Jumat, 25 Maret 2016



FISIOLOGI HEWAN
RESEPTOR UJUNG SARAF BEBAS, MEKANORESEPTOR, DAN TERMORESEPTOR

DosenPengampu:
Dr. RetnoSusilowati, M.Si


Kelompok  4:
1.      Bakhrul Ulum                               (12620095)
2.      Muhammad Faiz Nasrullah           (13620114)
3.      Nurul Baroroh                               (13620119)
4.      Siti Mufidatunniswah S.               (13620123)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016
KATA  PENGANTAR
بسم الله الرحمن الحيم
            Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya  sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PENGINDRAAN LINGKUNGAN DAN INTEGRASINYA DENGAN ISLAM dengan  tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah (FISIOLOGI  HEWAN). Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,  baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Dr. Retno Susilowati, M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah FISIOLOGI HEWAN
2.      Orang tua yang telah banyak memberikan dukungandansumbangan moral maupan material.
3.      Teman-teman yang telah banyak membantu penulisan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam  menyusun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun  sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.


Malang, 22 Februari 2016

Penulis



DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Integrasi Sains dan Al Quran..................................................................... 3
2.2 Reseptor...................................................................................................... 4
2.3 Ujung Saraf Bebas...................................................................................... 6
2.4 Mekanoreseptor.......................................................................................... 10
2.5 Termoreseptor............................................................................................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Di dalam tubuh manusia terdapat sistem koordinasi yang akan mengatur agar semua organ dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya, dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Rangsangan merupakan informasi yang dapat di terima hewan. Informasi tersebut dapat berupa informasi yang internal maupun yang eksternal. Rangsang eksternal (berasal dari lingkungan di luar tubuh hewan) dapat berupa sesuatu hewan, salinitas (kadar garam), suhu udara, kelembapan, dan cahaya. Sedangkan rangsangn yang berasal dari dalam tubuh hewan (internal) dapat berupa suhu tubuh, keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar kalsium dalam darah. Untuk dapat menerima rangsangan dan menghasilkan tanggapan dengan baik, hewan harus memiliki alat untuk menerima rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap rangsang yang datang. Alat yang digunakan untuk menerima rangsang yang disebut sebagai reseptor yang sangat bertalian erat dengan sistem koordinasi yang dimiliki oleh semua makhluk hidup khususnya hewan.  
            Reseptor atau penerima merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Organ indra kita adalah reseptor (penerima rangsang). Pada indra terdapat ujung-ujung saraf sensori yang peka terhadap rangsang tertentu. Rangsangan yang diterima diteruskan melalui serabut saraf sebagai impuls saraf. Sedangkan efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi sebagai jawaban terhadap impuls yang datang padanya. Efektor yang penting pada hewan adalah otot dan kelenjar.

1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.      Bagaimana integrasi sains dan alquran tentang pengindraan lingkungan?
2.      Bagaimana mekanisme fungsi sel reseptor saraf ujung bebas?
3.      Bagaimana mekanisme fungsi antar reseptor (termoreseptor, mekanoreseptor)?

1.3 Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui integrasi sains dan alquran tentang pengindraan lingkungan
2.      Untuk mengetahui mekanisme fungsi sel reseptor saraf ujung bebas
3.      Untuk mengetahui mekanisme fungsi antar reseptor (termoreseptor, mekanoreseptor)


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Integrasi Sains dan Al Qur'an
            Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 78 sebagai berikut:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
            Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (Q.S. an-Nahl [16]: 78).
            Ayat diatas terdapat lafadz  وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ yang artinya Dia (Allah) memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. Maksud ayat ini adalah Allah mengkaruniakan kepada kalian akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata kalian untuk melihat apa yang tidak kalian lihat sebelumnya, dan memberi kalian telinga untuk mendengar suara-suara sehingga sebagian dari kalian memahami perbincangan kalian, serta memberi kalian mata untuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan membedakan. Lafadz وَالأفْئِدَةَ  maksudnya adalah hati yang kalian gunakan untuk mengenal segala sesuatu, merekamnya dan memikirkannya sehingga kalian memahaminya.
            Lafadz لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  ‘’agar kamu bersyukur’’, maksudnya adalah kami berbuat demikian pada kalian, maka bersyukurlah kalian kepada Allah atas hal-hal yang dikaruniakan-Nya kepada kalian, bukan bersyukur kepada tuhan-tuhan dan tandingannya. Janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam bersyukur, karena Allah tidak memiliki sekutu dalam melimpahkan nikmat-nikmatnya kepada kalian.
            Surat An Nahl ayat 78 menurut Tafsir Al Maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu beberapa macam anugerah berikut ini (Ja'far, 2009):
1.      Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu, terutama dengan akal itu kamu dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang lurus dan yang sesat, antara yang benar dan yang salah.
2.      Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan pendengaran itu kamu dapat memahami percakapan diantara kamu.
3.      Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan penglihatan itu kamu dapat saling mengenal diantara kamu.
4.      Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula memilih mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.
            Semua yang dianugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain kecuali supaya kamu bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah tersebut diatas semata-mata untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu (Ja'far, 2009):
1.      يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِنْ رَبِّهِمْ : mengeksploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang tersebar di seluruh belahan bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat manusia.
2.      وَرِضْوَانًا : dan meraih keridlaan-Nya, karena dengan keridlaan-Nya itulah hidupmu menjadi semakin bermartabat.
            Ayat ini juga membuktikan suatu kuasa Allah dalam hal menghidupkan dan mematikan makhluk. Tidak ada sesuatu yang sulit bagi Allah untuk melakukan hal semacam itu. Pendahuluan urutan kata pendengaran atas  penglihatan sungguh tepat karena berdasarkan ilmu kedokteran modern, indra pendengaran memang berfungsi lebih dulu daripada indra penglihatan. Adapun fungsi hati (dalam hal ini akal dan mata hati) yang membedakan  baik dan buruk berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut.

