khamir dimana talus berbentuk uniseluler. Talus versifat homotalik atau heterotalik. Hifa septat, namun terdapat plasmodesmata diantara sel-sel filamen, sehingga sitoplasma dan organel di dalamnya dapat berpindah tempat.
Reproduksin aseksual terjadi dengan dibentuknya spora (askospora) dan spora khusus yang disebut konidium. Reproduksi seksual terjadi secara gametangiogami.
3.      Basidiomycota (fungi payung)
Devisi ini dinamai Baasidiomycota karena dapat membentuk spora dalam suatu kantung sporangiu  karateristik yang dinamakan bassidium. Organ ini homolog dengan askus padda Ascomycota. Basidium berbentuk gada, melalui penonjolan (seterigma) selalu membentuk empat spora (basidiopora), bersifat eksospora. Miselium Bsidiomycota selalu bersepta,.namun septanya berlubang-lubang. Pori-pori pada septa memiliki pinggiran seperti silinder dan mengembung yang disebut dolipori. Sifat ini karateristik untuk Basidiomycetes. Sitoplasma dibatasi oleh tutup berbetuk selaput yang disebut  parentesoma, namun pada Uredinales dan Ustilaginales tutup ini tidak ada. Reproduksi aseksual terjadi dengan dibentuknya spora (basidiospora) dan pada spesies tertentu kadang-kadang dibentuk spora khusus yang disebut konidium (jamak:konidia). Reproduksi seksual dilakukan secara somatogami.
4.      Deuteromycota (fungi imperfekti)
Fungi ini hanya memiliki konidium, tanpa askus atau basidium.apabila cara pembentukan askus atau basidium ditemukan, fungi ini dipindah ke dalam ascomycetes atau basidiomycetes, bergantung dari macamnya alat pembiak yang ditemukan.


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
            Kuliah Kerja Lapangan mengenai keanekaragaman Fungi, Lichen, dan Bryophyta dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9 November 2014 pada pukul 10.00 – 13.00 di Kawasan Perbukitan Taman Hutan Raya (Tahura) Cangar, Kota Batu Jawa Timur.
       
3.2 Alat dan Bahan
            3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Kamera                                                                  (1buah )
2.      Pensil                                                                     (1buah)
3.      Penggaris                                                               (1buah)
4.      Kantong plastik merah besar                                 (1buah)
5.      Label                                                                     (1buah)
6.      Plastik                                                                   (1buah)
7.      Catatan                                                                  (1buah)
8.      Referensi identifikasi lumut                                  (1buah)

3.2.2        Bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan pada pengamatan ini adalah tihga macam tumbuhan tidak berpembuluh, sebagai berikut:
                        1. Fungi                                                                       (1 buah)
                        2. Lichen                                                                     (1 buah)
                        3. Bryophyta                                                                 (1 buah)
3.3 Cara Kerja
1. Diamati organisme yang merupakan Fungi, Lichen dan Briophyta.
2. Difoto bagian tallus dari Fungi, Lichen dan Briophyta.
3. Diidentifikasi jenis dan habitatnya dari masing-masing spesies yang ditemukan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Jamur
4.1.1        Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur

