LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN ZOOLOGI INVERTEBRATA DI PANTAI
NGANTEB MALANG SELATAN
Dosen Pengampu:
Fitriyah, M.Si
Kelompok 6:
Muhammad Faiz Nasrullah
(13620114)
Herlina Dwi Aprilia (13620117)
Nurul Baroroh (13620119)
Moh. Shufyan tsauri (13620124)
Lailatul Qomariyah (13620128)
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup
saat ini, dan terdapat kemungkinan bahwa
setidaknya sejuta organism baru akan diidentifikasi oleh generasi ahli biologi
masa depan Keberadaan hewan-hewan di muka bumi sangat beragam.
Keberagaman inilah yang hendaknya dipelajari sebagai objek yang diharapkan
dapat diambil fungsi dan manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia. Hewan
dikelompokkan sekitar 35 filum, namun jumlah sebenarnya bergantung pada
perbedaan pandangan para ahli sistematika. Hewan menempati hamper semua
lingkungan di bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar filum adalah
spesies akuatik. Lautan, yang kemungkinan merupakan rumah bagi sejumlah besar
filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak, tetapi tidak sekaya
keanekaragaman fauna laut.
Zoologi merupakan sebagian dari ilmu
pengetahuan yang disebut biologi (bios = hidup), ialah ilmu pengetahuan yang
mempelajari jasad-jasad makhluk hidup, seperti dapat dibedakan dari benda-benda
yang tidak hidup seperti batu.
Allah berfirmandalamsuratAnnurayat45 :
وَاللَّهُ
خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ
وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ
أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ
قَدِير
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian
berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat
kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.(QS: An-NuurAyat:
45)
Mengingat pentingnya mempelajari bentuk-bentuk ciptaan Allah yang salah satunya adalah
hewan-hewan invertebrate ini, yang juga tidak lain bertujuan untuk mensyukuri
segala nikmat dari-Nya dan mentafakuri laboratorium alami yang diciptakan-Nya maka dilakukan identifikasi hewan-hewan invertebrate berdasarkan morfologi dan
habitatnya terhadap beberapa spesies yang berada di Pantai
Nganteb, Malang, Jawa Timur.
1.1
RumusanMasalah
Rumusan masalah mengenai diadakannya Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) ini adalah bagaimana mengetahui struktur dan morfologi
hewan-hewan invertebrata yang ada di Pantai Nganteb, Malang, Jawa Timur?
1.2
Tujuan
Tujuan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) ini adalah untuk mengetahui struktur dan morfologi hewan-hewan
invertebrata yang ada di Pantai Nganteb, Malang, Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MOLLUSCA
2.1.1 POLYPLACOPHORA
2.1.1.1 CHITON
Chiton sp. termasuk
dalam kelas polyplacophora. Chiton sp. memiliki struktur yang sesuai
dengan kebiasaan melekat pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya.
Apabila disentuh, akan melekat erat pada batu karang. Hewan ini merayap
perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya
dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola (Radiopoetra, 1996).
Habitat Chiton
sp ini adalah di laut, di daerah pantai sampai kedalaman sedang, dan
memakan rumput laut dan mikro organisme dari batu karang. Struktur dan ciri-ciri karakteristik (Radiopoetra,
1996):
1.
Bentuk tubuh elips, bagian dorsal dilindungi 8 lembar kapur yang pipih dan
tersusun seperti genting, di kelilingi oleh girdle (gelang) yang tebal
2.
Kaki berotot, diantara kaki dan mantel di permukaan ventral ada alur yang
dangkal di sebut alur pallial dan pada alur itu terdapat 6-80 pasang insang
yang panjang.
3.
Bagian mereduksi tidak punya mata dan tentakel. Dalam mulut punya alat
untuk memarut disebut radula dengan deretan gigi yang banyak.
4.
Jantung terletak disporior, terdiri dua atrium dan satu ventrikel.
5.
Ekskresi: nephridia
6.
Beberapa chiton punya titik yang kecil/mata di dalam epidermis pada
lembaran
7.
Jenis kelamin terpisah, telurnya banyak, fertilisasi eksternal.
Bentuk tubuh Chiton sp oval, pipih
dorsoventral dan pada dorsal tubuhnya dilindungi oleh delapan
keping cangkang yang tersusun tumpang tindih seperti genting. Cangkang Chiton
sp hanya terdiri dari dua lapisan yaitu (Kamal,
2009):
1.
Lapisan terluar disebut tegmentum. Tersusun
atas konsiolin dan CaCO .
2.
Lapisan terdalam yang disebut antikulamentum
yang bersifat kalkareus.
Pada bagian ventro- anterior tubuh terdapat
kepala berukuran kecil yang tidak begitu nyata, tidak memiliki mata dan tentakel.
Mantel tebal, di posterior kepala terdapat kaki berotot yang pipih dan luas
untuk memudahkan melekat pada suatu substrat.(Kamal,
2009).
Hewan ini tiak memiliki karakteristik yang
jelas yaitu adanya delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih. Tetapi
setiap keeping cangkang ditutup oleh jaringan mantel dan luas sempitnya
penutupan tersebut berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Daerah
di sekeliling mantel disebut gelang. Permukaan gelang ditutup oleh kutikula
tipis dengan permukaannya yang kemungkinan bersifat halus, bersisisk atau
spikula yang terbuat dari zat kapur(Kamal, 2009).
