BIOLOGI SEL
MORFOLOGI APARATUS GOLGI DAN ENZIM-ENZIM
PENYUSUNNYA
Dosen Pengampu:
dr. Ana Rahmawati
Kelompok 4:
1. Nur Roqi Dunyana A. (136200)
2. Nurul Baroroh (13620119)
3. Eka Fitriyah (13620121)
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015
KATA PENGANTAR
بسم الله الرØمن الØيم
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul MORFOLOGI APARATUS GOLGI DAN ENZIM-ENZIM
PENYUSUNNYA dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah BIOLOGI SEL. Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
dr.Ana Rahmawati . sebagai
dosen pengampu mata kuliah BIOLOGI SEL.
2.
Orang tua yang
telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral maupan material.
3.
Teman-teman yang
telah banyak membantu penulisan
makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Malang, 1 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3
Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Aparatus Golgi........................................................................ 3
2.2 Morfologi Aparatus Golgi................................................................... 3
2.3 Kekutuban Aparatus Golgi.................................................................. 7
2.4 Enzim-Enzim yang Terdapat pada Aparatus
Golgi............................. 9
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sel
terdiri dari organel-organel sel yang masing-masing memiliki tugas khusus.
Salah satu organel sel yang memiliki tugas yang tak kalah penting tersebut
adalah Badan Golgi. Badan Golgi
(disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel
yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua
sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi
ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 Badan Golgi,
sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan Badan Golgi.
Bila dibandingkan dengan
kehidupan nyata yang ada saat ini maka Badan Golgi bisa dikatakan sebagai
pengepak tercanggih yang pernah ada. Sebab pengepakan yang dilakukannya telah
dirancang sedemikian sistematis dan terarah dan menimbulkan hubungan yang
dinamis dengan kerja organela sel lainnya.
Melihat pentingnya fungsi
Badan Golgi yang dikenal sebagai organel sekretori ini, maka makalah ini dibuat
sehingga bisa mengetahui lebih jauh mengenai badan golgi terutama dalam
fungsinya yang berkaitan dengan ‘pengepakan’ molekul-molekul untuk sekresi sel.
1.2
Rumusan Masalah
Melihat uraian diatas,
maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana sejarah Aparatus Golgi?
2.
Bagaimana morfologi Aparatus Golgi?
3.
Apa saja fungsi-fungsi Aparatus Golgi?
4.
Bagaimana kekutuban Aparatus Golgi?
5.
Apa saja penyusun Aparatus Golgi?
1.3
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalahsebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui sejarah Aparatus Golgi
2.
Untuk mengetahui morfologi Aparatus Golgi
3.
Untuk mengetahui fungsi-fungsi Aparatus Golgi
4.
Untuk mengetahui kekutuban Aparatus Golgi
5.
Untuk mengetahui penyusun Aparatus Golgi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Aparatus Golgi
C. golgi (1898)
menemukan struktur seperti jala pada sitoplasma sel saraf. Ia menamakannya “the
internal reticular apparatus”. Dengan pewarnaan campuran osmium tetra-oksida
dan ribidium bikromat, golgi dapat menentukan jala itu, terletak sekitar inti
dan berarna kuning gelap. Belakangan beberapa ahli sitologi yang mem pergunakan
pewarnaan lain dapat melihat organel yang sama, bukan saja sel saraf, tapi juga
pada sel jaringan lain.
Perrincito (1910) mengemukakan, organel itu
terdiri dari sekelompok diktiosom (artinya, jalinan). Diktiosom itu di
bawah mikroskop cahaya tampak terdiri
dari 2 bagian: 1. Bagian mengendap atau bagian kromofil; 2. Bagian yang
tak mengendap atau bagian kromofob. (artinya, bagian yang menarik atau
menolak zat warna).
Selama 50 tahun
alat golgi masih diperdebatkan, apakah suatu struktur yang riil atau hanya
artefak. Artefak ialah suatu struktur sekunder yang timbul karena reagen atau
pewarnaaan dan tak terdapat dalam sel atau jarigan hidup. Para peneliti
melihat, pada sel kelenjar alat golgi dapat berubah sesuai dengan aktivitas
organnya. Sampai akhir tahun 1949 dinyatakan, bahwa alat golgi adalah betul
artefak, sebab ditemukan gambaran yang sama jika diwarnai dengan teknik resapan
logam berat atau campuran lemak dan air. Ada juga ahli sitologi berpendapat,
bahwa alat golgi berkaitan dengan sintesa protein.
