Rabu, 14 Januari 2015

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN ZOOLOGI INVERTEBRATA DI PANTAI NGANTEB MALANG SELATAN



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN ZOOLOGI INVERTEBRATA DI PANTAI NGANTEB MALANG SELATAN
Dosen Pengampu:
Fitriyah, M.Si
Description: D:\file\uinmalang.jpg
Kelompok  6:
Muhammad Faiz Nasrullah  (13620114)
Herlina Dwi Aprilia (13620117)
Nurul Baroroh (13620119)
Moh. Shufyan tsauri (13620124)
Lailatul Qomariyah (13620128)  

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini,  dan terdapat kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organism baru akan diidentifikasi oleh generasi ahli biologi masa depan Keberadaan hewan-hewan di muka bumi sangat beragam. Keberagaman inilah yang hendaknya dipelajari sebagai objek yang diharapkan dapat diambil fungsi dan manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia. Hewan dikelompokkan sekitar 35 filum, namun jumlah sebenarnya bergantung pada perbedaan pandangan para ahli sistematika. Hewan menempati hamper semua lingkungan di bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan, yang kemungkinan merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak, tetapi tidak sekaya keanekaragaman fauna laut.

Zoologi merupakan sebagian dari ilmu pengetahuan yang disebut biologi (bios = hidup), ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari jasad-jasad makhluk hidup, seperti dapat dibedakan dari benda-benda yang tidak hidup seperti batu.
Allah berfirmandalamsuratAnnurayat45 :
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِير

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS: An-NuurAyat: 45)
Mengingat pentingnya mempelajari bentuk-bentuk ciptaan Allah yang salah satunya adalah hewan-hewan invertebrate ini, yang juga tidak lain bertujuan untuk mensyukuri segala nikmat dari-Nya dan mentafakuri laboratorium alami yang diciptakan-Nya maka dilakukan identifikasi hewan-hewan invertebrate berdasarkan morfologi dan habitatnya terhadap beberapa spesies yang berada di Pantai Nganteb, Malang, Jawa Timur.

1.1  RumusanMasalah
     Rumusan masalah mengenai diadakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah bagaimana mengetahui struktur dan morfologi hewan-hewan invertebrata yang ada di Pantai Nganteb, Malang, Jawa Timur?

1.2  Tujuan
     Tujuan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah untuk mengetahui struktur dan morfologi hewan-hewan invertebrata yang ada di Pantai Nganteb, Malang, Jawa Timur.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MOLLUSCA
2.1.1 POLYPLACOPHORA
2.1.1.1 CHITON
Chiton sp. termasuk dalam kelas polyplacophora. Chiton sp. memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan melekat erat pada batu karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola (Radiopoetra, 1996).
 Habitat Chiton sp ini adalah di laut, di daerah pantai sampai kedalaman sedang, dan memakan rumput laut dan mikro organisme dari batu karang. Struktur dan ciri-ciri karakteristik (Radiopoetra, 1996):
1.      Bentuk tubuh elips, bagian dorsal dilindungi 8 lembar kapur yang pipih dan tersusun seperti genting, di kelilingi oleh girdle (gelang) yang tebal
2.      Kaki berotot, diantara kaki dan mantel di permukaan ventral ada alur yang dangkal di sebut alur pallial dan pada alur itu terdapat 6-80 pasang insang yang panjang.
3.      Bagian mereduksi tidak punya mata dan tentakel. Dalam mulut punya alat untuk memarut disebut radula dengan deretan gigi yang banyak.
4.      Jantung terletak disporior, terdiri dua atrium dan satu ventrikel.
5.      Ekskresi: nephridia
6.      Beberapa chiton punya titik yang kecil/mata di dalam epidermis pada lembaran
7.      Jenis kelamin terpisah, telurnya banyak, fertilisasi eksternal.
Bentuk tubuh Chiton sp oval, pipih dorsoventral dan pada dorsal tubuhnya dilindungi oleh delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih seperti genting. Cangkang Chiton sp hanya terdiri dari dua lapisan yaitu (Kamal, 2009):