4.1.2 Pembahasan
            Pada dasarnya jamur yang ditemukan di Taman Hutan Raya Tahura Ini dapat dikenali atau diidentifikasi dengan melihat secara makroskopis saja. Organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut (Kimball, 1999):
a.   Uniseluler (bersel satu) atau multi seluler (benang-benang halus), tubuhnya tersususn atas hifa (jalinan benang-benang halus);
b.    Eukaryotik (mempunyai membrane inti);
c.    Tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saproftik, parastik, dan simbiosis;
d.   Dindinh selnya tersusun atas zat kitin;
e.    Cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen danprotein;
f.    Pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, di mana makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim extraseluler yang dikeluarkan dari hifa jamur;
g.    Memiliki keturunan yang bersifat haplopid lebih singkat;
h.    Reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk zoozpora, endospora, dan konodia. sedanghkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium.
Secara alamiah cendawan berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora, dapat pula dengan seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induknya. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan, semua sel anak tumbuh dari penonjolan kecilpada sel inangnya (Hackle, 1999).
Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar. Macam spora aseksual (Tjitrosoepomo, 1983):
a.    Konidiospora atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar lagi bersel banyakdinamakan makromonodium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa.
b.    Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujung hifa khusus(sporangiosfor). Aplanospora adalah sporangiospora nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora yang motil, motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
c.    Oidium atau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
d.   Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifasomatik.
e.    Blastospora. Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut blastospora.
Spora seksual, yang dihasilkan daripeleburan dua nukleus, terbentuk lebih jarang, lebih kemudian, dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Juga, hanya terbentuk dalam keadaan tertentu. Ada beberapa tipe spora seksual (Ariyanto, 2000):
a.    Askospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
b.    Basidiospora. Sporabersel satu ini terbentuk diatas strukturberbentuk ganda yang dinamakan basidium.
c.    Zigospora. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia, pada beberapa cendawan melebur.
d.   Oospora. Spora ini terbentuk dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium. Pembuahan telur, atau oosfer, oleh gamet jantanyang terbentuk di dalam anteredium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau beberapa oosfer.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh struktur pelindung  yang  sangat terorganisasi yang disebut tubuh buah. Tubuh buah aseksual diantaranya ialah aservulus dan piknidium. Tubuh buah seksual yang umum disebut peritesium dan apotesium (Kimball, 1999).
Kingdom: Fungi
Division: Basidiomycota
Class: Homobasidiomycetes
Order: Polyporales
Family: Ganodermataceae
Genus: Ganoderma
Spesies: Lucidium
Binomial: Ganoderma lucidium
Tumbuh saprofif pada batang kayu yang lapuk, tumbuh liar dan kadang dibudidayakan. Badan buah bertangkai panjang yang tumbuh lurus ke atas, topi dari badan buahnya menempel pada tangkai tersebut, bangun setengah lingkaran dan tumbuh mendatar. Badan buah menunjukkan lingkaran-lingkaran yang merupakan batas periode pertumbuhan, tepi berombak atau berlekuk, sisi atas dengan lipatan-lipatan radier, warnanya coklat merah keunguan, mengkilat seperti lak. Berumur beberapa tahun dengan tiap-tiap kali membentuk lapisan-lapisan himenofora baru.
Kelembaban yang dibutuhkan adalah 80%. Tempatkan higrumeter di dalam kumbung untuk mengetahiu dan memastikan tingkat kelembaban udara stabil pada syarat yang ditentukan. Namun bagi petani jamur yang telah bepengalaman, hal ini bukan masalah lagi karena mereka sudah punya sense yang cukup tajam. Khusus untuk budidaya ling zhi di daerah dataran rendah yang suhunya terbilang tinggi, petani dapat mempertahankan kelembaban dengan penyiraman/ pengkabutan sedikitnya 3 kali sehari. Namun jika musim hujan cukup 1-2 kali.
-  Temperatur yang dibutuhkan sekitar 22 – 28 ‘C. Sebaiknya pertahankan temperatur sejak awal penanaman hingga panen agar pertumbuhan jamur normal. Bila perlu, letakkan termometer di rumah jamur.
-  Pertumbuhan jamur ling zhi  akan maksimal jika pencahayaan di dalam rumah jamur agak gelap. Lampu penerang justru tidak menguntungkan jika dipasang di dalam kumbung.
Suhu dan kelembaban baglog atau ruangan kumbung harus selalu dikontrol, karena pertumbuhan jamur sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Jika perbedaan suhu di dalam dan di luar kumbung masih di bawah 10’C, kondisi ini masih dianggap normal. Namun jika kelembaban udara yang terlalu tinggi (diatas 80%), kondisi ini akan memicu pertumbuhan mikroorganisme lainnya.
Ganoderma termasuk salah satu kelompok jamur kayu famili Polyporacaae, ordo Polyparales,klas Basidiomycetes, divisi Eumycophyta. Famili Polyporaceae pada umumnyamemiliki tubuh buah berupa kipas, kerak, papan, atau payung. Tubuh jamur dapat berumur sampai beberapa tahun. Sebagian hidup saprofit, sebagaian lagi mengganggu pohon-pohon
hutan, pohon pelindung, dan kayu bangunan. Termasuk famili ini adalah jamur dari genus Poria, Polyporus, Fomex, Lenzites, Dacdalia, Irpex,dan Ganoderma. Hampir semua jamur itu tak bisa dimakan, karena pahit atau berkayu.
Jamur dapat tumbuh dan berkembang dengan baik kalau lingkungan dan syarat tumbuh terpenuhi. Kondisi lingkungan yang baik mempengaruhi pertumbuhan, miselium dan tubuh buah. Herbalis akan memperoleh jamur berkualitas tinggi.Wilayah yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit, juga cocok untuk ling zhi. Kelapa sawit dapat tumbuh baik di daerah antara 15o LU dan 15o LS. Curah hujan rata-rata 2.000 – 2.500mm/tahun. Lama penyinaran matahari optimal 5 – 7 jam per hari. Suhu harian 25oC – 30oC 80% – 90%. Ketinggian mulai dari dataran rendah sampai 500 m dpl. Ling zhi dapat dibudidayakan dari dataran rendah sampai pada ketinggian 600m dpl. Sampai pada ketinggian 1.000m dpl pun ling zhi masih dapat tumbuh baik, tapi umur panen lebih panjang. Di dataran rendah seperti Cileungsi, Bogor, pertumbuhan jamur lebih cepat dan produksinya
lebih tinggi dibandingkan di dataran tinggi seperti Cipanas, Bogor. Di Cileungsi tubuh buahnya tumbuh tebal, tapi di Cipanas tipis. Rupanya ling zhi lebih cocok dibudidayakan di dataran rendah.
4.2 Bryophyta
4.2.1 Hasil Pengamatan
Gambar 4.2.1.1 Marchantia polymorpha
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Literatur