Kaki chiton sp terletak di permukaan ventral
tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak. Gerak merayap pada
spesies ini sangat lambat karena disebabkan oleh gerakan bergelombang otot kaki
seperti gerakan yang dimiliki oleh Bekicot. Bagian yang digunakan unutk melekat
pada substrat adalah kaki dan gelang. Pada dasarnya kaki digunakan untuk
melekat namun apabila ia diganggu, maka gelang yang berperan juga untuk
melekat.habitatnya di bawah laut. Habitat di bawah batu karang. Aktifitasnya
dengan menggunakan sebagian dilakukan pada malam hari (Radiopoetra, 1996).
Alat respirasi pada Chiton sp adalah
insang bipectinate(ktenidia) yang terletak di dalam lekuk mantel yaitu ruang
yang terbentuk, terlihat jumlah insang antara 6-8 pasang yang tersusun dalam
suatu garis pada kedua sisi tubuhnya (Kamal,
2009).
Sistem reproduksi, terdiri atas sebuah gonade
yang terdapat di anterior rongga pericardium di bawah keping cangkang bagian
pertengahan. Chiton sp bersifat diocious. Telur atau sebuar atau sperma
dilepaskan dari gonade ke dalam air (lingkungan sekitar) melalui gonofer (Kamal, 2009).
Chiton sp ini tidak melakukan kopilasi. Hewan jantan
melepaskan sperma yang selanjutnya diikutkan aliran air untuk responsnya.
Fertilisasi terjadi di lingkungan eksternal atau di dalam rongga mantel. Telur
yang telah dibuahi berkembang menjadi trochophore dan tidak memiliki fase larva
fiiliger (Kamal, 2009).
2.2 CHORDATA
Di dalam tubuh chordata terdapat celum. Mesoderm yang
merupakan dinding celum tersebut berasal dari entoderm primer, sehingga
chordata termasuk enterocelomata bersama echinodermata(Radiopoetro, 1996).
Golongan-golongan hewan yang dimasukkan ke dalam filum
chordata begitu banyak berbeda satu dari yang lain, sehingga filum tersebut
dibagi dalam subphyla sebagai berikut (Radiopoetro, 1996):
-
Hemichordata (hemi= setengah)
-
Urochordata (oura= ekor)
-
Cephalochordata (cephale= kepala)
-
Agnatha (gnathos= rahang)
-
Gnathostomata (stoma= mulut)
Oleh karena pada Cephalochordata, Agnatha dan
Gnathostomata terdapat chorda dorsals sepanjang badan hanya pada keadaan embryo
dan larva atau seumur hidup, subphyla itu dapat dijadikan satu golongan dan
disebut Euchordata. Hemichordata dan Urochordata dijadikan satu golongan dan
disebut Protochordata. Oleh karena Hemichordata, Urochordata dan Cephalochordata
tidak mempunyai cranium (tengkorak) mereka dimasukkan dalam golongan Acrania.
Agnatha dan Gnathostomata mempunyai Cranium, sehingga mereka dimasukkan dalam
golongan Craniata. Oleh karena mereka juga mempunyai vertebrae, golongan
Craniata disebut juga vertebrata (Radiopoetro, 1996).
2.2.1 SUBFILUM: UROCHORDATA
Pada Urochordata, chorda dorsalis terdapat di dalam ekor
pada keadaan larva. Kemudian corda dorsalis serta ekor menghilang, kecuali pada
Larvacea. Juga beberapa alat lain, yang semula ada pada keadaan larva
menghilang. Dengan demikian pada Urochordata terdapat metamorphosis retrogresif(Radiopoetro,
1996).
Subfilum Urochordata dibagi dalam kelas dan ordo sebagai
berikut(Radiopoetro, 1996):
Kelas: Thalliacea
-
Berbentuk seperti tong atau silinder, pada satu ujung terdapat lubang oral pada lain ujung lubang
atrial
-
Tunica
tetap
-
Di
dalam pallium terdapat otot-otot melingkar
-
Tidak
ada ekor dan chorda dorsallis
-
Hidup
bebas
Ordo: Pyrosomida
-
Berbentuk
tong
-
Lingkaran
otot di dalam pallim hanya mengelilingi lubang oral dan lubang atrial
-
Stigmata
sampai 50 buah
-
Tidak
ada larva
-
Ada
metagenesis; blastoozoid dengan hermaphroditisme protogyni, tetapi juga dengan
stolon di mana terjadi gemmatio untuk membentuk koloni; oozooid dengan gemmatio
-
Membuat
koloni yang berbentuk pipa di mana hewan-hewan terdapat di dalam dinding pipa
dengan lubang oral menunjuk keluar dan lubang atrial menunjuk ke dalam.
-
Contoh:
Pyrosoma giganteum
2.3 ARTHROPODA
2.3.1 SUBFILUM CRUSTACEA
Merupakan
kelas dari arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar
maupun laut. Bernafas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi:
kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau
kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax(Rusyana, 2013):
·
Sistem
Peredaran Darah
Peredaran darahnya terbuka, pernafasan umumnya dilakukan oleh insang.
·
Sistem Syaraf
Sistem saraf, terdapat pengumpulan dan pengaturan ganglia yang mana dari
sini keluar saraf-saraf yang menuju ke tepi
·
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus dan anus.
·
Sistem Sirkulasi
Alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas
cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt
yang berupa sel-sel amoiboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkut
material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut insang
menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insang dan
mengangkut urea menuju alat ekskresi (Kastawi, 2005).
·
Sistem Ekskresi
Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut kelenjar hijau
terletak di bagian bawah kepala, anterior esofagus(Kastawi, 2005).