1.      Lapisan terluar disebut tegmentum. Tersusun atas konsiolin dan CaCO .
2.      Lapisan terdalam yang disebut antikulamentum yang bersifat kalkareus.
Pada bagian ventro- anterior tubuh terdapat kepala berukuran kecil yang tidak begitu nyata, tidak memiliki mata dan tentakel. Mantel tebal, di posterior kepala terdapat kaki berotot yang pipih dan luas untuk memudahkan melekat pada suatu substrat.(Kamal, 2009).
Hewan ini tiak memiliki karakteristik yang jelas yaitu adanya delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih. Tetapi setiap keeping cangkang ditutup oleh jaringan mantel dan luas sempitnya penutupan tersebut berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Daerah di sekeliling mantel disebut gelang. Permukaan gelang ditutup oleh kutikula tipis dengan permukaannya yang kemungkinan bersifat halus, bersisisk atau spikula yang terbuat dari zat kapur(Kamal, 2009).
Kaki chiton sp terletak di permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak. Gerak merayap pada spesies ini sangat lambat karena disebabkan oleh gerakan bergelombang otot kaki seperti gerakan yang dimiliki oleh Bekicot. Bagian yang digunakan unutk melekat pada substrat adalah kaki dan gelang. Pada dasarnya kaki digunakan untuk melekat namun apabila ia diganggu, maka gelang yang berperan juga untuk melekat.habitatnya di bawah laut. Habitat di bawah batu karang. Aktifitasnya dengan menggunakan sebagian dilakukan pada malam hari (Radiopoetra, 1996).
Alat respirasi pada Chiton sp adalah insang bipectinate(ktenidia) yang terletak di dalam lekuk mantel yaitu ruang yang terbentuk, terlihat jumlah insang antara 6-8 pasang yang tersusun dalam suatu garis pada kedua sisi tubuhnya (Kamal, 2009).
Sistem reproduksi, terdiri atas sebuah gonade yang terdapat di anterior rongga pericardium di bawah keping cangkang bagian pertengahan. Chiton sp bersifat diocious. Telur atau sebuar atau sperma dilepaskan dari gonade ke dalam air (lingkungan sekitar) melalui gonofer (Kamal, 2009).
Chiton sp ini tidak melakukan kopilasi. Hewan jantan melepaskan sperma yang selanjutnya diikutkan aliran air untuk responsnya. Fertilisasi terjadi di lingkungan eksternal atau di dalam rongga mantel. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi trochophore dan tidak memiliki fase larva fiiliger (Kamal, 2009).
2.2 CHORDATA
Di dalam tubuh chordata terdapat celum. Mesoderm yang merupakan dinding celum tersebut berasal dari entoderm primer, sehingga chordata termasuk enterocelomata bersama echinodermata(Radiopoetro, 1996).
Golongan-golongan hewan yang dimasukkan ke dalam filum chordata begitu banyak berbeda satu dari yang lain, sehingga filum tersebut dibagi dalam subphyla sebagai berikut (Radiopoetro, 1996):
-          Hemichordata (hemi= setengah)
-          Urochordata (oura= ekor)
-          Cephalochordata (cephale= kepala)
-          Agnatha (gnathos= rahang)
-          Gnathostomata (stoma= mulut)
Oleh karena pada Cephalochordata, Agnatha dan Gnathostomata terdapat chorda dorsals sepanjang badan hanya pada keadaan embryo dan larva atau seumur hidup, subphyla itu dapat dijadikan satu golongan dan disebut Euchordata. Hemichordata dan Urochordata dijadikan satu golongan dan disebut Protochordata. Oleh karena Hemichordata, Urochordata dan Cephalochordata tidak mempunyai cranium (tengkorak) mereka dimasukkan dalam golongan Acrania. Agnatha dan Gnathostomata mempunyai Cranium, sehingga mereka dimasukkan dalam golongan Craniata. Oleh karena mereka juga mempunyai vertebrae, golongan Craniata disebut juga vertebrata (Radiopoetro, 1996).
2.2.1 SUBFILUM: UROCHORDATA
Pada Urochordata, chorda dorsalis terdapat di dalam ekor pada keadaan larva. Kemudian corda dorsalis serta ekor menghilang, kecuali pada Larvacea. Juga beberapa alat lain, yang semula ada pada keadaan larva menghilang. Dengan demikian pada Urochordata terdapat metamorphosis retrogresif(Radiopoetro, 1996).
Subfilum Urochordata dibagi dalam kelas dan ordo sebagai berikut(Radiopoetro, 1996):
Kelas: Thalliacea
-          Berbentuk seperti tong atau silinder, pada satu ujung terdapat lubang oral pada lain ujung lubang atrial
-          Tunica tetap
-          Di dalam pallium terdapat otot-otot melingkar
-          Tidak ada ekor dan chorda dorsallis
-          Hidup bebas
Ordo: Pyrosomida
-          Berbentuk tong
-          Lingkaran otot di dalam pallim hanya mengelilingi lubang oral dan lubang atrial
-          Stigmata sampai 50 buah
-          Tidak ada larva
-          Ada metagenesis; blastoozoid dengan hermaphroditisme protogyni, tetapi juga dengan stolon di mana terjadi gemmatio untuk membentuk koloni; oozooid dengan gemmatio
-          Membuat koloni yang berbentuk pipa di mana hewan-hewan terdapat di dalam dinding pipa dengan lubang oral menunjuk keluar dan lubang atrial menunjuk ke dalam.
-          Contoh: Pyrosoma giganteum
2.3 ARTHROPODA
2.3.1 SUBFILUM CRUSTACEA
Merupakan kelas dari arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar maupun laut. Bernafas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax(Rusyana, 2013):
·         Sistem Peredaran Darah
Peredaran darahnya terbuka, pernafasan umumnya dilakukan oleh insang.
·         Sistem Syaraf
Sistem saraf, terdapat pengumpulan dan pengaturan ganglia yang mana dari sini keluar saraf-saraf yang menuju ke tepi
·         Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus dan anus.
·         Sistem Sirkulasi
Alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang berupa sel-sel amoiboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkut material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insang dan mengangkut urea menuju alat ekskresi (Kastawi, 2005).
·         Sistem Ekskresi
Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut kelenjar hijau terletak di bagian bawah kepala, anterior esofagus(Kastawi, 2005).
Subkelas Crustacea diantaranya adalah (Rusyana, 2013):
Subkelas Cirripedia
Umumnya hidup melekat pada benda-benda di perairan seperti batu, kayu, karang, dasar-dasar perahu/kapal, tiang-tiang di laut dan sebagainya. Karapak menutupi tubuhnya. Umumnya hermaprodit, bagian tubuh umumnya ditutupi oleh suatu rangka atau cangkok dari kapur, sehingga mula-mula hewan ini di duga sebagai anggota mollusca. Diantaranya ada yang hidup sebagai parasit. Contoh spesies: Lepas fascicularis.
Subkelas Malacostraca
Subkelas ini merupakan hewan yang paling banyak dari kelas Crustacea kira-kira ¾ nya termasuk kedalam Malacostraca. Umumnya bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4 segmen dibagian kepala, 8 segmen dibagian dada dan 6 segmen di bagian perut. Beberapa jenis yang termasuk ke dalam Malacostraca ini adalah: udang, kepiting, ketam, dan sebagainya. Contoh spesies: Cambarus bartoni









BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat
            Kuliah kerja lapangan Zoologi Invertebrata dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 22 November 2014. Penelitian dimulai pada pukul 10.00 WIB – 14.30 WIB. Bertempat di pantai Nganteb, Malang, Jawa timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
         Alat-alat yang digunakan pada kuliah kerja lapangan Zoologi Invertebrata berupa:
1.      Saring ikan
2.      Pinset
3.      Toples
4.      Sendok
5.      Plastic
6.      Lakban
7.      Tisu
8.      Kertas label
3.2.2  Bahan
         Bahan-bahan yang digunakan pada kuliah kerja lapangan Zoologi Invertebrata adalah:
1.      Formalin
2.      Aquades
3.      Alcohol

3.3              Cara Kerja
   Cara kerja pada penelitian kuliah kerja lapangan Zoologi Invertebrata adalah sebagai berikut:
1.      Disiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan
2.      Dicari spesies hewan yang termasuk dalam hewan invertebrata di sekitar pantai Nganteb
3.      Diambil spesies menggunakan jaring, pinset, atau sendok
4.      Dimasukkan spesies-spesies hewan yang ditemukan ke dalam toples berdasarkan kelasnya masing-masing
5.      Dibersihkan kembali beberapa spesies dari kotoran yang menempel menggunakan air bersih sebelum dikemas rapat-rapat dalam toples
6.      Dimasukkan spesies-spesies yang telah bersih kedalam toples berdasarkan kelasnya masing-masing
7.      Diisi air sampai penuh pada toples dan dipastikan tidak ada ruang untuk udara
8.      Ditutup rapat-rapat toples dengan menggunakan lakban atau plastik didahului dengan membaca basmalah
9.      Dibiarkan atau ditunggu spesies hewan dalam toples benar-benar mati sebelum dilakukan pengawetan
10.  Dikeluarkan hewan-hewan tadi dari toples dan dibilas lagi hingga bersih
11.  Dimasukkan dalam toples yang bersih berdasarkan spesiesnya masing-masing
12.  Ditambahkan alcohol sampai hewan tenggelam dalam larutan untuk mengawetkan
13.  Diberi label pada spesies yang menandakan identitas spesies tersebut.
14.  Disimpan dalam rak-rak penyimpanan.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Colobocentrotus atrutus   
Gambar Pengamatan
Gambar Literature


Description: H:\Photos\colobocentrotus-atratus.jpg

Description: G:\gmbr kkl nganteb\colobocentrotus atrutus.jpg
Permukaan dorsal

Description: G:\gmbr kkl nganteb\colobocentrotus atrutus 2.jpg
Permukaan ventral
(Erik, 2001)
Klasifikasi(Kamal, 2009):
Kingdom: Animalia
            Filum: Echinodermata
                        Kelas: Echinoidea
                                    Ordo: Echinoida
                                                Family: Echinometridae
Genus: Colobocentrotus
Spesies: Colobocentrotus atrutus
            Colobocentrotus atrutus mungkin merupakan spesies yang paling menarik diantara semua spesies yang ditemukan dalam kuliah kerja lapangan di pantai Nganteb. Keindahan tersebut tampak dari warna dan bentuk yang dimilki organism yang tergolong dalam filum Echinodermata ini. Echinodermata menurut Campbell (2008), disebut juga echinoderm berasal dari kataYunani echin yang artinya berduri dan derma yang artinya kulit, dapat diartikan bahwa Echinodermata merupakan hewan yang mempunyai kulit berduri. Meskipun namanya demikian, namun tidak semua spesies yang tergolong dalam filum ini benar-benar memiliki duri yang sesungguhnya. Hanya beberapa spesies saja yang benar-benar memiliki duri yang sesngguhnya dan terkadang mengandung racun.
            Colobocentrotus atrutus ditemukan menempel pada batu-batu karang pantai pada daerah pasang surut. Pengamatan morfologi pada Colobocentrotus atrutus menunjukkan bahwa spesies ini memilki kulit pada permukaan dorsal yang cukup keras berwarna ungu terang. Tubuhnya membentuk setengah lingkaran yang sempurna. kulit terbagi dalam beberapa bagian seperti terpisah-pisah berbentuk segi 5-6, sedangkan bagian yang dekat dengan bagian ventral terdapat semacam batang-batang silindris tipis di sepanjang tepi lingkaran tubuhnya. Tiap-tiap kulit yang berbentuk persegi 5-6 tersebut tersusun rapi dalam satu garis lurus membujur. Bagian ventral Colobocentrotus atrutus tampak adanya duri-duri yang tumpul, kecil, dan jumlahnya paling banyak dibandingkan bagian-bagian tubuh yang lain. Pada bagian ini juga tampak organisme yang sesungguhnya dari Colobocentrotus atrutus yang bertubuh agak lunak dan berwarna merah.
            Mengenai system reproduksinya menurut Rusyana (2013), sistem reproduksi organ kelamin terpisah, gonad terletak dibagian dalam permukaan aboral dan mempunyai lubang genitanial (gonopore) yang terletak di daerah teriproct. Larvanya disebut pluteus.