Keadaan alat
golgi yang sebenarnya diketahui setelah mikroskop elektron dipakai dalam sitologi
pada awal tahun 1950. Mollenhaeur dkk (1967) menemukan lebih terinci dan
definit ultrastruktur organel ini.
Gambar 1. Mikrograf aparatus golgi (Yatim, 1996)
2.2 Morfologi Aparatus Golgi
Aparatus Golgi
(A. Golgi) terdiri dari setumpuk kantong pipih tersusun dari membran yang
serupa dengan mebran sel. Berbeda dengan RE pada membran A. Golgi, ribosom
tidak dijumpai di ruangana antara dan diseputar membran, baik membran dalam
maupun luar. Jadi semuanya agranular (Sumadi dan Maryanti, 2007). Telah terbukti
pula kini, bahwa organel ini dijumpai dalam hampir semua jenis sel hewan dan
tumbuhan. Alat golgi terdiri dari 3 komponen (Yatim, 1996):
1.
Cisternae
2.
Vesikula
3.
Vakuola
Gambar
2. morfologi Aparatus golgi
Cisternae merupakan bangunan dasar, yang menjadi ciri alat golgi. Terdiri
dari sekitar 5 lempeng cisterna yang sejajar melengkung bentuk piala. Tiap
cisterna berupa kantung gepeng tertekuk. Bagian tepi tiap cisterna biasanya
menggembung dan berlobang-lobang. Di bagian tepi itu ada pembuluh yang
menghubungkan semua cisternae sesamanya. Daerah tepi itu juga memiliki
tonjolan-tonjolan, yang akan lepas membentuk vesikula-vesikula, atau mungkin
juga akan membentuk cisterna baru. Bagian cisterna disebut juga bagian sakula
atau diktiosom (Yatim, 1996).
Sisterna
bentuknya pipih tapi sedikit menggembung pada pinggirnya. Di sekitar sisterna
terdapat vesikel-vesukel yang terbesar dengan berbagai ukuran, beberapa
diantaranya bertunas dari atau berdifusi degan bagian tepi dari sisterna baik
kantong pipih maupun vesikel-vesikel terdapat diseputar A. Golgi pada umumyan
mengandung senyawa yang konsentrasinya pekat dan padat. Senyawa ini terdiri
dari protein atau glikoprotein yang bergarak di antara sisterna-sisterna golgi menuju ke membran sel lisosom atau vakuola
pada sel tumbuhan (Sumadi dan Maryanti, 2007).
Aparatus golgi
memiliki polaritas yang jelas, dengan membran sisterne pada ujung-ujung yang
berlawanan merupakn suatu tumpukan yang berbeda ketebalan dan komposisis
molekulernya (Campbell, 2002). Bagian vesikula terdapat di bawah
(sebelah ke dalam sel) bagian cisternae,
sedangkan bagian vakuola berada di atas (sebelah ke puncak sel).
Kedua bagian ini (vesikula dan vakuola), terdiri dari banyak gembung. Isi
setiap vesikula lebih terang daripada isi vakuola. Isi vakuola sudah bahan
sekresi (getahan). (ada juga yang menyebut vesikula untuk vakuola) (Yatim,
1996).
Bagian
vesiukula tumbuh dari retikulum endoplasma atau selaput inti. Makin dekat ke
bagian cisternae vesikula bergabung membentuk cisterna baru; cisterna sebelah
atas sementara itu pecah-pecah menjadi vakuola-vakuola yang berisi bahan
sekresi. Karena itu alat golgi tumbuh terus menerus dari bawah (Yatim, 1996).