(Jams, 2001)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
            Devision : Marchantiophyta
                        Class : Marchantiopsida
                                    Order :Marchantiales
                                                Family: Marchantiaceae
                                                            Genus : Marchantia
                                                                        Spesies : Marchantia polymorpha


4.2.2 Pembahasan
Bryophyta yang berhasil banyak ditemukan di Objek Wisata Pemandian Air Panas Cangar Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soeryo Jawa Timur adalah lumut hati (hepaticopsida) khususnya genus Marchantia.   
1.      Karakter morfolois dan habitat genus dari Hepaticosida
a). Karakter morfologis habitat Marchantia
Lumut hati ini pada dasaranya berbeda dengan lumut daun dari struktur generasi gametofitnya yang berukuran lebih besar dan sangat jelas, yaitu genus Marchantia. Gametofitnya berupa thallus yang terlihat sangat jelas, thallus tidak berdaun, bernbentuk pita lebar, menalar pada permukaan tanah atau bebatuan , pada pengamatan ini menjalar di bebatuan. Sesuai dengan lietarur dari penelitian Edawua (2009) Marchantia berkembang dengan 2 jenis reproduksi, bisa seksual dan aseksual. Jika vegetatif Marchantia berupa thallus hijau berbentuk pita, tumbuh dipermukaan tanah dan bercabang-cabang secaram dikotom, yaitu menggarpu berulang-ulang menjadi dua bagian yang sama perkembangannya. Perkembangan aseksual berupa gemma, menurut Rifai (2004)gemma adalah kuncup atau penonjolan yang mampu berkembang menjadi individu baru. Sedangkan menurut Edawua (2009) merupakan sebuah cawan yang bersel banyak dengan titik yang berupa thalli yang tumbuh didalam cawan. Sedangkan perkembangan seksual, berupa anteredium (kelamin jantan) dan arkegonium (kemalin betina). Arkegonium berbentuk seperti payung dengan 4-9 jari-jari. Sesuai dengan literatur bahwa tebal thallus terdiri dari banyaknya sel yang tersusun diatas thallusnya terdapat pori-pori udara dan lensa, ditengah-tengah setiap bagian terdapa sebuah titik berupa pori  yang tersambung ke ruang udara berupa epidermis.
Marchantia banyak ditemukan disepanjang perjalanan kita di dalam hutan, terdapat disekitar aliran sungai, terdapat di awalan pintu masuk akan naik ke dalam tengah hutan, terdapat di tengah hutan tersebut. Habitatnya banyak ditemukan menempel di bebatuan dan tanah yang lembab dan basah. Dengan habitat yang demikian bagian-bagianya dari lumut hati sendiri, pori-pri pada lensa, terdapat pada masing-masing daerah polygobak. Kapsul berada dibagian bawah pada receptacle yang berbentuk seperti payung, dinding kapsul dengan berbentuk seperti cincin tebal, arkegonium dan sporaphyta terdapat dibagian bawahjari-jari payung arkhegonium berjumlah 4-9jari, gemma berbentuk bundar.
Kondisi lingkungan dan habitat di Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar sangat mendukung pertumbuhan lumut. Berdasarkan dari hasil pengoleksian dan indentifikasi sampel lumut yang tumbuh di Taman Hutan Raya R.Soeryo Cangar Jawa Timur pada ketinggian 1.000 m dpl lumut hepaticopsida hanya ditemukan satu genus saja yaitu marchantia. Suh dan kelembaban di daerah ini juga sangat mendukung tumbuhnya lumut. Hutan dimana tempat penelitian merupakan daerah yang memiliki banyak serasah pohon dari daun-daun yang gugur da menyebabkn rendahnya pH. Intensitas cahaya di daerah ini relatif rendah, hal ini disebabkan karena masih lebatnya pohon, sehingga menghalangi matahari sampai dasr hutan, membuat tempat ini lembab dan habitat baiknya baik lumut.

4.3 Lichenes
4.3.1 Hasil Pengamatan
                        Berdasarkan hasil pengamatan di Taman Hutan Raya (TAHURA) Cangar Jawa Timur ini ditemukan banyak spesies lichenes, salah satunya adalah dari spesies Cryptothecia striata.