4.2 Chiton sp.
Gambar Pengamatan
Gambar Literature

Description: G:\fto kkl\DSCN1034.JPG
Permukaan Dorsal
Description: G:\fto kkl\DSCN1035.JPG
Permukaan Ventral
Description: G:\gmbr kkl nganteb\chiton sp.jpg
Permukaan dorsal
(John, 2010)
Klasifikasi(Radiopoetro, 1996):
Kingdom: Animalia
                        Filum: Mollusca
                                    Kelas: Amphineura
                                                Ordo: Polyplacophora
                                                            Famili: Chitondae
                                                                        Genus: Chiton
                                                                                    Spesies: Chiton sp.
4.2.1 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Nganteb bagian timur , bahwa Chiton banyak ditemukan menempel di batu-batuan bentuknya oval, bertekstur kasar untuk bagian atasnya seperti cangkang yang tumpang tindih yang berjumlah 8 keping  dan berwarna coklat hampir menyerupai warna batu yang ditempelinya. Bagian dorsalnya keras seperti cangkok yang tumpang tindih, sedangkan bagian ventralnya yang tengah lunak, sehingga tubuhnya seperti dilindungi oleh 8 keping cangkang tersebut. Chiton ini ketika akan diambil, semakit lengket dan erat menempelnya pada bebatuan sehingga sulit untuk mengambilnya. Menurut Radiopoetra (1996) bahwa Chiton sp. termasuk dalam kelas polyplacophora. Chiton sp. memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan melekat erat pada batu karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola. Pengamatan yang dilakukan sama dengan literatur yakni chiton berstruktur hampir sama dengan batu yang dilekatinya atau ditempelinya dan apabila disentuh akan melekat erat pada batu karang.
Sama halnya menurut Kamal (2009) bahwa bentuk tubuh Chiton sp oval, pipih dorsoventral dan pada dorsal tubuhnya dilindungi oleh delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih seperti genting. Cangkang Chiton sp hanya terdiri dari dua lapisan yaitu:
1.      Lapisan terluar disebut tegmentum. Tersusun atas konsiolin dan CaCO .
2.      Lapisan terdalam yang disebut antikulamentum yang bersifat kalkareus.
Pada bagian ventro- anterior tubuh terdapat kepala berukuran kecil yang tidak begitu nyata, tidak memiliki mata dan tentakel. Mantel tebal, di posterior kepala terdapat kaki berotot yang pipih dan luas untuk memudahkan melekat pada suatu substrat.
Hewan ini tidak memiliki karakteristik yang jelas yaitu adanya delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih. Tetapi setiap keeping cangkang ditutup oleh jaringan mantel dan luas sempitnya penutupan tersebut berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Daerah di sekeliling mantel disebut gelang. Permukaan gelang ditutup oleh kutikula tipis dengan permukaannya yang kemungkinan bersifat halus, bersisisk atau spikula yang terbuat dari zat kapur.
Dijelaskan juga oleh Radiopoetro (1996) bahwa kaki Chiton sp. terletak di permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak. Gerak merayap pada spesies ini sangat lambat karena disebabkan oleh gerakan bergelombang otot kaki seperti gerakan yang dimiliki oleh Bekicot. Bagian yang digunakan unutk melekat pada substrat adalah kaki dans gelang. Pada dasarnya kaki digunakan untuk melekat namun apabila ia diganggu, maka gelang yang berperan juga untuk melekat.habitatnya di bawah laut. Habitat di bawah batu karang. Aktifitasnya dengan menggunakan sebagian dilakukan pada malam hari.
Menurut Kamal (2009) bahwa alat respirasi pada Chiton sp. adalah insang bipectinate(ktenidia) yang terletak di dalam lekuk mantel yaitu ruang yang terbentuk, terlihat jumlah insang antara 6-8 pasang yang tersusun dalam suatu garis pada kedua sisi tubuhnya.
Untuk sistem reproduksinya menurut Kamal (2009) bahwa terdiri atas sebuah gonade yang terdapat di anterior rongga pericardium di bawah keping cangkang bagian pertengahan. Chiton sp bersifat diocious. Telur atau sebuar atau sperma dilepaskan dari gonade ke dalam air (lingkungan sekitar) melalui gonofer. Chiton sp ini tidak melakukan kopilasi. Hewan jantan melepaskan sperma yang selanjutnya diikutkan aliran air untuk responsnya. Fertilisasi terjadi di lingkungan eksternal atau di dalam rongga mantel. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi trochophore dan tidak memiliki fase larva fiiliger.
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa Chiton sp. Merupakan hewan invertebrata dari filum Molusca karena tubuhnya lunak dan juga memiliki cangkang. Habitatnya di laut, di daerah pantai.






4.3 Pyrosoma sp.
Gambar Pengamatan
Gambar Literature

Description: G:\fto kkl\DSCN1023.JPG


Description: G:\lap. KKL Zoology\201008031304b%20Pyrosoma%20Deck.jpg
(Maulana, 2004)

Klasifikasi (Radiopoetro, 1996):
Kingdom: Animalia
            Filum: Chordata
                        Kelas: Taliacea
                                    Ordo: Pyrosomida
                                                Family: Pyrosomatidae
                                                            Genus: Pyrosoma
Spesies: Pyrosoma sp.