Aparatus Golgi
biasanya berasosiasi dengan REK, bukan menyatu utuh tetapi terpisah oleh jarak
yang sempit, dan vesikelvesikel protein. Vesikel ini disebut dengan vesikel
transisi atau peralihan. Beberapa dari vesikel yang muncul dari RE tersebut
bergabung dengan sisterna golgi yang paling dekat, sehingga terjadi pengangkutan
protein dengan vesikel transisi dari REK ke A. Golgi Golgi. Sisi dari A. Golgi
yang menghadap RE dikenal dengan nam cis atau daerah pembentukan,
sedangkan daerah yang berlawanan disebut trans atau daerah pemasakan.
Disini vesikel muncul dan berdifusi dengan vesikel yang lebih besar. Vesikel
yang berisi senyawa-senyawa imature yang berasal dari REK akan bergerak
dari cis melalui sisterna-sisterna menuju ke daerah trans untuk
kemudian meninggalkan sisterna dalam keadaan senyawa-senyawa yang dikandungnya
dalam keadaan mature atau siap disekresikan senyawa tersebut akan
disismpan di dalam vesikel sekrettori, lisosom atau tetap disimpan di dalam
vesikel. Sepanjang perjalanan ini senyawa-senyawa imature ini akan
dimatangkan atau jika perlu disortir oleh enzim-enzim yang terdapat di A. Golgi
(Sumadi dan Marianti, 2007).
Muka cis
biasanya terletak di dekat RE. Vesikula transport mremindahkan materi dari RE
ke golgi. Vesikula yang bertunas dari RE akan menambah membrannya dan kandungan
lumen (rongga)-nya ke muka cis dengan bergabung (berdifusi denganmembran Golgi.
Muka trans menghasilakn vesikula yang akan tercabut dan pindah ke tempat
lain (Campbell, 2002).
Gambar 3. muka cis dan trans pada aparatus golgi
Aparatus golgi
juga menerima protein yang berasal dari luar sel. Protein tersebut masuk dengan
car aendosistosis selanjutnya akan masuk atau bersatu dengana sisterna A. golgi
(Sumadi dan Marianti, 2007).
Analisisi kimia
A. Golgi menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat di aparatus golgi serupa
dengan senyawa yang berada di membran sel maupun RE. Senyawa tersebut misalnya
fosfolipid dan lemak netral, protein yang terdiri dari glikoprotein,
mukoprotein, dan enzim. Tranfase glikosil adalah enzim yang banyak terdapat di
A. Golgi (Sumadi dan Marianti, 2007).
Dalam struktur
A. Golgi ternyata jumlah dan keaktifan suatu senyawa berbeda-beda. Dengan
teknik sitokimia insitu, tampak bahewa di dalam lumen sisterna terdapat
polisakarida yang semakin ke arah trans kadarnya semakin tinggi. Demikian pula
aktivitas enzim fosfat berbeda untuk setiap sisterna, makin ke arah trans
menunjukkan aktivitasnya yang semakin giat. Kajian histokimia menunjukkan bahwa
setiap sisterna mengandung enzim yang berbeda-beda (Sumadi dan Marianti, 2007).
2.3 Fungsi Aparatus
Golgi
Penelitian
secara insitu
terhadap morfologi dan sitokimia A. Golgi menenjukkan bahwa
A. Golgi terlibat dalam berbagai kegiatan sel antar lain (Sumadi dan Marianti,
2007):
1.
Glikolisisi
Proses glikolisis sendiri sebenarnya
telah diwalai sejak dari RE di golgi sifatnya hanya menyempurnakan saja. Proses
glikolisis berlangsung dengan cara dan tempat yang
bervariasi. Pengemasan protein maupun lipid berkarbohidrat dapat terjadi di (1)
RE saja, (2) diawali di RE untuk kemudian dilanjutkan di golgi atau (3) hanya
terjadi di golgi saja. Sebgaai contoh glikolisilasi tiroglobin oleh epitelium
tiroid, imunoglobin oleh plasmosit, musin oleh sel goblet intersitinal
pengemasannya terkadi di RE untuk kemudian dilanjutkan di A. golgi. Sedangkan
glikolisasi protolkolagen di fibroblast, lipoprotein plasmatik oleh hepatosit,
sintesis pektin dan hemiselulosa hanya terjadi di A. Golgi.
2.