2.2 Reseptor
            Reseptor atau alat penerima rangsang merupakan suatu struktur yang yang mampu mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Pada hewan vertebrata, organ indranya merupakan reseptor atau penerima rangsangan. Pada organ indra ini terdapat ujung-ujung saraf sensori yang peka terhadap rangsangan tertentu. Rangsangan yang diterima diteruskan melalui serabut saraf sebagai inpuls.
            Setiap bentuk energi stimulus akan mengaktifkan reseptor tertentu bila cukup kuat, fakta ini membawa kita kepada suatu generalisasi yang sangat penting dalam fisiologi sensori: “Modalitas sensori atau kualitas sensori yang dihubumgkan dengan suatu stimulus tergantung pada semata-mata pada reseptor mana yang distimulus”. Misalnya setiap stimulus yang merangsang fotoresepor dirasa sebagai cahaya, apakah stimulus benar-benar cahaya, pukulan pada mata, atau stimulus listrik pada syaraf penglihatan.
Stimulus seperti cahaya, suara dan sentuhan, mengena pada reseptor perifer dan bukan pada otak. Otak menerima informasi yang dikodekan yang distimuli, bukan stimuli sendiri. Pada umumnya informasi sensori dikodekan sebagai rentetan potensial aksi (implus syaraf). Semua potensial aksi wujudnya sangat mirip, sehingga otak tidak dapat membedakan bentuk potensial aksi apakah ditimbulkan oleh cahaya, suara, atau sentuhan. Populasi reseptor yang berbeda mengkode jenis-jenis stimuli yang berbeda ke dalam potensial aksi, dan sistem syaraf pusat harus membawa sandi potensial aksi ke dalam informasi tentang kualitas stimulus. Sistem syaraf pusat melakukan pembacaan sandi dengan prinsip “labeled lines” setiap potensial aksi dari suatu akson tertentu di interpretasikan sebagai suatu kualitas stimulus khusus. Jadi, setiap aktivitas dalam proyeksi akson pusat dari fotoreseptor diinterpretasikan dalam bentuk cahaya, dan setiap aktivitas dalam proyeksi aksonal pusat pendengaran diinterpretasikan dalam bentuk bunyi.
Karena setiap aktivitas yang berasal dari suatu reseptor di interpretasikan sebagai modalitas stimulus khusus, reseptor harus memiliki suatu kekhususan (spesivicitas) yang tinggi, sehingga secara normal reseptor dibangkitkan (diaktifkan) hanya saat bentuk terbaik energi stimulus. Istilah bentuk terbaik energi stimulus adalah  “stimulus yang tepat” (adequate stimulus) dari suatu reseptor. Stimulus yang tepat dapat didefinisikan dari suatu reseptor sebagai bentuk energi stimulus yang secara normal dapat membangkitkan reseptor, atau bentuk energi stimulus yang direspon oleh reseptor.
Kehususan reseptor untuk satu modalitas stimulus data dicapai dalam dua cara. Pertama, reseptor sendiri biasanya sangat spesifik, merespon kepada tidak lebih dari suatu bentuk energi stimulus . kedua, organ-organ indra berperan sebagai filter, yang melemahkan atau memfilter bentuk-bentuk energi stimulus selain dari energy stimulus yang di khususkan untuk reseptor yang bersangkutan. Filtering peripheral ini adalah suatu fungsi penting dari komponen neural dari suatu organ indra. Misalnya cairan kental yang berada di dalam bola mata vertebrata secara efektif melemehkan stimulus mekanik ketingkat sub ambang, sehingga yang sampai ke fotoreseptor hanyalah timulus tepat saja.
Suatu organ sensori melakukan serangkaian operasi, mulai dari input energi stimulus dan berakhir dengan “output”  sensori (biasanya rangkaian potensial aksi pada akson sensori khusus). Operasi pertama adalah pemfilteran perriferal. Mekanisme pemfilteran perriferal biasanya non neural, seperti bulu mata dan iris mata. Komponen tidak hanya memfilter bentuk energi stimulus selain stimulus khususnya, tetapi juga dapat membatasi jumlah energi stimulus khusus yang mencapai reseptor. Pembatasan ini dibawah system syaraf pusat.
Pada umumnya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya reseptor tertentu hanya akan  menerima rangsangan jenis tertentu. Jadi, dalam satu individu hewan, dapat ditemukan berbagai macam reseptor. Reseptor dapat dikelompokkan  dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsang, dan jenis/sifat rangsang yang dapat diterima oleh reseptor tersebut.
            Berdasarkan strukturnya, reseptor dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Reseptor Saraf
            Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat ditemukan pada reseptor nyeri atau nosiseptor.
2.      Reseptor Bukan Saraf
            Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat ditemukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan reseptor khusus dan bukan reseptor saraf.
            Berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat diterimanya, dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yang didasarkan pada letak anatominya:
1.      Reseptor-reseptor di kulit, yang karena letaknya itu menerima stimulasi langsung dari lingkungan, disebut eksteroseptor. Eksteroseptor berkisar dari ujung-ujung saraf telanjang yang relatif tak terdiferensiasi, yang mentransmisikan rasa sakit, hingga reseptor-reseptor rumit khusus di mata, telinga, hidung, dan lidah (Fried, 2006). Reseptor sensori, yang disebut eksoreseptor, mendeteksi stimulus dari luar tubuh, seperti panas, cahaya, tekanan, dan bahan kimia.
2.      Proprioseptor, kelompok reseptor yang kedua, terletak di otot, tendon, dan daerah-daerah sendi di sekitarnya. Reseptor-reseptor tersebut, bila distimulasi, membangkitkan impuls-impuls yang mengakibatkan kembalinya struktur-struktur yang terentang ke keadaan awalnya. Proprioreseptor memainkan peran signifikan dalam mempertahankan postur dan juga membuat posisi tubuh dan bagian-bagiannya dalam ruang (Fried, 2006).
3.      Interoseptor, tipe reseptor yang ketiga, pada dasarnya adalah ujung-ujung saraf bebas yang berujung di permukaan pembuluh-pembuluh darah dan berbagai organ internal. Banyak di antara refleks-refleks itu yang mengontrol respon-respon homeostatik paru-paru, hati, dan lain-lain, berasal dari interoseptor (Fried, 2006). Reseptor sensori lainnya yang disebut interoseptor mendeteksi stimulus di dalam tubuh, seperti tekanan darah dan posisi tubuh. Semua stimulus mempresentasikan bentuk-bentuk energi, dan fungsi umum sel-sel reseptor adalah mengubah energi stimulus menjadi perubahan dalam potensial membran dan kemudian menghantarkan sinyal ke sistem saraf (Campbell, 2004).
            Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimanya, dapat dibagi menjadi enam yakni:
1.      Kemoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa bahan kimia. Contoh: bau.
2.      Mekanoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa deformasi mekanik. Contoh: sentuhan dan suara.
3.      Termoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa suhu (baik itu suhu panas maupun suhu dingin). Contoh: ketika terkena api dan memegang es.
4.      Fotoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa cahaya. Contoh: cahaya matahari.
5.      Elektroreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa listrik. Misalnya dimiliki oleh hewan aqutik, yaitu belut listrik. Digunakan sebagai alat untuk mempertahankan diri.
6.      Magnetoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa medan magnet. Contoh: medan magnet bumi (navigasi arah utara dan selatan), misalnya dimiliki oleh lebah madu yang digunakan untuk menemukan makanan.