Subkelas Crustacea diantaranya adalah (Rusyana, 2013):
Subkelas Cirripedia
Umumnya hidup melekat pada benda-benda di perairan
seperti batu, kayu, karang, dasar-dasar perahu/kapal, tiang-tiang di laut dan
sebagainya. Karapak menutupi tubuhnya. Umumnya hermaprodit, bagian tubuh
umumnya ditutupi oleh suatu rangka atau cangkok dari kapur, sehingga mula-mula
hewan ini di duga sebagai anggota mollusca. Diantaranya ada yang hidup sebagai
parasit. Contoh spesies: Lepas fascicularis.
Subkelas Malacostraca
Subkelas ini merupakan hewan yang paling banyak dari
kelas Crustacea kira-kira ¾ nya termasuk kedalam Malacostraca.
Umumnya bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4 segmen
dibagian kepala, 8 segmen dibagian dada dan 6 segmen di bagian perut. Beberapa
jenis yang termasuk ke dalam Malacostraca ini adalah: udang, kepiting, ketam,
dan sebagainya. Contoh spesies: Cambarus bartoni
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kuliah kerja
lapangan Zoologi Invertebrata dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 22 November
2014. Penelitian dimulai pada pukul 10.00 WIB – 14.30 WIB. Bertempat di pantai
Nganteb, Malang, Jawa timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat-alat yang digunakan pada kuliah
kerja lapangan Zoologi Invertebrata berupa:
1.
Saring
ikan
2.
Pinset
3.
Toples
4.
Sendok
5.
Plastic
6.
Lakban
7.
Tisu
8.
Kertas
label
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada kuliah
kerja lapangan Zoologi Invertebrata adalah:
1.
Formalin
2.
Aquades
3.
Alcohol
3.3
Cara Kerja
Cara kerja pada penelitian
kuliah kerja lapangan Zoologi Invertebrata adalah sebagai berikut:
1.
Disiapkan
alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan
2.
Dicari
spesies hewan yang termasuk dalam hewan invertebrata di sekitar pantai Nganteb
3.
Diambil
spesies menggunakan jaring, pinset, atau sendok
4.
Dimasukkan
spesies-spesies hewan yang ditemukan ke dalam toples berdasarkan kelasnya
masing-masing
5.
Dibersihkan
kembali beberapa spesies dari kotoran yang menempel menggunakan air bersih
sebelum dikemas rapat-rapat dalam toples
6.
Dimasukkan
spesies-spesies yang telah bersih kedalam toples berdasarkan kelasnya
masing-masing
7.
Diisi
air sampai penuh pada toples dan dipastikan tidak ada ruang untuk udara
8.
Ditutup
rapat-rapat toples dengan menggunakan lakban atau plastik didahului dengan membaca
basmalah
9.
Dibiarkan
atau ditunggu spesies hewan dalam toples benar-benar mati sebelum dilakukan
pengawetan
10. Dikeluarkan hewan-hewan tadi dari toples dan dibilas lagi hingga
bersih
11. Dimasukkan dalam toples yang bersih berdasarkan spesiesnya masing-masing
12. Ditambahkan alcohol sampai hewan tenggelam dalam larutan untuk
mengawetkan
13. Diberi label pada spesies yang menandakan identitas spesies
tersebut.
14. Disimpan dalam rak-rak penyimpanan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Colobocentrotus atrutus
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
|
Permukaan dorsal
Permukaan
ventral
(Erik, 2001)
|
Klasifikasi(Kamal, 2009):
Kingdom: Animalia
Filum:
Echinodermata
Kelas:
Echinoidea
Ordo:
Echinoida
Family:
Echinometridae
Genus: Colobocentrotus
Spesies: Colobocentrotus atrutus
Colobocentrotus
atrutus mungkin merupakan spesies yang paling menarik diantara semua
spesies yang ditemukan dalam kuliah kerja lapangan di pantai Nganteb. Keindahan
tersebut tampak dari warna dan bentuk yang dimilki organism yang tergolong
dalam filum Echinodermata ini. Echinodermata menurut Campbell (2008), disebut
juga echinoderm berasal dari kataYunani echin yang artinya berduri dan derma
yang artinya kulit, dapat diartikan bahwa Echinodermata merupakan hewan
yang mempunyai kulit berduri. Meskipun namanya demikian, namun tidak semua
spesies yang tergolong dalam filum ini benar-benar memiliki duri yang
sesungguhnya. Hanya beberapa spesies saja yang benar-benar memiliki duri yang
sesngguhnya dan terkadang mengandung racun.
Colobocentrotus
atrutus ditemukan menempel pada batu-batu karang pantai pada daerah pasang
surut. Pengamatan morfologi pada Colobocentrotus atrutus menunjukkan
bahwa spesies ini memilki kulit pada permukaan dorsal yang cukup keras berwarna
ungu terang. Tubuhnya membentuk setengah lingkaran yang sempurna. kulit terbagi
dalam beberapa bagian seperti terpisah-pisah berbentuk segi 5-6, sedangkan
bagian yang dekat dengan bagian ventral terdapat semacam batang-batang
silindris tipis di sepanjang tepi lingkaran tubuhnya. Tiap-tiap kulit yang
berbentuk persegi 5-6 tersebut tersusun rapi dalam satu garis lurus membujur.
Bagian ventral Colobocentrotus atrutus tampak adanya duri-duri yang
tumpul, kecil, dan jumlahnya paling banyak dibandingkan bagian-bagian tubuh
yang lain. Pada bagian ini juga tampak organisme yang sesungguhnya dari Colobocentrotus
atrutus yang bertubuh agak lunak dan berwarna merah.