Gambar 4.3.1.1 Cryptothecia striata
Gambar hasil pengamatan 
Gambar Literatur
(nurjanah,2012)

Keterangan:
1.      Bentuk: bergelombang
2.      Struktur: kasar
3.      Warna: hijau keabu-abuan
4.      Rizhoid menempel pada substatnya
Klasifikasi
Divisio: Ascomycota
            Subdivisio: 
Pezizomycotina
                        Classis: 
Arthoniomycetes
                                    Ordo: 
Arthoniales
                                                Familia: 
Arthoniaceae
                                                            Genus: 
Cryptothecia
                                                                        Species: Cryptothecia striata


4.3.2 Pembahasan
            Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan dalam kuliah kerja lapangan yang dilaksanakan di cangar, Batu, Malang. Ditenemukan  lichen yang berbentuk bulat,  berwarna hijau keabu-abuan dan kusam dengan thallus yang menempel pada substratnya. Lichen ini memiliki rhizoid yang menempel seluruhnya pada substrat yang di tempatinya.  Oleh karena itu lichen ini digolongkan dalam lichen crustose ( lumut kerak ). Dimana lichen ini susah dilepas dari substratnya, jika memaksa untuk di pisahkan dengan substratnya, kemungkinan akan  merusak substratnya. Seperti pada tinjauan pustaka oleh Gunawan (2000) bahwa Lichenes crustose (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi.
Lichen jenis crustose yang ditemukan merupakan spesies Cryptothecia striata, seperti yang telah dijelaskan oleh Nurjanah (2012) bahwa Crustose memiliki warna hijau tua, hijau keabuan/ kusam, putih dan putih keabuan. Warna talus dapat semakin menggelap seiring dengan bertambahnya umur serta khasnya akan mengikuti tempat kondisi dan tempat tumbuhnya. Perubahan warna dapat terjadi karena adanya perubahan kadar klorofil pada talus Lichen yang disebabkan gas-gas yang bersifat racun/pencemaran. Penampakan warna talus dari suatu jenis Lichen tidak selalu memperlihatkan warna yang konsisten atau tetap, hal ini tergantung pada substrat dan kondisi tempat tumbuh talus Lichen seperti pada spesies Cryptothecia striata.
Menurut Tjitrosoepomo (2009) bahwa Lichen yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut:
1.    Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
2.    Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering terbentuk dalam bagian khusus dari talus yang mempunya batas-batas yang jelas yaitu sorala.
3.    Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Taman Hutan Raya R. Soeryo cangar Jawa Timur dapat disimpulkan :
·         Jamur yang ditemukan merupakan jamur kayu spesies Ganoderma lucidium dengan morfologi menempel pada kayu, berwarna coklat tua, berdaging, tebal, tepi bergelombang. Reproduksi jamur dilakukan secara aseksual dengan membentuk spora.
·         lumut yang ditemukan termasuk dalam kelas hepaticopsida spesies Marchantia polymorpha, dengan morfologi thallus seperti lembaran, dan dikotom pada ujung, terdapat gemma berbentuk cawan sebagai reproduksi aseksual, dan anteredium dan arkegonium sebagai  reproduksi seksual.
·         lichenes yang ditemukan termasuk dalam bentuk crustose spesies Cryptothecia striata, dimana thallusnya bagian tepi bergelombang, berbentuk seperti kerak, berwarna hijau dan keabu-abuan, serta rizhoid menempel pada substrat. Bereproduksi dengan memisahkan diri, melalui soredia, dan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok
5.2 Saran
            Demi kelancaran untuk KKL selanjutnya disarankan untuk memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum dilakukannya pengamatan langsung ke lapangan sehingga penelitian akan berjalan efektivitas.


Daftar pustaka
Campbell, N. A., Reece, J. A., Urry, L. A. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Edawua, Natahania ernita ekawatia. 2009. Keanekaragaman Bryophyta di Pemandian air Panas Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar Jawa Timur. Surabaya : Universitas Airlangga
Gunawan, AW, Agustina TW. 2009. Biologi dan bioteknologi cendawan dalam praktik. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Nurjanah, Siti., Yousep, Anitasari., Shofa Mubaidullah., dan Ahmad Bashri. 2012. Keragaman Dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara Di Kediri. Jurnal Pendidikan Biologi Universitas Nusantara. Vol. 2. No. 5: 1-8
Septiana, Eri. 2010. Potensi Lichen Sebagai Sumber Bahan Obat. Jurnal Biologi. Vol.  15. No. (1) : 1 - 5.
Tjitrosoepomo,Gembong.2009.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta:UGM Press