2.3 Sel Reseptor Ujung Saraf Bebas
            Ujung saraf bebas merupakan jenis yang paling sederhana dan paling umum dari reseptor, didistribusikan sepanjang hampir semua bagian tubuh beberapa menanggapi rasa sakit, beberapa suhu, beberapa untuk gatal-gatal, dan beberapa gerakan folikel rambut reseptor mekanoreseptor yang membungkus di sekitar folikel rambut, mendeteksi sentuhan ringan.
Gambar 2.1 Ujung saraf Bebas
            Ujung saraf bebas terdapat dalam epidermis, dermis, kornea, pulp gigi, membran mukosa oral, rongga hidung, pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih, otot, tendon, ligamen, kapsul sendi, dan tulang. Mereka dirangsang oleh sentuhan, tekanan, rangsangan termal, atau rasa sakit.
 








Gambar 2.2 Ujung saraf bebas di kulit. Ujung saraf bebas mengakhiri di epidermis kehilangan selubung mielin mereka. Banyak ujung saraf bebas memiliki unmyelinated Akson
a. Reseptor Nyeri (nosiseptor)
            Tubuh tidak mempunyai organ-organ atau sel-sel khusus yang berperan dalam rangsangan nyeri. Rangsangan nyeri diterima oleh ujung-ujung saraf bebas yaitu disebut sebagai nociseptor. Reseptor saraf tersebut tersebar dalam lapisan kulit dan jaringan tertentu yang lebih dalam. Ujung saraf bebas sebagai penerima rangsang nyeri dapat terstimuli oleh tiga stimulus yaitu :
1.      Mekanik : diterima oleh reseptor nyeri mekanosensitif. Rasa nyeri terjadi akibat ujung saraf mengalami kerusakan akibat terjadi trauma misalnya karena benturan atau gesekan.
2.      Thermos : diterima oleh reseptor nyeri thermosensitif. Nyeri yang terjadi karena reseptor ujung saraf  mendapat rangsangan panas atau dingin yang berlebihan.
3.      Kimia : diterima oleh reseptor nyeri khemosensitif sebagai akibat perangsangan zat-zat kimia yaitu bradikinin, serotonin, ion kalium, prostaglandin, asetilkolin, dan enzim proteolitik.
b. Mekanisme Nyeri
            Antara stimuli nyeri sampai dirasakannya sebagai persepsi nyeri terdapat suatu rangkaian proses elektrofisiologik yang secara kolektif disebut sebagai nosisepsi (Nociception). Reseptor nyeri (Nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak. Stimuli tersebut sifatnya mekanik, termal, kimia. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local, sel-sel mast, folikel rambut, dan kelenjar keringat. Stimulasi serabut ini mengakibatkn pelepasan histamine dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Sebagai akibat hubungan antara serabut saraf ini, nyeri sering disertai dengan efek vasomotor, otonom dan visceral.
            Ada empat proses terjadi pada suatu nosisepsi yaitu :
a. Proses Tranduksi
            Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxius stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf (nerve ending). Stimuli dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).
b. Proses transmisi (Transsmission)
            Dimaksudkan sebagai penyaluran inpuls saraf sensorik menyusul proses tranduksi. Inpuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A Delta dan serabut (sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis di mana inpuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke hepothalamus oleh traktus spinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari hepothalamus selanjutnya impuls disalurkan kedaerah somatosensoris di korteks cerebri melalui neuron ketiga dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
c. Proses Modulasi (Modulation)
            Proses dimana terjadi interaksi antara system analgesic endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis. Jadi merupakan proses acendens yang dikontrol oleh otak. Sistem analgesic endogen ini meliputi enkeflin, endorphin, serotonin dan noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Kornu posterior ini dapat diibaratkan sebagai pintu yang dapat tertutup dan terbuka untuk menyalurkan impuls nyeri. Peristiwa tertutup atau terbuka pintu nyeri tersebut diperankan oleh sistem analgesic endogen tersebut. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat subjektif pada setiap orang.
d. Persepsi (Perception)
            Merupakan hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari proses tranduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.
Gambar 2.3 Mekanisme Reseptor Nyeri