Menyiapkan sekret untuk sekresi sel
Proses sekresi sebenarnya sudah
dimulai sejak dari RE tempat terjadinya sistesis protein. Protein-protein yang
terbebtuk akan dipisah-pisahkan ke dalam lumen RE sesuai tujuannya. Dari sini
protein tersebut akan diangkat ke daerah cis A. golgi oleh vesikuli pengangkut.
Kemudin akan terjadi pemindahan protein-protin tersebu dari daerah cis menuju
daerah trans A. golgi. Di derah trans ini protein-protein tersebut akan
dipilah=pilah dan dikemas. Dalam artian untuk disempurkan sehingga siap
disekresikan, misalny adengan memperpendek rantai polipepetida, dengan
enzim-enzim tertentu, atau menambah dengan senywawa-senyawa tertentu. Kemudian setiap
macam protein atau glikoprotein ditunaskan dalam bentuk vesikuli sekretoris
untuk ditimbun sampai ada isyarat untk disekresikan.
Sel-sel yang berfungsi sekretori,
untuk proses sekresinya harus menunggu isyarat dari luar. Vesikel sekretoris
berasal dari pertunasan pada sisterna golgi daerah trans, untuk pembentukannya
melibatkan selubung protein yang disebut klatirin. Klatirin akan terlepas di
saat vesikel telah masak (mature). Begitu ada isyarat untuk sekresi maka
pensekresian senyawa-senyawa yang terkandung di dalam vesikuli sekretoris akan
dikeluarkan ke lingkungan ekstrasel dengan cara eksositosis. Pada proses ini
akan terjadi peleburan antara selaput vesikuli sekretoris dengan membran sel.
Sehingga senyawa-senyawa penyusun membran vesikuli sekretoris akan menjadi
komponenn penyususn membran sel.
3.
Reparasi membran sel
Membran sel yang rusak akan
direparasi atau dipulihkan dengan menggunakan vesikel-vesikel dari A. golgi.
Vesikel pengangkut dirangsang untuk melebur dengan membran sel setelah
meninggalkan A. golgi secara kontinyu.. protein bermembran dan lipid membran
vesikel ini akan menjadi protein dan lipid baru bagi membran sel, sedangkan
protein yang diangkut vesikula disekresikan ke ruang antar sel.
4.
Pembentuk senyawa penyususn dinding sel
Ketika terjadi sitokinesis pada pembelahan sel tumbuhan aka aterbentuk
matriks yang merupakan kumpulan mikrotubulus kutub di tengah bidng pembelahan
yang memisahkan kedua inti yang sudah terbenyuk. Di matriks tersebut terdapat
banyak vesikel-vesikel yang berisi bahan baku dinding sel yaitu pektin,
selulosa, hemiselulosa dan sebagainya yan berasal dari A. golgi atau biasa
disebut diktiosom untuk sel tumbuhan. Matriks
dan senyawa-senyawa tersebut akan melebur di antara dua buah inti di daerah
mikrotubula kutub untuk membentuk dinding sel primer. Dinding sel primer yang
terbentuk akan terus disuplai dengan bahan-bahanpembentuk dindidng sel yang
dikemas dalam vesikuli untuk selanjutnya timbuh menjadi dinding sel sekunder.
5.
Pembentuk akrosom
Aparatus golgi berperan dalam
pembentukan akrososm, yaitu tudung pada spermatozoon. Tudung akrososm ini
berasal dari fusi vesikel A. golgi. Fungsi dari tudung akrosom adalah
melisiskan membran sel telur (ovum) pada saat fertilisasi. Karena berisi enzim
hidrolitik Hialuronidase.
Ada 3 fungsi
utama alat golgi (Yatim, 1996):
1.
Sekresi
2.
Sintesa
3.