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Nganteb bagian timur. Hewan ini ditemukan di pasir-pasir pantai dan kemungkinan terbawa oleh ombak. Struktur tubuhnya kasar seperti bergerigi, bentuknya lonjong atau silindris di bagian tengahnya berongga cukup lebar menyerupai bentukan pipa. Hal ini berbeda dengan hewan selomata pada umumnya. Menurut (Campbell, 2008), kebanyakan hewan triploblastik memiliki rongga tubuh (body cavity), ruang yang terisi cairan atau udara yang memisahkan saluran pencernaan dari dinding tubuh bagian luar, lapisan-lapisan jaringan bagian dalam dan luar yang mengelilingi rongga tersebut terhubung secara dorsal dan  ventral dan membentuk struktur-struktur yang menahan organ-organ internal. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa selom ini terdapat dalam tubuh dan berfungsi untuk menahan organ-organ internal yang artinya tidak langsung terlihat secara morfologi namun secara anatomi, namun pada Pyrosoma sp. rongga tersebut langsung terlihat secara morfologi dan juga rongga tadi tidak menahan organ apapun didalamnya. Selain  itu seperti terdapat cairan di dalamnya dan warnanya pink ke orange-orangean. Menurut  Radiopoetro (1996) bahwa Ordo: Pyrosomida
-          Berbentuk tong
-          Lingkaran otot di dalam pallim hanya mengelilingi lubang oral dan lubang atrial
-          Stigmata sampai 50 buah
-          Tidak ada larva
-          Ada metagenesis; blastoozoid dengan hermaphroditisme protogyni, tetapi juga dengan stolon di mana terjadi gemmatio untuk membentuk koloni; oozooid dengan gemmatio
-          Membuat koloni yang berbentuk pipa di mana hewan-hewan terdapat di dalam dinding pipa dengan lubang oral menunjuk keluar dan lubang atrial menunjuk ke dalam.
-          Contoh: Pyrosoma giganteum
Berdasarkan pengamatan dan perbandingan literatur, bahwa spesies ini tergolong dalam filum Chordata. Chordata sendiri menurut literatur oleh Radiopoetro (1996) bahwa di dalam tubuh chordata terdapat celum. Mesoderm yang merupakan dinding celum tersebut berasal dari entoderm primer, sehingga chordata termasuk enterocelomata bersama echinodermata. Kemungkinan spesies dari Chordata ini merupakan golongan dari Echidermata karena memiliki tubuh yang berduri sekaligus juga memiliki celum sehingga bisa disebut juga dengan Enterocelomata, karena memiliki keduanya sehingga spesies ini digolongkan kedalam filum Chordata yang tidak memiliki tengkorak seperti yang dijelaskan oleh Radiopoetro (1996) bahwa Hemichordata dan Urochordata dijadikan satu golongan dan disebut Protochordata. Oleh karena Hemichordata, Urochordata dan Cephalochordata tidak mempunyai cranium (tengkorak) mereka dimasukkan dalam golongan Acrania.

4.4 Pollicipes sp.
Gambar Pengamatan
Gambar Literature

Description: G:\fto kkl\ccc.jpg
Bentuk tunggal
Description: I:\BIO C 13\DSCN0895.JPG
Bentuk koloni

Description: G:\lap. KKL Zoology\250px-Pollicipes_cornucopia.jpg
Bentuk tunggal
Description: G:\gmbr kkl nganteb\pollicipes.jpg
Bentuk koloni
(Erik, 2001)
ss
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
            Filum: Arthropoda
                        Subfilum: Crustacea
Subkelas: Cirripedia
Kelas: Maxillopoda
                                                            Ordo: Pedunculata
                                                                        Family: Pollicipedidae
                                                                                    Genus: Pollicipes
                                                                                                Spesies: Pollicipes sp./ Lepas sp.

4.4.1 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Nganteb bagian timur, bahwa spesies ini ditemukan menempel di batu karang dan berkoloni, bentuknya seperti kuku atau paruh burung. Warnanya putih kekuningan, bercangkang seperti golongan dari kelas gastropoda sehingga sekilas tanpa diamati benar orang akan menyangka bahwa spesies tersebut dari golongan mollusca. Melekatnya sangat erat sekali sehingga sulit untuk diambil. Menurut Rusyana (2013) bahwa umumnya hidup melekat pada benda-benda di perairan seperti batu, kayu, karang, dasar-dasar perahu/kapal, tiang-tiang di laut dan sebagainya. Karapak menutupi tubuhnya. Umumnya hermaprodit, bagian tubuh umumnya ditutupi oleh suatu rangka atau cangkok dari kapur, sehingga mula-mula hewan ini di duga sebagai anggota mollusca. Diantaranya ada yang hidup sebagai parasit. Contoh spesies: Lepas fascicularis. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengamatan yang dilakukan sesuai dengan literatur bahwa golongan ini merupakan dari subfilum crustacea yang mula-mula spesies ini diduga sebagai golongan dari mollusca.
Berdasarkan pembahasan tersebut bahwa spesies ini bukan dari golongan mollusca melainkan dari golongan arthropoda dari subfilum crustacea. Menurut Rusyana (2013) bahwa crustacea sendiri merupakan kelas dari arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar maupun laut. Bernafas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Sistem peredaran darah, peredaran darahnya terbuka, pernafasan umumnya dilakukan oleh insang. Sistem syaraf, terdapat pengumpulan dan pengaturan ganglia yang mana dari sini keluar saraf-saraf yang menuju ke tepi. Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Sistem sirkulasi, alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang berupa sel-sel amoiboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkut material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insang dan mengangkut urea menuju alat ekskresi. Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut kelenjar hijau terletak di bagian bawah kepala, anterior esofagus.