 2.4 Mekanoreseptor
            Mekanoreseptor dirangsang oleh perubahan bentuk fisik yang disebabkan oleh stimulus seperti tekanan, sentuhan, regangan, pergerakan, dan suara, serta semua bentuk energi mekanis. Pembelokan atau peregangan membran plasma sebuah sel mekanoreseptor meningkatkan permeabilitas terhadap ion natrium maupun ion kalium, yang menyebabkan depolarisasi (potensial reseptor) (Campbell, 2004).
            Indera atau sensasi sentuhan pada manusia mengandalkan mekanoreseptor yang sesungguhnya merupakan dendrit neuron sensoris yang dimodifikasi seperti gambar 2.4. Reseptor yang mendeteksi sentuhan lembut terletak di dekat permukaan kulit, reseptor-reseptor tersebut mentransduksikan sedikit input energi mekanis menjadi potensial reseptor. Reseptor yang merespons terhadap tekanan dan vibrasi yang kuat dalam tubuh berada dalam lapisan kulit yang paling dalam. Reseptor sentuhan lainnya mendeteksi pergerakan rambut.
Gambar 2.4 Reseptor sensoris pada kulit manusia
            Satu contoh interoreseptor yang distimulasi oleh distorsi mekanis adalah gelondong otot (muscle spindle), atau reseptor regangan seperti pada gambar 2.5. Mekanoreseptor ini memonitor panjang otot rangka. Gelondong otot mengandung serabut otot yang termodifikasi yang bertautan dengan neuron sensoris dan tersusun sejajar dengan otot. Ketika otot itu diregangkan, serabut gelondong otot juga akan terenggang, yang mendepolarisasikan neuron sensoris dan memicu potensial aksi yang dihantarkan kembali ke sumsum tulang belakang.
Gambar 2.5  Refleks sentakan lutut dan muscle spindle
1.      Sel-Sel Rambut
            Sel rambut (hair cell) adalah satu jenis mekanoreseptor yang umum mendeteksi pergerakan. Sel-sel rambut ditemukan dalam telinga vertebrata dan pada organ gurat sisik ikan dan amfibia, dimana sel-sel ini mendeteksi pergerakan relatif terhadap lingkungan. Rambut adalah silia atau mikrovili yang mengalami spesialisasi. Rambut mencuat keatas dari peemukaan sel-sel rambut ke dalam kompartemen internal, seperti telinga bagian dalam manusia, atau ke lingkungan eksternal, seperti kolam. Ketika silia dan mikrovili membengkok ke satu arah, membran sel rambut meregang  dan meningkatkan permeabilitasnya terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi peningkatan laju produksi inpuls dalam neuron sensoris. Ketikia silia membengkok pada arah yang berlawanan, permeabilitas ion berkurang, yang menurunkan jumlah potensial aksi pada neuron sensoris. Spesifitas ini memungkinkan sel-sel rambut merespons terhadap arah pergerakan, juga kekuatan dan kecepatan pergerakan tersebut.
 
Gambar 2.6 Sel-sel rambut pada gurat sisik ikan
            Organ yang paling sederhana yang berkembang untuk mengenali posisi, yang sensitif terhadap gravitasi dan percepatan adalah statosist invertebrate. Organ ini pada sejumlah kelompok hewan, mulai dari ubur-ubur sampai vertebrata. Insekta tidak memiliki, nampaknya hewan ini tergantung pada alat indra lain, seperti penglihatan, dan mungkin proprioseprol sendi untuk orientasi informasi.
            Organ ini terdiri dari suatu rongga. Yang berdinding sel-sel mekanoreseptor yang umumnya bercilia dan bersentuhan dengan “ statolit” (butir-butir pasir, butir-butir kalsium dll). Statolith diambil dari luar maupun disekresikan oleh epithelium  statosist. Dalam kasus ini, statolith harus memiliki kekhususan gravitasi yang lebih tinggi daripada cairan disekitarnya. Bila seekor udang, misalnya miring ke satu sisi, statolith menstimulus sel-sel reseptor statosith pada sisi tersebut, menyebabkan suatu transmiter dibebaskan ke serabut sensori dari sel-sel reseptor yang distimulus. Pengaktifan sensori yang dihasilkan pada udang yang sedang miring, menghasilkan gerak reflek dan apendik-apendiknya.