Produksi
Protein
yang akan disekresi atau glikoprotein yang telah disintesa dalam RE, masuk alat
golgi lewat vesikula-vesikula yang tumbuh dan lepas di ujung-ujung RE dan yang
dekat dengan alat golgi. Pembentukan vesikula diawali dengan ternbentuknya
gembungan berupa kuncup dii bagian ujung RE atau juga di membran luar selaput
inti. Gembungan ini lepas, menjadi vesikula. Vesikula bergabung-gabung
membentuk cisternae. Di dalam cisternae protein atau glikoprotein itu diproses
lagi. Lau dibungkus-bungkus kecil dalam vakuola atau vesikula sekresi. Proses
pembentukan vakuola ini kebalikan halnya dari pemebentukan cisternae dari
vesikula. Ialah dngan terbentuknya gembungan-gembungan di ujung cisternae
teratas, lepas-lepas menjadi gelembung atau vakuola. Vakula ini sudah berisi
bahan sekresi.
Bahan sekresi
dalam vakuola disekresi dengan cara eksositosis, kebalikan dari endositosis.
(ekso= luar, endo= dalam, sitosis= proses kelur masuk zat lewat pecahan membran
sel). Fagositosis dan pinositosis tergolong endositosis.
Gambar
4. Sekresi protein pada aparatus golgi
Jamieson dan
Palade (1967) menyuntik marmot dengan leusin-H3 (asam amino yang
mengandung isotop hidrogen, asam amino ini nanti jadi bahan sintesa protein).
Kemudian perjalanan zat radioaktif itu diobservasi pada sel kelenjar pankreas.
Setelah 5 menit dapt ditemuka (dilabel) pada REK; setelh 20 menit hanya dapat
dilabel pada RE yang dekat dngan alat golgi; lalu ada juga pada cisternae.
Setelah satu jam butiran zimogen (protein, enzim belum aktif dapat
dilabel dalam vakuola. Pengeluaran butiran zimogen dari sel terjadi 4 jam setelah disuntikkan.
Alat golgi juga
bekerja mensintsa zat, yakni polisakarida, seperti tampak pada sel goblet (sel
penggetah lendir yang banyak terdapat dalam saluran pencernaan, pernafasan, dan
kelamin) usus besar tikus. Penelitian ini dilakukan oleh Netra dan Leblond
(1966). Setelah 5 menit disuntik dengan glukosa-H3 secara
intraperitonial (lewat rongga perut), maka zat radioaktif ini dapat dilabel
dalam cisternae; 20 menit kemudian berada dalam cisternae sebelah atas dan
vakuola. Setelah 40 menit zat radioaktif tak ada lagi dalam cisternae, hanya
dalam vakuola di puncak sel.
Prosedur serupa
telah dikerjakan pula oleh Haddad dkk (1971), dengan menyuntikkan fukosa- H3
(fukosa adalah semacam gula monosakarida) terhadap kelenjar tiroid.
Setelah 5 menit zat radioaktif terlihat pada cisternae alat golgi sel kelenjar
itu.
Penelitian ini
menunjukkan bahwa polisakarida disintesa juga dalam cisternae alat golgi.
Polisakarida disentesa dari glukosa, galaktosa atau fukosa. Sulfasi, yakni
penambahan sulfat, dan penggabungan polisakarida degan protein menjadi
glikoprotein, juga terjadi dalam alat golgi.
Michaels dan
Leblond (1976) menemukan, juga dengan teknik autoradiografi di ats dan dengan
melihatnya di bawah mikroskop elektron, bahwa alat golgi berfungsi pula unntuk
proses glikolisis. Artinya memasukkan gugusan gula yang kompleks, seperti
manosa dan asam sialat ke bagian ujung polisakarida.
Fungsi ketiga
alat golgi ialah sebagai pemroduksi. Yang diproduksi ialah lisososm dan membran
sel. Penelitian dilalkukan denganmemakai asam amino yang mengandung bahan
radioaktif pula.dari teknik autoradiografi ini dapat dibuktikan, bahwa sintesa
polipeptida dan lipoprotein terjadi di RE. Sedangkan polisakaridanya dalam alat
golgi.
Setelah
beberapa lama suntikan asam aminoyang berisotop itu, glikoprotein tampak
bermigrasi ke bagian puncak sel di samping membran plasma serat lisosom. Pada
sel batang usus besar glikoprotein terdapat di daeraah puncak sel, berasal dari
cisternae alat golgi, kemudian ke vakuolanya. Vakuola ini membawanya ke
permukaan sel. Akhirnya vakuola bersatu dengn membran plasma sehingga
glikoprotein bergabung dngan membran plasma itu (Michaels dan Leblond, 1976).