4.5 Emerita sp.
Gambar Pengamatan
Gambar Literature

Description: G:\fto kkl\DSCN1054.JPG
Permukaan ventral
Description: G:\fto kkl\DSCN1052.JPG
Permukaan dorsal

Description: G:\gmbr kkl nganteb\undur2 laut.jpg
Permukaan dorsal
(Erik, 2001)

Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
            Filum: Arthropoda
Subfilum: Crustacea
                                    Kelas: Malacostraca
                                                Ordo: Decapoda
                                                            Family: Hippidae
                                                                        Genus: Emerita
                                                                                    Spesies: Emerita sp.
4.5.1 Pembahasan
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Nganteb bagian timur, spesies ini ditemukan di dalam pasir pantai dan bergerak sangat cepat ketika masuk dalam pasir. Sehingga orang Indonesia mengatakannya sebagai undur-undur laut, karena sifatnya seperti hewan undur-undur yang ada di darat yakni bergerak cepat ketika masuk ke dalam tanah. Warna tubuhnya putih, bagian dorsalnya agak licin dan memiliki kaki yang bersegmen seperti dari kelompok Cambarus  dari subkelas Malacostraca. Menurut Rusyana (2013) bahwa Subkelas ini merupakan hewan yang paling banyak dari kelas Crustacea kira-kira ¾ nya termasuk kedalam Malacostraca. Umumnya bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4 segmen dibagian kepala, 8 segmen dibagian dada dan 6 segmen di bagian perut. Beberapa jenis yang termasuk ke dalam Malacostraca ini adalah: udang, kepiting, ketam, dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa spesies ini tergolong dari filum arthropoda dari subfilum crustacea dan dari subkelas Malacostraca. Menurut Rusyana (2013) bahwa subfilum crustacea merupakan kelas dari arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar maupun laut. Bernafas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Sistem peredaran darah, peredaran darahnya terbuka, pernafasan umumnya dilakukan oleh insang. Sistem syaraf, terdapat pengumpulan dan pengaturan ganglia yang mana dari sini keluar saraf-saraf yang menuju ke tepi. Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Sistem sirkulasi, alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang berupa sel-sel amoiboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkut material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insang dan mengangkut urea menuju alat ekskresi. Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut kelenjar hijau terletak di bagian bawah kepala, anterior esofagus.
4.6 Ceonobita rugorus
Gambar Pengamatan
Gambar Literature

Description: G:\fto kkl\DSCN1030.JPG

Description: G:\gmbr kkl nganteb\images 2.jpg
(Maulana, 2004)

Klasifikasi (Radiopoetro, 1996):
Kingdom: Animalia
            Filum: Arthropoda
                        Kelas: Cruatacea
                                    Subkelas: Malacostraca
                                                Ordo: Decapooda
                                                            Family: Ceonobitidae
                                                                        Genus: Ceonobita
                                                                                    Spesies: Ceonobita rugorus
            Ceonobita rugorus, sekilas spesies ini tampak seperti molluska yang berasal dari kelas gastropoda. Hal ini terlihat dari adanya cangkang yang menyelubungi tubuh Ceonobita rugorus sangat mirip dengan cangkang yang dimiliki oleh gastropoda pada umumnya, khususnya yang sama-sama tinggal tinggal di daerah marine water (perairan laut). Pada peneletian ini pun ditemukan molluska kelas Gastropoda yang bercangkang serupa dengan Ceonobita rugorus. Seperti yang tampak pada gambar berikut

Description: I:\BIO C 13\DSCN1032.JPG    Description: G:\fto kkl\DSCN1030.JPG

Gb. 4.6.1 Cangkang molluska kelas gastropoda                   Gb. 4.6.2 cangkang arthropoda kelas crustacea

Ciri dominan yang menunjukkan bahwa spesies ini tergolong dalam filum Arthropoda adalah adanya bagian tubuh (kaki) yang bersegmen-segmen. Bagian tubuh terbagi menjadi tiga bagian yakni kepala (cephal), dada (thorax), dan perut (abdomen)(Rusnyana, 2013). Terkadang bagian kepala dan dada langsung bergabung menjadi satu bagian yang hanya dipisahkan oleh sekat (septum) sederhana dan dinamai dengan cepalothorax.
Pengamatan pada bagian-bagian tubuh Ceonobita rugorus menunjukkan bahwa organisme ini memiliki perut (abdomen) yang cukup lunak dan lentur, berbeda dengan kebanyakan spesies pada kelas crustacea yang juga mencakup Ceonobita rugorus. Menurut Kastawi (2005), permukaan tubuh crustacea dilindungi oleh kutikula yang tersusun atas zat kitin yang ditambah dengan garam-garam mineral dan bersifat sangat keras. Eksoskeleton menutupi seluruh permukaan tubuh kecuali pada tempat perhubungan yang menjadi tipis dan lunak agar mampu bergerak. Mungkin itulah sebabnya spesies ini membutuhkan alat pelindung khusus untuk melindungi tubuhnya terutama bagian perut yang lunak dan lentur berupa cangkang. Jika pada gastropoda, cangkang terus tunbuh bersama perkembangan gastropoda tersebut selama hidupnya, maka pada Ceonobita rugorus cangkang yang dimiliki tidak bisa mengikuti perkembangan tubuhnya, oleh karena itu ketika cangkang yang digunakan sudah tidakk muat oleh ukuran tubuhnya, spesies ini akan mencari cangkang baru yang muat dengan ukuran tubuhnya. Hal ini juga dapat menjadi pembeda antara gastropoda dengan Ceonobita rugorus bahwa hanya Ceonobita rugorus yang mampu meninggalkan cangkangnya (cangkang bukan bagian utama tubuh), sedangkan gastropoda tidak akan mampu meninggalkan cangkangnya karena cangkang yang dimiliki merupakan bagian utama tubuh yang saling melekat dan pembentukannya berasal dari cairan yang disekresi dari dalam tubuhnya yang lunak.
Menurut Jonas (2014), Coenobita rugosus merupakan jenis kepiting yang hidup di pasir asli Australia dan Pantai Timur Afrika ke selatan barat Pasifik. C. rugosus memiliki empat kaki untuk berjalan, penjepit kecil, penjepit besar dan antena. Ketika C. Rugosus terancam mampu membuat suara 'berkicau' dengan penjepit besar yang bergesekan dengan cangkang sebagai alat pelindung. C. rugosus bervariasi dalam warna tergantung pada asupan nutrisi dan warna-warna yang umum meliputi hijau, coklat, hitam, putih, pink dan biru telah diamati. Panjangnya dapat mencapai 15 milimeter (0,59 inci) dan mata berpasir dalam warna dan mungkin memiliki garis coklat di bawahnya. Bawah sepasang antena adalah cahaya berwarna oranye. Cakar besar mereka memiliki 7 tonjolan di bagian atas dan biasanya ada rambut di bagian dalam kedua cakar. Lalu sepasang kaki berjalan, pada kedua segmen, itu rata dan warna yang lebih muda. Perut pendek dan gemuk. C. rugosus akan mengkonsumsi tanaman, ikan mati, buah, dan sisa-sisa lainnya.