2. Organ-Organ Keseimbangan (Equilibrium)
            Berada di dalam labirin membranosa yang tumbuh dari ujung-ujung anterior dari sistem garis lateral. Organ tersebut terdiri dari sakulus dan utrikulus. Utrikulus memiliki tiga saluran setengah lingkaran dari telinga dalam, yang terletak pada tiga bidang yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Pada pangkal ketiga saluran tengah lingkaran terdapat alat keseimbangan yang disebut krista. Fungsinya adalah mendeteksi perubahan-perubahan kecepatan rotasi atau translasi kepala. Bila kepala digerakkan dalam satu bidang tersebut, inersia cairan endolimfa dalam saluran setengah lingkaran akan menggerakkan kuoula, suatu proyeksi bergelatin. Gerak kuoula menstimulus sel-sel rambut pada dasar cupula. Sel-sel rambut semua diorientasikan dengan kinosilium pada sisi yang sama. Jadi, semua sel-sel  rambut pada cupula semua dibangkitkan oleh aliran caoran pada suatu arah keseimbangan dan hambatan oleh aliran  pada arah yang lain. Ketiga saluran setengah lingkaran dengan mengagumkan cocok untuk mensdeteksi gerakan kepala pada tiga dimensi.
            Dibawah saluran setengah lingkaran, terdapat ruang yang besar dari tulang yang mengandung 3 kelompok sel-sel rambut yang lebih merapat, disebut makula. Melekat diatas makula-makula ini adalah kelompok mineral yang disebut atolith. Fungsi otolith sangat mirip dengan statolit invertebrata, namun ololith tidak berperan dalam mengenali percepatan yang ditimbulkan oleh inersia endolimfa dalam saluran setengah lingkaran. Otolith membetitahukan posisi relatif terhadap arah gravitasi, dan pada vertebrata tingkat lebih rendah juga digunakan untuk mengenali getaran seperti gelonmbang suara. Sinyal sensori dari saluran setengah lingkaran diintergrasikan dengan input sensori dari sereblum untuk mengontrol postur tubuh dan refleks-refleks pada motor yang lain.
Gambar 2.7 Organ Keseimbangan
3. Organ-Organ Telinga Mamalia
            Sel-sel rambut telinga mamalia terletak dalam organ kortil dalam kokhlea. Sel tersebut mirip sel-sel rambut dari sistem garis lateral vertebrata yang lebih. Tetapi pada hewan dewasa kinosiliumnya hilang, tinggal stereosilia saja. Struktur telinga membantu transformasi gelombang suara ke gerakan  organ kortil, yang akan menstimulus sel-sel rambut, yang selanjutnya akan mengaktifkan akson sensori saraf pendengaran.
            Diantara vertebrata hanya mamalia yang mempunyai kokhlea sebenarnya, namun burung dan buaya memiliki saluran kokhlea agak lurus yang mengandung beberapa bagian yang sama dengan kokhlea manusia, termasuk membrane basiler dan organ kortil. Saluran kokhlea dibagi menjadi 3 saluran yaitu skala timpani, skala vastibuli dan skala media. Antara skala timpani dan skala vestibuli di hubungkan oleh helikotrema, suatu lubang yang terletak pada ujung kokhlea. Kedua skala ini terisi dengan cairan perlimfa. Skala media yang dibatasi oleh membrane basiler dan membrane reisner, berisi cairan endolimfa. Organ kortil yang memiliki sel-sel rambut tertanam pada membrane basiler dan ujung rambutnya muncul kedalam skala media.
2.8 Saluran kokhlea
a. Mekanisme Mekanoreseptor