Mengenai system
reproduksinya menurut Rusyana (2013), sistem reproduksi organ kelamin terpisah,
gonad terletak dibagian dalam permukaan aboral dan mempunyai lubang genitanial
(gonopore) yang terletak di daerah teriproct. Larvanya disebut pluteus.
4.2 Chiton sp.
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
Permukaan Dorsal
Permukaan Ventral
|
Permukaan
dorsal
(John, 2010)
|
Klasifikasi(Radiopoetro, 1996):
Kingdom: Animalia
Filum:
Mollusca
Kelas:
Amphineura
Ordo:
Polyplacophora
Famili:
Chitondae
Genus:
Chiton
Spesies:
Chiton sp.
4.2.1 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Nganteb bagian timur ,
bahwa Chiton banyak ditemukan menempel di batu-batuan bentuknya oval,
bertekstur kasar untuk bagian atasnya seperti cangkang yang tumpang tindih yang
berjumlah 8 keping dan berwarna coklat
hampir menyerupai warna batu yang ditempelinya. Bagian dorsalnya keras seperti
cangkok yang tumpang tindih, sedangkan bagian ventralnya yang tengah lunak,
sehingga tubuhnya seperti dilindungi oleh 8 keping cangkang tersebut. Chiton
ini ketika akan diambil, semakit lengket dan erat menempelnya pada bebatuan
sehingga sulit untuk mengambilnya. Menurut Radiopoetra
(1996) bahwa Chiton sp. termasuk dalam kelas polyplacophora. Chiton
sp. memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat pada batu karang
dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan melekat erat pada batu
karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang
lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat
dibulatkan seperti bola. Pengamatan yang
dilakukan sama dengan literatur yakni chiton berstruktur hampir sama dengan
batu yang dilekatinya atau ditempelinya dan apabila disentuh akan melekat erat
pada batu karang.
Sama halnya menurut Kamal (2009) bahwa bentuk tubuh Chiton
sp oval, pipih dorsoventral dan pada dorsal tubuhnya dilindungi oleh delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih
seperti genting. Cangkang Chiton sp hanya terdiri dari dua lapisan yaitu:
1.
Lapisan terluar disebut tegmentum. Tersusun
atas konsiolin dan CaCO .
2.
Lapisan terdalam yang disebut antikulamentum
yang bersifat kalkareus.
Pada bagian ventro- anterior tubuh terdapat
kepala berukuran kecil yang tidak begitu nyata, tidak memiliki mata dan
tentakel. Mantel tebal, di posterior kepala terdapat kaki berotot yang pipih
dan luas untuk memudahkan melekat pada suatu substrat.
Hewan ini tidak memiliki
karakteristik yang jelas yaitu adanya delapan keping cangkang yang tersusun
tumpang tindih. Tetapi setiap keeping cangkang ditutup oleh jaringan mantel dan
luas sempitnya penutupan tersebut berbeda antara satu spesies dengan spesies
lainnya. Daerah di sekeliling mantel disebut gelang. Permukaan gelang ditutup
oleh kutikula tipis dengan permukaannya yang kemungkinan bersifat halus, bersisisk
atau spikula yang terbuat dari zat kapur.
Dijelaskan juga oleh
Radiopoetro (1996) bahwa kaki Chiton sp. terletak di
permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak. Gerak
merayap pada spesies ini sangat lambat karena disebabkan oleh gerakan
bergelombang otot kaki seperti gerakan yang dimiliki oleh Bekicot. Bagian yang
digunakan unutk melekat pada substrat adalah kaki dans gelang. Pada dasarnya
kaki digunakan untuk melekat namun apabila ia diganggu, maka gelang yang
berperan juga untuk melekat.habitatnya di bawah laut. Habitat di bawah batu
karang. Aktifitasnya dengan menggunakan sebagian dilakukan pada malam hari.
Menurut Kamal (2009) bahwa
alat respirasi pada Chiton sp. adalah insang bipectinate(ktenidia) yang
terletak di dalam lekuk mantel yaitu ruang yang terbentuk, terlihat jumlah
insang antara 6-8 pasang yang tersusun dalam suatu garis pada kedua sisi
tubuhnya.
Untuk sistem
reproduksinya menurut Kamal (2009)
bahwa terdiri atas
sebuah gonade yang terdapat di anterior rongga pericardium di bawah keping
cangkang bagian pertengahan. Chiton sp bersifat diocious. Telur atau
sebuar atau sperma dilepaskan dari gonade ke dalam air (lingkungan sekitar)
melalui gonofer. Chiton sp ini tidak
melakukan kopilasi. Hewan jantan melepaskan sperma yang selanjutnya diikutkan
aliran air untuk responsnya. Fertilisasi terjadi di lingkungan eksternal atau
di dalam rongga mantel. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi trochophore
dan tidak memiliki fase larva fiiliger.
Berdasarkan pembahasan
diatas bahwa Chiton sp. Merupakan hewan
invertebrata dari filum Molusca karena tubuhnya lunak dan juga memiliki
cangkang. Habitatnya di laut, di daerah pantai.