Lisosom
diproduksi oleh alat golgi. Emzim-enzim hirolisa yang bakal mengisi lisosom
diproduksi dalam RE. Kemudian dialirkan ke cisternae RE yang dekat dengan alat
golgi, menumpuk di ujung-ujung, membentuk kuncup, gembung, lalu gembungan
berisi enzim itu lepas menjadi vesikula-vesikula. Vesikula menggabung sesama
membentuk cisternae alat golgi. Di dalamnya enzim-enzim itu diproses dan
dimatangkan, dialirkan ke bagian ujung-ujung cisterna sebelah atas, terbentuk
kuncup, gembung, lepas, menjadi vakuola-vakuola yang sudah berisi enzim-enzim
hidrolisa. Sekarang vakuola itu disebut lisosom primer. Kalu lisosom primer itu
bergabung dengan fagosom (yakni vakuola yang ternentuk oleh fagositosis suatu
zat atau bahan dari luar sel), ia menjadi lisosom sekunder. Dalam lisosom
sekunder inilah terjadi pencernaan zat atau bahan
2.4 Kekutuban Aparatus Golgi
Alat golgi
dibedakan juga atas kekutubannya. Kutub bawah, yang dekat dengan inti atau RE
disebut forming face, sedang kutub atas yang dekat PL disebut
maturing face. Disebut forming face, karena dibagian ini bahan yang
akan disekresi mengalami pematangan, dipadatkan, kemudian dibungkus di dalam
gelembung atau vakuola. Vakuola bagian atas
sel itu disebut juga selectory vesicle (vesikula sekresi). Nanti
vesikula atau vakuola ini bergabung dengan membran sel, kemudian bahan sekresi
di dalamnya dikeluarkan dari sel. Vesikula sekresi ini ada juga berfungsi
sebagai cadangan bahan sekresi bagi sel. Pada sel kelenjar yang aktif sekali
vesikula itu bertimbun di bagian puncak sel (Yatim, 1996).
Untuk
menetapkan kekutuban alat golgi, yang mana forming face dan yang man n tebal
sejak dari kedalaman sel sampai ke permukaan sel lewat alat golgi. Ternyat
atebal membran pada kutub forming face dengan
sama tebal RE atau membran pada luar selaput inti, yakni 7nm. Tebal
membran pada kutub maturing face sama dengan membran plasma atau membrab
vakuola sekresi yang dekat membran plasma, yakni 10nm. Moore membuat daftar
ketebalan unit membran sebagai berikut:
Tebal unit
membrane sekitar alat golgi (Moore, 1977)
Unit membrane
|
Tebal/nm
|
Selaput inti
RE
Alat golgi: cisterna 1
cisterna 2
cisterna 3
cisterna 4-5
vakuola sekresi
plalsmalemma
|
65
65
65
68
72
80
83
85
|
2.5 Enzim-Enzim Yang Terdapat Pada Aparatus Golgi
Pada badan
golgi banyak ditemukan enzim yang bersifat heterogen. Enzim-enzim pada badan
golgi dapat digolongkan pada:
-Glikosil
transferasa yang berfungsi untuk biosintesis glikoprotein.
-Sulfo dan
gliosil transferase yang berfungsi untuk biosintesis glikolipida.