            Proses peneriman rangsang mekanik oleh mekanoreseptor dinamakan mekanoresepsi, mekanisme sederhana yang diusulkan untuk menjelaskan mekanoresepsi adalah sebagai berikut. Saat sel dalam keadaan istirahat, pintu ion Na+  pada membrane mekanoreseptor masih dalam keadaan tertutup. Rangsang mekanik yang menekan reseptor menyebabkan membrane mekanoreseptor meregang. Peregangan membrane mekanopreseptor tersebut menimbulkan perubahan konformasi protein penyusun pintu ion Na+. Pintu ion Na+ terbuka diikuti terjadinya perubahan elektrokimia yang mendepolarisasikan mekanoreseptor.
http://dk6qunh1hkthr.cloudfront.net/content/nips/22/2/131/F1.large.jpg
Gambar 2.9 Mekanisme kerja mekanoreseptor pada organ pendengaran
             Mekanoresepsi dapat terjadi pada vertebrata maupun invertebrata, invertebrata memiliki reseptor untuk menerima rangsang tekanan, suara, dan gerakan. Bahkan insekta juga mempunyai mekanoreseptor pada permukaan tubuhnya, yang dapat memberikan informasi mengenai arah angin, orientasi tubuh saat berada dalam ruangan, serta kecepatan gerakan dan suara. Variasai reseptor akan akan tampak semakin jelas apabila kita mengalami mekanoreseptor pada vertebrata. Pada vertebrata, mekanoreseptor bukan hanya dapat menerima rangsang tekanan atau sentuhan, melainkan ada yang mampu memantau panjang otot, bahkan berfungsi sebagai alat pendengaran dan organ keseimbangan.
            Pada bunyi yang diberikan sebagai stimulus, serangga hanya memberikan respon berupa gerakan kaki. Hanya saja pada bunyi sendok dalam jarak dekat serangga akan menjauhi sumber bunyi. Hal ini dikarenakan penerimaan gelombang bunyi dalam jumlah besar yang dapat memberikan respon pada gerakan serangga.
Sensitifitas terhadap tekanan dan sentuhan adalah mekanoreseptor. Diantara mekanoreseptor yang paling sederhana adalah ujung-ujung saraf yang ditemukan pada jaringan ikat dikulit. Struktur sensori ini berfungsi sebagai filter terhadap energi mekanik melalui berbagai cara. Pada antropoda ujung-ujung sensori sensitif secara mekanik dihubungkan dengan serabut otot khusus dan sesilia seperti rambut yang merentang pada eksoskeleton antropoda. Itulah sebabnya kenapa belalang saat diberi sentuhan dengan jarak jauh langsung memberikan respon dengan menjauh dari sumber stimulus.
Gambar 2.10 Pergerakan pada kaki belalang karena adanya stimulus
            Terdapat dua jenis struktur efektor, yaitu efektor saraf (susunannya ada yang sederhana dan ada pula yang susunannya rumit) dan efektor bukan saraf. Begitupun lokasi rangsang dari efektor, yaitu interoreseptor dan eksteroreseptor. Reseptor yang berupa saraf sensorik dapat mengubah bentuk energi menjadi bentuk energi lain (transduser) misalnya jika efektor menerima energi maka energi tersebut akan mengalami perubahan elektro kimia menjadi energi listrik dan menimbulkan potensial aksi. Ketika yang diterima rangsangan kecil, potensial aksi hanya cukup berubah menjadi potensial reseptor tetapi jika yang diterima merupakan rangsangan besar maka potensial aksi akan berubah menjadi potensial reseptor besar kemudian pindah ke membran sebelahnya lalu menuju ke sel saraf eferen. Selain pindah ke membran sel saraf sebelahnya, potensial reseptor yang besar ini pula pindah ke membran sel yang lainnya. Potensial reseptor yang besar ini dapat menimbulkan potensial generator.
            Adanya rangsangan dan tanggapan yang memilki hubungan yang rumit dan erat tetapi menimbulkan kekuatan tanggapan yang berbeda dengan kekuatan rangsangan yang diterima menciptakan terjadinya perbedaan kemampuan reseptor beradaptasi terhadap rangsang.

