Sabtu, 21 Maret 2015

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) DI COBAN PELANGI PTERIDOPHYTA



          LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) DI COBAN PELANGI
PTERIDOPHYTA
DosenPengampu:
Sulisetjono M.Si
Ainun Nikmati Laily M.Si
Description: D:\file\uinmalang.jpg
Kelompok 4:
1.    Ari Mustofa                                  (13620111)
2.    Nurullah Alifatin Nisa                (13620105)
3.    Eka Fitriyah                                 (13620121)
4.    Malinda F.I                                  (13620122)
5.    Army Purwanti                              (13620118)
6.    Nurul Baroroh                               (13620119)

                            




JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Allah berfirman dalam surat Thaaha ayat 53 yangberbunyi:
“ Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan, maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”.
Ayat tersebut menyeru kepada kita manusia bahwa Allah dalam surat diatas menciptakan dimuka bumi ini bermaca - macam tumbuhan. Mungkin yang saat ini menjadi pengamatan kita adalah tumbuhan paku atau pterydophyta. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun(Gembong. 1994).
Menurut Gembong (1994) divisi Pteridophyta dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae dan Filiciane. Dan menurut Steennis (1988), tumbuhan paku- pakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae, Equicetaceae, Selagillaceae, Lycopodiaceae, Ophiglossaceae, Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan Polypodiaceae. Di beberapa klasifikasi diatas kita akan mememukan beberapa tumbuhan paku yang bermacam - macam bentuk nya.
Oleh karena itu, KKL di coban pelangi ini sangat perlu dilakukan sebagai tadabbur kita tethadap ayat diatas. Dan salah satu cara kita tugas kita mahasiswa biologi yang harus mengetahui keanekarahaman tumbuhan paku yang dari san kita dapat mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk hidupnya di muka bumi.
1.2       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari KKL botani tumbuhan berpembuluh sebagai berikut:
1.        Bagaimanakah sistem pencandraan dan perbandingan ciri - ciri morfologi dari Deparia confluens?
2.        Bagaimanakah sistem pencandraan dan perbandingan ciri - ciri morfologi dari Adiantum tenerum?
3.        Bagaimanakah sistem pencandraan dan perbandingan ciri - ciri morfologi dari Davallia dentikulata
1.3       Tujuan
Tujuan dari KKL botani tumbuhan berpembuluh sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui sistem pencandraan dan perbandingan ciri - ciri morfologi dari Deparia confluens.
2.        Untuk mengetahui sistem pencandraan dan perbandingan ciri - ciri morfologi dari Adiantum tenerum.
3.        Untuk mengetahui sistem pencandraan dan perbandingan ciri - ciri morfologi dari Davallia dentikullata.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Tumbuhan Paku (Pterydhophyta)
2.1.1    Coban Pelangi
Coban Pelangi atau air terjun Pelangi, adalah salah satu wilayah konservasi alam di bawah perlindungan perum perhutani berjarak 10 Km dari kecamatan Tumpang dan 32 Km dari kota Malang. Air terjun ini berada d kawasan pegunungan yang terjal dan berliku, dengan kemiringan di atas 45 derajat berada pada 8,0109° LS; 112,8607° BT; 1.299,5 m dpl.Untuk menuju air terjun, pengunjung akan melewati medan berbukit dengan kemiringan mencapai sekitar 45°. Setelah melewati bukit kurang lebih 15 menit, selebihnya adalah menyusur jalur di atas anak sungai (Eastjava. 2013).
Air terjun di Coban Pelangi mengalir dari sebuah tebing dengan ketinggian 30 M. Terdapat sebuah pondok yang di siapkan sebagai fasilitas untuk menikmati keindahan air terjun di Coban Pelangi ini. Bila beruntung, para pengunjung juga bisa menyaksikan pelangi yang terbias dari pucuk-pucuk tebing, dimana menjadi asal mula penamaan coban ini (Eastjava. 2013).
Peta dan Koordinat GPS: 8° 1' 32.27" S  112° 49' 1.06" E
Aksesbilitas