4.3 Pyrosoma sp.
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
|
(Maulana, 2004)
|
Klasifikasi (Radiopoetro, 1996):
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas:
Taliacea
Ordo:
Pyrosomida
Family:
Pyrosomatidae
Genus:
Pyrosoma
Spesies: Pyrosoma sp.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Nganteb
bagian timur. Hewan ini ditemukan di pasir-pasir pantai dan kemungkinan terbawa
oleh ombak. Struktur tubuhnya kasar seperti bergerigi, bentuknya lonjong atau
silindris di bagian tengahnya berongga
cukup lebar menyerupai bentukan pipa. Hal ini berbeda dengan hewan selomata
pada umumnya. Menurut (Campbell, 2008), kebanyakan hewan triploblastik memiliki
rongga tubuh (body cavity), ruang yang terisi cairan atau udara yang
memisahkan saluran pencernaan dari dinding tubuh bagian luar, lapisan-lapisan
jaringan bagian dalam dan luar yang mengelilingi rongga tersebut terhubung
secara dorsal dan ventral dan membentuk
struktur-struktur yang menahan organ-organ internal. Berdasarkan penjelasan
tersebut, dapat diketahui bahwa selom ini terdapat dalam tubuh dan berfungsi
untuk menahan organ-organ internal yang artinya tidak langsung terlihat secara
morfologi namun secara anatomi, namun pada Pyrosoma sp. rongga tersebut
langsung terlihat secara morfologi dan juga rongga tadi tidak menahan organ
apapun didalamnya. Selain itu seperti terdapat cairan di dalamnya dan
warnanya pink ke orange-orangean. Menurut
Radiopoetro (1996) bahwa Ordo: Pyrosomida
-
Berbentuk
tong
-
Lingkaran
otot di dalam pallim hanya mengelilingi lubang oral dan lubang atrial
-
Stigmata
sampai 50 buah
-
Tidak
ada larva
-
Ada
metagenesis; blastoozoid dengan hermaphroditisme protogyni, tetapi juga dengan
stolon di mana terjadi gemmatio untuk membentuk koloni; oozooid dengan gemmatio
-
Membuat
koloni yang berbentuk pipa di mana hewan-hewan terdapat di dalam dinding pipa
dengan lubang oral menunjuk keluar dan lubang atrial menunjuk ke dalam.
-
Contoh:
Pyrosoma giganteum
Berdasarkan pengamatan dan perbandingan literatur, bahwa
spesies ini tergolong dalam filum Chordata. Chordata sendiri menurut literatur
oleh Radiopoetro (1996) bahwa di dalam tubuh chordata terdapat celum. Mesoderm
yang merupakan dinding celum tersebut berasal dari entoderm primer, sehingga
chordata termasuk enterocelomata bersama echinodermata. Kemungkinan spesies
dari Chordata ini merupakan golongan dari Echidermata karena memiliki tubuh
yang berduri sekaligus juga memiliki celum sehingga bisa disebut juga dengan
Enterocelomata, karena memiliki keduanya sehingga spesies ini digolongkan
kedalam filum Chordata yang tidak memiliki tengkorak seperti yang dijelaskan
oleh Radiopoetro (1996) bahwa Hemichordata dan Urochordata dijadikan satu
golongan dan disebut Protochordata. Oleh karena Hemichordata, Urochordata dan
Cephalochordata tidak mempunyai cranium (tengkorak) mereka dimasukkan dalam
golongan Acrania.
4.4 Pollicipes sp.
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
Bentuk tunggal
Bentuk koloni
|
Bentuk tunggal
Bentuk koloni
(Erik, 2001)
|
ss
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum:
Crustacea
Subkelas: Cirripedia
Kelas: Maxillopoda
Ordo:
Pedunculata
Family:
Pollicipedidae
Genus:
Pollicipes
Spesies:
Pollicipes sp./ Lepas sp.
4.4.1 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di pantai Nganteb
bagian timur, bahwa spesies ini ditemukan menempel di batu karang dan
berkoloni, bentuknya seperti kuku atau paruh burung. Warnanya putih kekuningan,
bercangkang seperti golongan dari kelas gastropoda sehingga sekilas tanpa
diamati benar orang akan menyangka bahwa spesies tersebut dari golongan
mollusca. Melekatnya sangat erat sekali sehingga sulit untuk diambil. Menurut
Rusyana (2013) bahwa umumnya hidup melekat pada benda-benda di perairan seperti
batu, kayu, karang, dasar-dasar perahu/kapal, tiang-tiang di laut dan
sebagainya. Karapak menutupi tubuhnya. Umumnya hermaprodit, bagian tubuh
umumnya ditutupi oleh suatu rangka atau cangkok dari kapur, sehingga mula-mula
hewan ini di duga sebagai anggota mollusca. Diantaranya ada yang hidup sebagai
parasit. Contoh spesies: Lepas fascicularis. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengamatan yang dilakukan sesuai dengan literatur bahwa golongan ini
merupakan dari subfilum crustacea yang mula-mula spesies ini diduga sebagai
golongan dari mollusca.
Berdasarkan pembahasan tersebut bahwa spesies ini bukan
dari golongan mollusca melainkan dari golongan arthropoda dari subfilum
crustacea. Menurut Rusyana (2013) bahwa crustacea sendiri merupakan kelas dari arthropoda yang hidupnya terutama menempati
perairan baik air tawar maupun laut. Bernafas dengan menggunakan insang.
Tubuhnya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan
perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk
cephalothorax. Sistem peredaran darah, peredaran darahnya terbuka, pernafasan
umumnya dilakukan oleh insang. Sistem syaraf, terdapat pengumpulan dan
pengaturan ganglia yang mana dari sini keluar saraf-saraf yang menuju ke tepi.
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus dan anus.
Sistem sirkulasi, alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah.