2.5 Termoreseptor
            Termoreseptor merupakan reseptor yang merespons terhadap panas dan dingin, membantu mengatur suhu tubuh dengan cara mendeteksi suhu permukaan dan bagian dalam tubuh. Masih terdapat perdebatan mengenai identitas termoreseptor pada kulit manusia. Kemungkinannya adalah dua reseptor yang terdiri atas satu dendrit yang bercabang dan berkapsul seperti gambar 2.1. Akan tetapi banyak peneliti meyakini bahwa struktur ini sesungguhnya adalah reseptor tekanan yang telah dimodifikasi dan dipercayai bahwa dendrit telanjang dari neuron sensoris tertentu adalah termoreseptor yang sesungguhnya pada kulit. Ada suatu kesepakatan bahwa reseptor dingin dan panas pada kulit, dan interotermoreseptor pada hipotalamus anterior otak, mengirimkan informasi ke termostat tubuh, yang berada di hipotalamus posterior (Campbell, 2004).
            Pada manusia, reseptor-reseptor utama dipercaya merupakan ujung-ujung saraf bebas, yaitu korpuskula Ruffini (panas) dan gembungan ujung (end bulb) Krause (dingin). Termoreseptor tak hanya mengukur temperatur absolut, namun juga perubahan temperatur. Dengan demikian, perubahan dari panas menjadi hangat dapat dipersepsi sebagai pendinginan (Fried, 2006).
            Suhu reseptor
1. Reseptor dingin menanggapi penurunan suhu sampai suhu  12° C (54° F)
2. Reseptor panas menanggapi suhu meningkat sampai suhu  47° C (117° F)
            Pada dasarnya, termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan. Proses ini sangat penting bagi hewan, mengingat perubahan suhu dapat berpengaruh suhu terhadap tubuh individu, peningkatan suhu secara ekstrem akan mempengaruhi struktur protein dan enzim sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Hal ini dapat mengganggu penyelenggaraan berbagai reaksi metabolic yang penting.
            Pada pemberian stimulus udara panas dan dingin, pada jarak jauh dan dekat serangga tidak berpindah tempat namun antena pada belalang bergerak-gerak. Pada udara panas dalam jarak dekat belalang sedikit bergerah menjauhi sumber stimulus hal ini dikarenakan oleh suhu yang panas yang ditimbulkan oleh air panas dapat merespon serangga hingga bergerak menjauh. Menurut Isnaeni mengatakan bahwa termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan. Proses ini sangat penting bagi hewan, mengingat perubahan suhu dapat berpengaruh buruk terhadap tubuh individu. Peningkatan suhu secara ekstrim akan mempengaruhi struktur protein dan enzim sehingga tidak dapat berfungsi sacara maksimum.
            Pada insekta termoreseptor terdapat pada antenna dan kaki yang berguna memantau suhu udara ataupun suhu tanah. Belalang memiliki sepasang potongan kecil sensori pada antena, toraks dan abdomen yang sensitive terhadap panas. Bila potongan kecil itu dihilangkan maka belalang tidak lagi merespon terhadap sumber panas (Soewolo, 1997).
            Cengkerik dan kelabang (lithobius) memiliki termoreseptor yang terletak ada antena dan tarsusnya. Diketahui kepinding, lebah madu, juga memiliki reseptor antena, demikian kumbang memiliki termoreseptor antenna dan maksilari. Sejenis belalang Lucusta migratoria memiliki sepasang potongan kecil sansori pada antenna, thoraks dan abdomen yang sensitif terhadap panas. Bila potongan kecil itu dihilangkan, belalang tidak lagi merespon sumber panas. Ikan memiliki termoreseptor pada kulitnya. Garis lateral dan otaknya sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Indra suhu telah berkembang dengan baik pada ular berbisa yang memiliki celah pada mukanya yang sensitif terhadap suhu, dan pada beberapa ular boa celah tersebut terletak pada bibirnya. Membran pada dasar celah mengandung banayak ujung syaraf telanjang tersebar lebih dari 1500 µn², dan terdapat ruang udara dibelakang membrane  untuk mengurangi kehilangan panas. Organ tersebut dikhususkan untuk mendeteksi pancaran panas dan merespon sinar infra merah panjang (0,5-15 µ), dan bukan untuk infra merah pendek atau cahaya yang nampak.
Gambar 2.11 Termoreseptor pada Ular
            Termoresptor akan mengalami suatu proses mengenai suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan sehingga akan mengakibatkan suhu menjadi naik, struktur protein dan enzim akan terganggu dan tidak akan berefungsi sehingga reaksi metaboliknya terganggu. Contoh pada insekta tedapat pada antena dan kaki pada mammalia dikulit dan hipotalamus.    
a. Mekanisme Termoreseptor
            Mekanisme thermoreseptor sangat berkaitan erat dengan thermoregulasi. Karena suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
            Proses penerjemahan stimulus suhu dan tanggapannya secara fisiologi. Stimulus suhu dideteksi oleh ujung syaraf perasa panas (Ruffini) atau dingin (Krause). Sinyal suhu dibawa oleh reseptor diteruskan menuju otak melalui jaras spinotalamikus. Ketika sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktussensorik anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik. Korteks somatosentrik terdapat di Lobus Parietal. Di dalam Lobus Parietal ini, sinyal suhu hanya diterjemahkan, apakah ini suhunya dingin atau panas. Sedangkan pusat pengaturan suhu tubuh ada pada hypothalamus, apabila diterjemahkan di otak, suhu sekitar terasa dingin, maka hypothalamus posterior akan menginisiasi untuk menaikkan suhu tubuh dengan cara memproduksi panas. Apabila suhu tubuh rendah, termoreseptor akan menaikkan suhu pada kulit, di hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat mengatur suhu darah yang melaluinya, mekanisme koreksi akan diarahkan atau dirangsang oleh hipotalamus dengan menggunakan koordinasi badan.
Gambar 2.12 Mekanisme Termoreseptor ketika mendapat rangsangan panas
           