            Berjarak seklitar 2 km dari desa Gubuk Klakah atau sekitar ± 32 km sebelah timur kota Malang. Untuk mengunjungi coban yang terletak di Sungai Amprong ini, arahkan perjalanan menuju Tumpang, dilanjutkan menuju Desa Gubug Klakah. Hati-hati karena setelah melewati desa, jalan mulai menanjak dan berkelok.  Air terjun ini berada sebelum masuk pertigaan Jemplang (yaitu pertigaan menuju Gunung Semeru dan Gunung Bromo)  usai melewati Desa Gubuk Klakah disebelah kanan jalan ini akan terlihat jelas gapura bertuliskan air terjun Coban Pelangi (Sites.google.com).
Dari area pintu masuk Coban Pelangi yang berada di atas tebing setinggi sekitar 100 meter, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang menurun dan melintasi jembatan. Jarak tempuh jalan ini sekitar 1, 5 km hingga lokasi air terjun berada (Sites.google.com).
2.1.2    Tumbuhan Paku
Dunia tumbuhan   secara umum  dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling komplek yaitu Divisio Schyzophyta yaitu tumbuhan belah; yang menjadi anggota Schizophyta adalah semua tumbuhan yang cara reproduksinya dengan membelah diri, inti sel belum berdinding dan secara umum bersifat uniseluler. Contoh  dari  Divisio Schizophyta adalah bakteri dan alga biru. Divisio berikutnya adalah Divisio Thallophyta, yaitu kelompok tumbuhan yang dapat multiseluler ataupun uniseluler namun sudah memiliki inti yang sesungguhnya. Contoh dari Divisio Thallophyta adalah alga dan jamur. Meningkat pada kelompok tumbuhan lain yang struktur akar dan batangnya belum ada, namun sel telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi adalah kelompok Bryophyta. Pteridophyta adalah divisio yang semua anggotanya telah memiliki akar, batang dan daun yang sudah jelas. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan spora(Tjitrosoepomo, 1988).
            Anak suku Asplenieae; sorus di samping pada taju-taju daun, memamjang, mempunyai indusium. Dari anak suku ini yang terkenal adalah(Dosen FMIPA USU, 2007):
1.                   Asplenium; sorus bangun garis atau sempit memanjang, terletak disamping tulang cabang, serong atau hamper tegak pada ibu tulang. Indusium sesuai dengan sorusnya. Daun tidak dapat lepas dari rimpang, menyirip, atau menyirip ganda. Urat-urat daun bebas atau bersambungan dengan tulang tepi. Paku tanah atau epifit. Yang paling umum di Indonesia ialah A. Nidus(paku sarang) .
2.                   Blechnum; sorus berbentuk garis pada sisi bawah daun, kadang-kadang sepanjang tepi daun yang fertil, tetapi dapat pula menutupi seluruh sisi bawah kecuali ibu tulang. Ada indusium, dan jika letak sorus ditepi daun, indusium berasal dari tepi daun itu. Dan tidak terlepas dari rimpang, berbagai menyirip atau menyirip, jarang tunggal dan tidak terbagi
2.1.3 Adiantum tenerum
Suplir (Adiantum Tenerum)  adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasukdalam genus Adiantum famili Polipodiaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuansuplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. perbanyakan generatif  suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun  bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangiumyang dilindungi oleh indusium (Large,1993).
Tumbuhan suplir merupakan tumbuh-tumbuhan yang berkembang biak dengan spora. Tumbuhan Suplir dimasukkan dalam golongan tumbuhan paku-pakuan (Pteridophyta) tumbuhan ini masuk kedalam kelaompok Pterudophyta karena sudah dapat dibedakan antara batang, daun, dan akar. Pada umumnya hidup di atas tanah dengan cara bergerombol dan mempunyai akar serabut yang ujung akarnya dilindungi kaliptra. Kebanyakan hidup di tempat-tempat yang terlindung (sahdefern). Paku tanah atau suplir telah memiliki organ tubuh yang sesungguhnya seperti akar, batang dan daun. Daun pada tumbuhan paku suplir beraneka ragam(Large,1993)..
Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang  bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker ) seperti tangkai biola (disebut circinatevernation ) dan perlahan-lahan membuka.Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma. Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hiasyang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor  dan kalium(Large,1993)..