4.7 Allopetrolisthes sp.
Gambar Pengamatan
Gambar Literature

Description: G:\fto kkl\DSCN1024.JPG
Permukaan Ventral
Description: G:\fto kkl\DSCN1022.JPG
Permukaan Dorsal

Description: G:\gmbr kkl nganteb\Allopetrolisthes.jpg
Permukaan Dorsal
(Maulana, 2004)

Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
            Filum: Arthropoda
                        Subfilum: Crustacea
                                    Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
                                                            Family: Porcellanidae
                                                                        Genus: Allopetrolisthes
                                                                                    Spesies: Allopetrolisthes sp.
4.7.1 Pembahasan
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Nganteb bagian timur, bahwa spesies ini ditemukan spesies ini ditemukan di pinggir-pinggir batu karang dan ada juga yang ditemukan di bawah batu. Bergeraknya cepat sekali, berwarna agak hitam pada bagian dorsalnya dan bagian ventralnya putih. Teksturnya keras dan permukaannya halus, serta bagian pinggir dari tubuhnya terdapat duri-duri yang lancip.  Kakinya bersegmen seperti spesies Cambarus sp.sehingga digolongkan dalam subkelas crustacea dari subkelas Malacostraca. Menurut Rusyana (2013) bahwa Subkelas ini merupakan hewan yang paling banyak dari kelas Crustacea kira-kira ¾ nya termasuk kedalam Malacostraca. Umumnya bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4 segmen dibagian kepala, 8 segmen dibagian dada dan 6 segmen di bagian perut. Beberapa jenis yang termasuk ke dalam Malacostraca ini adalah: udang, kepiting, ketam, dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa spesies ini tergolong dari filum arthropoda dari subfilum crustacea dan dari subkelas Malacostraca. Menurut Rusyana (2013) bahwa subfilum crustacea merupakan kelas dari arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar maupun laut. Bernafas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Sistem peredaran darah, peredaran darahnya terbuka, pernafasan umumnya dilakukan oleh insang. Sistem syaraf, terdapat pengumpulan dan pengaturan ganglia yang mana dari sini keluar saraf-saraf yang menuju ke tepi. Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Sistem sirkulasi, alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang berupa sel-sel amoiboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkut material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insang dan mengangkut urea menuju alat ekskresi. Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut kelenjar hijau terletak di bagian bawah kepala, anterior esofagus.

4.8 Salpa cilindrica
Gambar Pengamatan
Gambar Literature

Right Arrow: Salpa  cilindrica

Description: I:\BIO C 13\DSCN1062.JPG
Right Arrow: Aurelia sp.Right Arrow: Salpa  cilindricaDescription: I:\BIO C 13\DSCN1072.JPG



   Description: I:\FAUNA\salpa_cylindrica_solitary_2b_edited_.jpg
(Erik, 2001)
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
            Filum: Chordata
                        Kelas: Thalliaceae
                                    Ordo: Salpida
                                                Family:
                                                            Genus: Salpa
                                                                        Spesies: Salpa sp.