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
            Berdasarkan pembahasan diatas, maka kesimpulan pada makalah ini adalah:
1.      Surat An Nahl ayat 78 menjelaskan bahwa Allah mengkaruniakan kepada kalian akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata kalian untuk melihat apa yang tidak kalian lihat sebelumnya, dan memberi kalian telinga untuk mendengar suara-suara sehingga sebagian dari kalian memahami perbincangan kalian, serta memberi kalian mata untuk melihat berbagai sosok. Yang merupakan alat indra atau reseptor pada manusia dalam menerima rangsangan dari luar.
2.      Ujung saraf bebas merupakan jenis yang paling sederhana dan paling umum dari reseptor ditemukan pada reseptor nyeri atau nosiseptor. Mekanismenya melalui empat proses yakni transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
3.      Mekanisme fungsi antar berbagai reseptor diantaranya adalah mekanoreseptor yakni reseptor yang menerima rangsangan yang berupa deformasi mekanik. Contoh: sentuhan dan suara, dan termoreseptor yakni reseptor yang menerima rangsangan yang berupa suhu (baik itu suhu panas maupun suhu dingin). Contoh: ketika terkena api dan memegang es














DAFTAR PUSTAKA
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari. 2009. Tafsir Ath-Thabari.  Jakarta: Pustaka Azzam
Campbell, Reece dan Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid lll. Jakarta: Erlangga
Fried dan Hademenos. 2006. Schaum's Outlines (Biologi Edisi kedua). Jakarta. Erlangga
Isnaeni,wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: UGM
Kimball.W.J. 1991. Biologi Umum 2. Jakarta: Erlangga
Soewolo.1997. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: IBRD Loan No 3979
Randall, Burggren, and French.1997. Eckert Animal Physiology Fourth Edition. New York: W.H. Freeman and Company