Paku tanah, tinggi 0,25 -1,30 m. Akar rimpang tegak semakin menaik, atau memanjat, berdaun rapat dan pendek. Tangkai daun gundul 10-40 cm. Daun majemuk yang   besar menyirip ranngkap 3-4 tegak atau melengkung menggantung, panjang 15-90 cm.  Anak daun penempatannya berseling sepanjang poros sirip, gundul, sepanjang tepi  atas bercangap, bulat telur, oval atau bulat telur terbalik, dengan pangkal berbentuk baji atau tumpul, 1-3 kali 0,5-2,8 cm. Tangkai anak daun pada  ujungnya menebal dan di  sana berruas  dengan anak daun (sehingga   tangkai daun tertinggal setelah daun rontok), gundul.  Sori pada sisi bawah daun di bawah tepi taju daun yang menggulung tepi daun tersebut juga berfungsi menjadi selaput penutup, melintang memanjang sampai pendek berbentuk garis, lurus atau bengkok(Large,1993)
Berdasarkan fungsi daun pada tumbuhan paku suplir ini ada dua macam jenis daun yaitu: Daun tropofil (daun untuk fotosintesis saja / Daun steril) dan daun sporofil (daun penghasil spora/ daun fertil ). Dan berdasarkan ukurannya tumbuhan paku suplir ada dua macam jenis daun yaitu Daun Makrofil dan Daun Mikrofil(Large,1993).
Siklus hidup tanaman suplir dimulai dari tanaman yang sudah dewasa yaitu ditandai dengan jatuhnya spora yang telah matang atau melompat ke luar dari kotak spora. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang cocok (tanah yang subur), maka spora itu akan tumbuh menjadi suatu badan/lembaran hijau yang disebut prothallium (prothallus), Prothallus ini biasanya berklorofil, sehingga bisa berasimilasi, Sedang untuk mengambil makanannya dari dalam tanah prothallus ini akan menggunakan rhizoidnya, Pada prothallus ini akan terbentuk gametangium yakni berupa antheridia yang menghasilkan spermatozoid dan archogenium menghasilkan sel telur, Selanjutnya dengan perantaraan medium air yang ada disekitar prothallus, spermatozoid akan bergerak menuju archogonium, Pertemuan dua sel kelamin ini akan menghasilkan zigot, Kemudian zigot ini akan terus berkembang membelah diri dan akhirnya terbentuklah sporophit muda, Sporophit muda inilah yang akan tumbuh terus menjadi tumbuhan paku yang kemudian akan menghasilkan spora kembali(Large,1993).
Adiantum berasal dari India Barat. Dari dataran rendah sampai cukup tinggi di pegunungan, sangat banyak dipelihara menjadi tanaman perhiasan. Pada tembok tua dan dinding tanah kadang-kadang menjadi liar. Tanaman suplir (Adiantum tenerum Sw.) ialah tanaman hias daun yangperlu mendapat perhatian untuk dikembangkan di Indonesia agar tidak punah. Perbanyakan secara generatif menggunakan spora, sedangkan perbanyakan vegetatif menggunakan pemisahan rumpun atau anakan.Pada perbanyakan tanaman suplir dengan menggunakan pemisahan rumpun, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman suplir ialah media tanam. Permasalahanyang sering terjadi pada media tanam suplir ialah drainase dan aerasi yang tidak baiksehingga rumpun suplir akan mengalami kelayuan daun, akar rusak (membusuk) sehingga akhirnya suplir mati. Media tanam yang ideal bagi tanaman suplir ialahmedia tanam yang cukup lembab (RH 50 % – 80 %), memiliki porositas yang baik, sehingga drainase dan aerasinya bagus (Large,1993).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1       Waktu dan Tempat
Kuliah kerja lapangan (KKL) tentang pengamatan pterydophyta ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 14 maret 2015 pada pukul 09.30 WIB. Bertempat di Coban Pelangi kecamatan tumpang kota malang kabupaten malang jawa timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan pterydophyta ini adalah, sebagai berikut:
1.      Alat tulis                                                                                       3 buah
2.      Papan dada                                                                                   3 buah
3.      Penggaris                                                                                      1 buah
4.      Kamera                                                                                         1 buah
5.      Penghapus                                                                                    1 buah