            Salpa cilindrica ditemukan di pasir pantai akibat terbawa arusombak yang cukup deras bersamaan dengan Pyrosoma sp. yang juga sama-sama terbawa arus ombak hingga ke pinggir pantai. Salpa cilindrica memiliki bentuk tubuh silindris, oleh karena itu spesies ini diberi nama S. cilindrica (memiliki bentuk tubuh silindris). Namun tidak semua spesies pada genus Salpa memiliki bentuk tubuh silindris, hal ini bergantung pada masing-masing spesies. Beberapa spesies dari genus Salpa memiliki morfologi yang hampr menyerupai ubur-ubur (Aurelia sp.) dari segi morfologi, karena sama-sama memiliki tubuh yang transparan seperti jeli begitu juga dengan spesies Salpa cilindrica yang ditemukan di pantai Nganteb. Perbedaan yang paling mencolok dari kedua spesies ini adalah adanya semacam bulatan sebesar kelereng berwarna cokelat kehitaman pada spesies Salpa sp. yang merupakan stigma. Tubuhnya yang transparan menunjukkan seperti tidak ada organ-organ spesifik seperti yang dimiliki organisme hidup pada umumnya, bahkan ketika ditemukan dalam keadaan kering karena panas matahari di pasir pantai, spesies ini berbentuk seperti plastic dan tidak meningalkan bagian tubuh apapun selain hanya satu stigma tadi seolah-olah ketika dalam keadaan utuh tubuhnya hanya berisi air.
            Salpa cilindrica termasuk dalam kelas Thalliaceae dan ordo Salpida. Menurut Radiopoetro (1996), kelas Thalliaceae memiliki cirri-ciri:
-          Berbentuk seperti tong atau silinder, pada satu ujung terdapat lubang oral pada lain ujung lubang atrial;
-          Tunica tetap;
-          Di dalam pallium terdapat otot-otot melingkar;
-          Tidak ada ekor atau chorda dorsalis;
-          Hidup bebas.
Sedangkan yang termasuk dalam ordo Salpida memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
-          Berbentuk silinder; lingkaran otot di dalam pallium di sebelah ventral terputus;
-          Satu stigma besar;
-          Tidak ada larva (tidak ada metamorphosis);
-          Ada metagenesis; blastozoid dengan hermaproditisme protogyni; oozoid dengan satu stolon ventral dimana terjadi gemmatio; gemmae menjadi blastozoid-blastozoid.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kuliah kerja lapangan adalah sebagai berikut:
1.      Colobocentrotus atrutus menunjukkan bahwa spesies ini memilki kulit pada permukaan dorsal yang cukup keras berwarna ungu terang. Tubuhnya membentuk setengah lingkaran yang sempurna. kulit terbagi dalam beberapa bagian seperti terpisah-pisah berbentuk segi 5-6.
2.      Chiton banyak ditemukan menempel di batu-batuan bentuknya oval, bertekstur kasar untuk bagian atasnya seperti cangkang yang tumpang tindih yang berjumlah 8 keping  dan berwarna coklat hampir menyerupai warna batu yang ditempelinya.
3.      Struktur tubuhnya kasar seperti bergerigi, bentuknya lonjong atau silindris di bagian tengahnya berongga cukup lebar menyerupai bentukan pipa.
4.      Pollicipes sp./ Lepas sp.bentuknya seperti kuku atau paruh burung. Warnanya putih kekuningan, bercangkang seperti golongan dari kelas gastropoda sehingga sekilas tanpa diamati benar orang akan menyangka bahwa spesies tersebut dari golongan mollusca. Melekatnya sangat erat sekali sehingga sulit untuk diambil.
5.      Emerita sp.warna tubuhnya putih, bagian dorsalnya agak licin dan memiliki kaki yang bersegmen seperti dari kelompok Cambarus  dari subkelas Malacostraca.
6.      Cangkang yang menyelubungi tubuh Ceonobita rugorus sangat mirip dengan cangkang yang dimiliki oleh gastropoda pada umumnya, khususnya yang sama-sama tinggal tinggal di daerah marine water (perairan laut).
7.      Allopetrolisthes sp.bergeraknya cepat sekali, berwarna agak hitam pada bagian dorsalnya dan bagian ventralnya putih. Teksturnya keras dan permukaannya halus, serta bagian pinggir dari tubuhnya terdapat duri-duri yang lancip.  Kakinya bersegmen seperti spesies Cambarus sp.sehingga digolongkan dalam subkelas crustacea dari subkelas Malacostraca.
8.      Salpa cilindrica memiliki bentuk tubuh silindris, oleh karena itu spesies ini diberi nama S. cilindrica (memiliki bentuk tubuh silindris). Namun tidak semua spesies pada genus Salpa memiliki bentuk tubuh silindris, hal ini bergantung pada masing-masing spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A dan Reece, Jane. B. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi ke delapan. Jakarta: Erlangga
Jonas Keiler, Stefan Richter & Christian S. Wirkner (2014). Evolutionary morphology of the organ systems in squat lobsters and porcelain crabs (crustacea: Decapoda: Anomala): an insight into carcinization". Journal of Morphology. Vol 1. No. 1
Kamal, Mustofa. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan. Inderalaya: UNSRI
Kastawi, Yusuf. 1996. Zologi Avertebrata. Malang: UM Press
Peter Greenaway. 2006. Terrestrial adaptations in the Anomura (Crustacea: Decapoda) . School of Biological Science, University of New South Wales.Retrieved. Vol.2. No. 6  
Radiopoetra. 1996. Zoologi.  Jakarta: Erlangga
Rusyana, Adun. 2007.  Zoologi Invertebrate.  Bandung: CV Alfabeta
           
                     






LAMPIRAN
Gambar Pengamatan
Description: G:\fto kkl\aa.jpg
(Sp.1)

Keterangan:
            Spesies ini belum teridentifikasi, morfologi spesies ini adalah tubuhnya bersegmen, memiliki ekor, bagian kepalanya berwarna coklat kehitaman  seperti membelah dua dan di tepi-tepinya terdapat rambut-rambut yang berwarna seperti tubuhnya. Tubuhnya berwarna peach, seperti daging ikan segar pada umumnya. Tubuhnya terbagi cephal (kepala), abdomen (perut), dan ekor. Tidak tampak adanya alat pergerakan semacam kaki atau yang lainnya, sedangkan pada waktu spesies ini diambil terlihat pergerakannya dengan cara mengerut dan memanjang seperti yang biasa dilakukan oleh filum Annelida. Di bagian kepala terdapat dua bintik seperti mata.