-oksidoreduktase
-Fosfatasa
-Kenase
-Mamnosidase
-Transferase
yang berfungsi untuk sintesis fosfolipida
-Fosfolifase
-Sialitransferase
-UDP-Galaktosa
: N-Asetilglukosamin
galaktosil transferase
-Glikoprotein
:
Galaktosiltransferase
-UDP-N-asetilglukosamin-glikoprotein-N-asetilglukosaminiltransferase
-Galaktoterebroside
sulfotransferase
-CPM-NANA
laktosil siramide sialitransferase
-CPM-NANA
: GM1 sialitransferase
-CPM-NANA
: GM3 sialitransferase
-UDP-Galaktose
: GM2
galaktosiltransferase
-UDP-GalNac
: GM3 N-asetilglukosaminil
-Oksidireduktase
-NADH
sitokrom c reduktase
-NADH
sitokrom reduktase
-Fosfatase
-5’
nukleotidase
-Adenosin
trifosfatase
-Tiamin
pirofosfatase
-Kinase
-Kasein
fosfokinase
-Lysolesitin
asil transferase
-Gliserolfosfat
fosfatidil transferase
-Fosfolipase
A1
-Fosfolipase
A2
Para ahli
mencoba menemukan enzim tanda pada badan golgi, dengan cara melihat aktivitas
enzim-enzim pada organel dan membandingkannya. Dari hasil penelitian ternyata
glikosiltransferase merupakan enzim tanda pada badan golgi. Enzim ini sebaai
katlisator transfer glukosa dari carier UDP ke protein yang sesuai. Para
peneliti menemukan bahwa setengah dari seluruh aktivitas glikosil transferase
pada sel terjadi pada badan golgi. Adanya enzim tanda pada badan golgi dapat
dipakai untuk membedakan badan golgi
dari organel-organel lain. Selain memiliki enzim tanda, badan golgi juga memiliki
perbedaan komposisi pada lipidanya. Komposisi lemak pada badan golgi memiliki
sifat intermediate. Sehingga dapat disimpulkan bahwa badan golgi merupakan
organel transisi diantara dua organel lain, yaitu retikulum endoplasma dan
membrane plasma.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian
makalah diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
C.
golgi (1898) menemukan struktur seperti jala pada sitoplasma sel saraf. Ia
menamakannya “the internal reticular apparatus”. Perrincito
(1910) mengemukakan, organel itu terdiri dari sekelompok diktiosom (artinya,
jalinan). Sampai akhir tahun 1949 dinyatakan, bahwa alat golgi adalah betul
artefak, sebab ditemukan gambaran yang sama jika diwarnai dengan teknik resapan
logam berat atau campuran lemak dan air.
2.
Alat
golgi terdiri dari 3 komponen: Cisternae, Vesikula, dan Vakuola
3.
Fungsi-fungsi
Aparatus Golgi yakni: Glikolisisi, Menyiapkan
sekret untuk sekresi sel, Reparasi
membran sel, Pembentuk senyawa penyususn dinding sel, dan Pembentuk
akrosom. Ada 3 fungsi utama alat golgi yakni: Sekresi, Sintesa, dan Produksi.
4.
Alat
golgi dibedakan juga atas kekutubannya. Kutub bawah, yang dekat dengan inti atau RE
disebut forming face, sedang kutub atas yang dekat PL disebut
maturing face.
5.
Enzim-enzim yang terdapat pada Aparatus golgi
yakni: Glikosil transferasa yang berfungsi untuk biosintesis glikoprotein,
Sulfo dan gliosil transferase yang berfungsi untuk biosintesis, glikolipida,
oksidoreduktase, Fosfatasa , Kenase, Mamnosidase, Transferase yang berfungsi
untuk sintesis fosfolipida , Fosfolifase, Sialitransferase, UDP-Galaktosa: N-Asetilglukosamin
galaktosil transferase, Glikoprotein: Galaktosiltransferase, UDP-N-aseti lglukosamin-glikoprotein-N,
asetil glukosaminil transferase, Galaktoterebroside sulfotransferase, CPM-NANA
laktosil siramide sialitransferase, CPM-NANA: GM1 sialitransferase, CPM-NAN :
GM3 sialitransferase, UDP-Galaktosa : GM2 galaktosil transferase, UDP-GalNac:
GM3 N-asetil glukosaminil, Oksidireduktase, NADH sitokrom c reduktase, NADH
sitokrom reduktase, Fosfatase, 5’ nukleotidase, Adenosin trifosfatase, Tiamin
pirofosfatase, Kinase, Kasein fosfokinase, Lysolesitin asil transferase,
Gliserolfosfat fosfatidil transferase, Fosfolipase A1, dan Fosfolipase A2.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, 2002.
Biologi Jilid 1 Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Kimbal, J. W.
1990. Biologi. Jakarta:
Erlangga
Sumadi, Dan
Marianti, Aditya. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yatim, Wildan.
1996. Biologi Sel. Bandung: Tarsito