Darah terdiri atas cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah
atau amoebocyt yang berupa sel-sel amoiboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu
mengangkut material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain,
mengangkut insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2
menuju ke insang dan mengangkut urea menuju alat ekskresi. Alat ekskresi
berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut kelenjar hijau terletak di bagian
bawah kepala, anterior esofagus.
4.5 Emerita sp.
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
Permukaan
ventral
Permukaan
dorsal
|
Permukaan
dorsal
(Erik, 2001)
|
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Family: Hippidae
Genus: Emerita
Spesies: Emerita sp.
4.5.1 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di
pantai Nganteb bagian timur, spesies ini ditemukan di dalam pasir pantai dan
bergerak sangat cepat ketika masuk dalam pasir. Sehingga orang Indonesia
mengatakannya sebagai undur-undur laut, karena sifatnya seperti hewan
undur-undur yang ada di darat yakni bergerak cepat ketika masuk ke dalam tanah.
Warna tubuhnya putih, bagian dorsalnya agak licin dan memiliki kaki yang
bersegmen seperti dari kelompok Cambarus dari subkelas Malacostraca. Menurut Rusyana
(2013) bahwa Subkelas ini merupakan hewan yang paling banyak dari kelas
Crustacea kira-kira ¾ nya termasuk kedalam Malacostraca. Umumnya
bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4 segmen dibagian
kepala, 8 segmen dibagian dada dan 6 segmen di bagian perut. Beberapa jenis
yang termasuk ke dalam Malacostraca ini adalah: udang, kepiting, ketam, dan
sebagainya.
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa spesies ini tergolong
dari filum arthropoda dari subfilum crustacea dan dari subkelas Malacostraca.
Menurut Rusyana (2013) bahwa subfilum crustacea merupakan
kelas dari arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar
maupun laut. Bernafas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi:
kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau
kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Sistem
peredaran darah, peredaran darahnya terbuka, pernafasan umumnya dilakukan oleh insang.
Sistem syaraf, terdapat pengumpulan dan pengaturan ganglia yang mana dari sini
keluar saraf-saraf yang menuju ke tepi. Sistem pencernaan terdiri atas
mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Sistem sirkulasi, alat
peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan
darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang
berupa sel-sel amoiboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkut material
makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut insang menuju
jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insang dan
mengangkut urea menuju alat ekskresi. Alat ekskresi berupa sepasang
bangunan yang lebar, disebut kelenjar hijau terletak di bagian bawah kepala,
anterior esofagus.
4.6 Ceonobita rugorus
Gambar Pengamatan
|
Gambar
Literature
|
|
(Maulana, 2004)
|
Klasifikasi (Radiopoetro, 1996):
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas:
Cruatacea
Subkelas:
Malacostraca
Ordo: Decapooda
Family: Ceonobitidae
Genus: Ceonobita
Spesies: Ceonobita rugorus
Ceonobita
rugorus, sekilas spesies ini tampak seperti molluska yang berasal dari
kelas gastropoda. Hal ini terlihat dari adanya cangkang yang menyelubungi tubuh
Ceonobita rugorus sangat mirip dengan cangkang yang dimiliki oleh
gastropoda pada umumnya, khususnya yang sama-sama tinggal tinggal di daerah marine
water (perairan laut). Pada peneletian ini pun ditemukan molluska kelas
Gastropoda yang bercangkang serupa dengan Ceonobita rugorus. Seperti
yang tampak pada gambar berikut
Gb. 4.6.1
Cangkang molluska kelas gastropoda Gb.
4.6.2 cangkang arthropoda kelas crustacea
Ciri dominan yang menunjukkan bahwa spesies ini tergolong dalam
filum Arthropoda adalah adanya bagian tubuh (kaki) yang bersegmen-segmen. Bagian
tubuh terbagi menjadi tiga bagian yakni kepala (cephal), dada (thorax), dan
perut (abdomen)(Rusnyana, 2013). Terkadang bagian kepala dan dada langsung bergabung
menjadi satu bagian yang hanya dipisahkan oleh sekat (septum) sederhana dan
dinamai dengan cepalothorax.
Pengamatan pada bagian-bagian tubuh Ceonobita rugorus menunjukkan
bahwa organisme ini memiliki perut (abdomen) yang cukup lunak dan lentur,
berbeda dengan kebanyakan spesies pada kelas crustacea yang juga mencakup Ceonobita
rugorus. Menurut Kastawi (2005), permukaan tubuh crustacea dilindungi oleh
kutikula yang tersusun atas zat kitin yang ditambah dengan garam-garam mineral
dan bersifat sangat keras. Eksoskeleton menutupi seluruh permukaan tubuh
kecuali pada tempat perhubungan yang menjadi tipis dan lunak agar mampu
bergerak. Mungkin itulah sebabnya spesies ini membutuhkan alat pelindung khusus
untuk melindungi tubuhnya terutama bagian perut yang lunak dan lentur berupa
cangkang. Jika pada gastropoda, cangkang terus tunbuh bersama perkembangan
gastropoda tersebut selama hidupnya, maka pada Ceonobita rugorus cangkang
yang dimiliki tidak bisa mengikuti perkembangan tubuhnya, oleh karena itu
ketika cangkang yang digunakan sudah tidakk muat oleh ukuran tubuhnya, spesies
ini akan mencari cangkang baru yang muat dengan ukuran tubuhnya. Hal ini juga
dapat menjadi pembeda antara gastropoda dengan Ceonobita rugorus bahwa
hanya Ceonobita rugorus yang mampu meninggalkan cangkangnya (cangkang
bukan bagian utama tubuh), sedangkan gastropoda tidak akan mampu meninggalkan cangkangnya
karena cangkang yang dimiliki merupakan bagian utama tubuh yang saling melekat
dan pembentukannya berasal dari cairan yang disekresi dari dalam tubuhnya yang
lunak.
Menurut
Jonas (2014), Coenobita rugosus merupakan jenis kepiting yang hidup di pasir
asli Australia dan Pantai Timur Afrika ke selatan barat Pasifik. C. rugosus memiliki empat kaki untuk
berjalan, penjepit kecil, penjepit besar dan antena. Ketika C. Rugosus terancam mampu membuat suara
'berkicau' dengan penjepit besar yang bergesekan dengan cangkang sebagai alat
pelindung. C. rugosus bervariasi dalam warna tergantung pada asupan
nutrisi dan warna-warna yang umum meliputi hijau, coklat, hitam, putih, pink
dan biru telah diamati. Panjangnya dapat mencapai 15 milimeter (0,59 inci) dan mata berpasir dalam
warna dan mungkin memiliki garis coklat di bawahnya. Bawah sepasang antena adalah cahaya berwarna
oranye. Cakar besar mereka memiliki 7 tonjolan di bagian atas dan biasanya ada rambut di bagian
dalam kedua cakar. Lalu sepasang kaki berjalan, pada kedua segmen, itu rata dan
warna yang lebih muda. Perut pendek dan gemuk. C. rugosus akan mengkonsumsi tanaman, ikan mati, buah, dan
sisa-sisa lainnya.
4.7 Allopetrolisthes sp.
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
Permukaan Ventral
Permukaan Dorsal
|
Permukaan Dorsal
(Maulana, 2004)
|
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum:
Crustacea
Kelas:
Malacostraca
Ordo: Decapoda
Family: Porcellanidae
Genus: Allopetrolisthes
Spesies: Allopetrolisthes sp.
4.7.1 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di
pantai Nganteb bagian timur, bahwa spesies ini ditemukan spesies ini ditemukan
di pinggir-pinggir batu karang dan ada juga yang ditemukan di bawah batu.
Bergeraknya cepat sekali, berwarna agak hitam pada bagian dorsalnya dan bagian
ventralnya putih. Teksturnya keras dan permukaannya halus, serta bagian pinggir
dari tubuhnya terdapat duri-duri yang lancip.
Kakinya bersegmen seperti spesies Cambarus sp.sehingga
digolongkan dalam subkelas crustacea dari subkelas Malacostraca. Menurut
Rusyana (2013) bahwa Subkelas ini merupakan hewan yang paling banyak dari kelas
Crustacea kira-kira ¾ nya termasuk kedalam Malacostraca. Umumnya
bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4 segmen dibagian
kepala, 8 segmen dibagian dada dan 6 segmen di bagian perut. Beberapa jenis
yang termasuk ke dalam Malacostraca ini adalah: udang, kepiting, ketam, dan
sebagainya.
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa spesies ini tergolong
dari filum arthropoda dari subfilum crustacea dan dari subkelas Malacostraca.
Menurut Rusyana (2013) bahwa subfilum crustacea merupakan
kelas dari arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar
maupun laut. Bernafas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi:
kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau
kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Sistem
peredaran darah, peredaran darahnya terbuka, pernafasan umumnya dilakukan oleh insang.
Sistem syaraf, terdapat pengumpulan dan pengaturan ganglia yang mana dari sini
keluar saraf-saraf yang menuju ke tepi. Sistem pencernaan terdiri atas
mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Sistem sirkulasi, alat
peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan
darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang
berupa sel-sel amoiboid. Pada dasarnya fungsi darah yaitu mengangkut material
makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut insang menuju
jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insang dan
mengangkut urea menuju alat ekskresi. Alat ekskresi berupa sepasang
bangunan yang lebar, disebut kelenjar hijau terletak di bagian bawah kepala,
anterior esofagus.
4.8 Salpa cilindrica
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
|
(Erik, 2001)
|
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas:
Thalliaceae
Ordo:
Salpida
Family:
Genus:
Salpa
Spesies:
Salpa sp.
Salpa
cilindrica ditemukan di pasir pantai akibat terbawa arusombak yang cukup
deras bersamaan dengan Pyrosoma sp. yang juga sama-sama terbawa arus
ombak hingga ke pinggir pantai. Salpa cilindrica memiliki bentuk tubuh
silindris, oleh karena itu spesies ini diberi nama S. cilindrica
(memiliki bentuk tubuh silindris). Namun tidak semua spesies pada genus Salpa
memiliki bentuk tubuh silindris, hal ini bergantung pada masing-masing
spesies. Beberapa spesies dari genus Salpa memiliki morfologi yang hampr
menyerupai ubur-ubur (Aurelia sp.) dari segi morfologi, karena sama-sama
memiliki tubuh yang transparan seperti jeli begitu juga dengan spesies Salpa
cilindrica yang ditemukan di pantai Nganteb. Perbedaan yang paling mencolok
dari kedua spesies ini adalah adanya semacam bulatan sebesar kelereng berwarna
cokelat kehitaman pada spesies Salpa sp. yang merupakan stigma. Tubuhnya
yang transparan menunjukkan seperti tidak ada organ-organ spesifik seperti yang
dimiliki organisme hidup pada umumnya, bahkan ketika ditemukan dalam keadaan kering
karena panas matahari di pasir pantai, spesies ini berbentuk seperti plastic dan
tidak meningalkan bagian tubuh apapun selain hanya satu stigma tadi seolah-olah
ketika dalam keadaan utuh tubuhnya hanya berisi air.
Salpa
cilindrica termasuk dalam kelas Thalliaceae dan ordo Salpida. Menurut
Radiopoetro (1996), kelas Thalliaceae memiliki cirri-ciri:
-
Berbentuk
seperti tong atau silinder, pada satu ujung terdapat lubang oral pada lain
ujung lubang atrial;
-
Tunica
tetap;
-
Di
dalam pallium terdapat otot-otot melingkar;
-
Tidak
ada ekor atau chorda dorsalis;
-
Hidup
bebas.
Sedangkan yang termasuk dalam ordo Salpida memiliki cirri-ciri
sebagai berikut:
-
Berbentuk
silinder; lingkaran otot di dalam pallium di sebelah ventral terputus;
-
Satu
stigma besar;
-
Tidak
ada larva (tidak ada metamorphosis);
-
Ada
metagenesis; blastozoid dengan hermaproditisme protogyni; oozoid dengan satu
stolon ventral dimana terjadi gemmatio; gemmae menjadi blastozoid-blastozoid.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil dari hasil kuliah kerja lapangan adalah sebagai berikut:
1.
Colobocentrotus
atrutus menunjukkan bahwa spesies ini
memilki kulit pada permukaan dorsal yang cukup keras berwarna ungu terang.
Tubuhnya membentuk setengah lingkaran yang sempurna. kulit terbagi dalam
beberapa bagian seperti terpisah-pisah berbentuk segi 5-6.
2.
Chiton banyak ditemukan menempel
di batu-batuan bentuknya oval, bertekstur kasar untuk bagian atasnya seperti
cangkang yang tumpang tindih yang berjumlah 8 keping dan berwarna coklat hampir menyerupai warna
batu yang ditempelinya.
3.
Struktur tubuhnya kasar seperti bergerigi,
bentuknya lonjong atau silindris di bagian tengahnya berongga cukup lebar menyerupai bentukan pipa.
4.
Pollicipes
sp./ Lepas sp.bentuknya seperti kuku atau paruh burung. Warnanya putih
kekuningan, bercangkang seperti golongan dari kelas gastropoda sehingga sekilas
tanpa diamati benar orang akan menyangka bahwa spesies tersebut dari golongan
mollusca. Melekatnya sangat erat sekali sehingga sulit untuk diambil.
5.
Emerita
sp.warna tubuhnya putih, bagian dorsalnya agak licin dan memiliki kaki yang
bersegmen seperti dari kelompok Cambarus dari subkelas Malacostraca.
6.
Cangkang
yang menyelubungi tubuh Ceonobita rugorus sangat mirip dengan cangkang
yang dimiliki oleh gastropoda pada umumnya, khususnya yang sama-sama tinggal
tinggal di daerah marine water (perairan laut).
7.
Allopetrolisthes
sp.bergeraknya cepat sekali, berwarna agak hitam pada bagian dorsalnya dan
bagian ventralnya putih. Teksturnya keras dan permukaannya halus, serta bagian
pinggir dari tubuhnya terdapat duri-duri yang lancip. Kakinya bersegmen seperti spesies Cambarus
sp.sehingga digolongkan dalam subkelas crustacea dari subkelas
Malacostraca.
8.
Salpa
cilindrica memiliki bentuk
tubuh silindris, oleh karena itu spesies ini diberi nama S. cilindrica
(memiliki bentuk tubuh silindris). Namun tidak semua spesies pada genus Salpa
memiliki bentuk tubuh silindris, hal ini bergantung pada masing-masing
spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A dan Reece, Jane. B. 2008. Biologi Jilid 2
Edisi ke delapan. Jakarta: Erlangga
Carrie E.
Schweitzer & Rodney M. Feldmann (2010).Earliest
known Porcellanidae (Decapoda: Anomura: Galatheoidea) (Jurassic: Tithonian). Neues Jahrbuchfür Geologie und
Paläontologie Abhandlungen 258 (2):
243–248
Jonas
Keiler, Stefan Richter & Christian S. Wirkner (2014). Evolutionary
morphology of the organ systems in squat lobsters and porcelain crabs
(crustacea: Decapoda: Anomala): an insight into carcinization". Journal of Morphology. Vol 1. No. 1
Kamal, Mustofa. 2009.
Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan. Inderalaya: UNSRI
Kastawi, Yusuf. 1996. Zologi Avertebrata. Malang: UM Press
Peter
Greenaway. 2006. Terrestrial
adaptations in the Anomura (Crustacea: Decapoda) . School of Biological Science, University of New South Wales.Retrieved.
Vol.2. No. 6
Radiopoetra.
1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Rusyana,
Adun. 2007. Zoologi Invertebrate. Bandung:
CV Alfabeta
LAMPIRAN
Gambar
Pengamatan
|
(Sp.1)
|
Keterangan:
Spesies ini belum teridentifikasi,
morfologi spesies ini adalah tubuhnya bersegmen, memiliki ekor, bagian
kepalanya berwarna coklat kehitaman seperti membelah dua dan di tepi-tepinya
terdapat rambut-rambut yang berwarna seperti tubuhnya. Tubuhnya berwarna peach,
seperti daging ikan segar pada umumnya. Tubuhnya terbagi cephal (kepala),
abdomen (perut), dan ekor. Tidak tampak adanya alat pergerakan semacam kaki
atau yang lainnya, sedangkan pada waktu spesies ini diambil terlihat
pergerakannya dengan cara mengerut dan memanjang seperti yang biasa dilakukan
oleh filum Annelida. Di bagian kepala terdapat dua bintik seperti mata.