3.2.2.1   Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan pterydophyta ini adalah, sebagai berikut:
1.      Lembar kerja                                                                                 3 lembar
2.      Buku identifikasi                                                                          1 buah
3.      Adiantum tenerum          
4.      Deparia confluens
5.       Davallia denticullata



BAB IV
HASIL dan PEMBHASAN
4.1       Davallia denticulata                        
4.1.1    Hasil
            Hasil pengamatan pada spesies Davallia denticulata adalah sebagai berikut:
Gambar pengamatan
Gambar literatur
Description: D:\h.jpg
Description: https://susantievi.files.wordpress.com/2012/06/selagi.jpg?w=300&h=227
(cakmus. 2010)
    
4.1.2    Pembahasan
                        Spesies ini mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
            Divisi: Pterydophyta
                        Clasis: Filicinae
                                    Ordo: Davalliales
                                                Family: Polypodiceae
                                                            Genus: Davallia
Species: Davallia denticulata(Cakmus,2010)
Spesies ini merupakan salah satu spesies tumbuhan paku yang kami dapat identifikasi dari hasil KKL kami di coban pelangi kemarin yang dilakukan pada tanggal 14 maret 2015. Spesies ini mempunyai ciri morfologi sebagai berikut, mempunyai perawakan terna atau herba,mempunyai akar serabut,batangnya berupa terna dan berada dibawah tanah. Arah tumbuh yang dimiliki oleh batang spesies ini adalah merayap dengan stolon, bentuk batangnya bulat, permukaan batangya terdapat rambut,dan bentuk batangnya bulat serta tidak mempunyai cabang dan berwarna coklat.
Selain itu ciri morfologi yang tampak yang dimiliki oleh Davallia ini adalah spesies ini mempunyai daun dengan tipe daun tunggal, termasuk daun tak lengkap, dengan tepi daun bergerigi, pangkalnya tumpul, ujung daunnya runcing, permukaannnya berambut dan mempunyai pertulangan yang sejajar. Selain itu peruratan yang dimiliki oleh daun spesies ini mencapai tepi daun dan mempunyai tekstur yang sedikit kasar karena terdapat trikoma.
Selain batang dan daun, yang dapat dilihat secara nyata yaitu, tumbuhan ini mempunytai entalpi. Entalpi berbentuk panjang dan berjumbai serta menyirip. Pada tangkai entalpi ini berwarna coklat gelap dan mengkilap. Mempunyai indusial berbentuk corong. Smith (1793:157) menyebutnya dengan indusial. Indusial ini berada pada bagian dasar dan berbentuk seperti cagkir.
Menurut Mustofa (2009), davallia mempunyai Rimpang yang kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Indusia berbentuk hampir menyerupai setengah lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
Davallia merupakan salah satu genus dari 40 jenis pakis. Davalliia merupakan tumbuhan epifit. bila dilihat secara langsung, maka tumbuhan ini mempunyai cirri-ciri antara lain rimpangnya kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta daunnya berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya mengkilat sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua. daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruaas-ruas yang panjang, bersisik rapat. Sisik berwarna pirang (Tjitrosoepomo,2009:279).
Davallia merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan baru (Aziz,2008).
Tjitrosoepomo (2009:279) menyatakan bahwa Davallia memiliki sorus yang  bulat atau memanjang, dimana sorus ini  terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang tepi daun,  dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium  berlekatan pada permukaan daun  sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun.
4.2  Deparia confluens      
4.2.1 Hasil
            Hasil pengamatan pada spesies Deparia confluens adalah sebagai berikut:
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Description: E:\photo\kkl cuban pelangi\IMG20150314101704.jpg
Description: http://ucjeps.berkeley.edu/moorea/fernphotos/Nitta_290_Deparia_confluens1_sm.jpg
(Murdock, 2003)

Keterangan:
1.                   Perawakan Terna
2.                   Akar Serabut
3.                   Memiliki Trikoma
4.                   Sporofilnya terletak di bawah daun
5.                   Susunannya berhadapan
6.                   Daun majemuk
7.                   Tepi bergerigi
8.                   Pangkal tumpul
9.                   Ujung meruncing
10.               Permukaan kasar
11.               Sorus bergaris di bawah daun
Klasifikas:
Divisio: Pteridophyta
                        Classio: Pteridopsida
                                    Ordo: Blechnales
                                                Familia: Athyriaceae
                                                            Genus: Deparia
                                                                        Spesies: Deparia confluens
4.2.2 Pembahasan
Hasil pengamatan yang dilakukan di  Cuban Pelangi pada spesies yang tergolong kelas pteridopsida yakni memiliki ciri sporofil di bawah daun berwarna merah kecoklatan dan sorusnya di bawah daun. Jika dibandingkan dengan dasar teori oleh Dosen FMIPA USU(2007) bahwa spesies ini juga tergolong dalam anak suku asplenieae dengan ciri yang hampir sama dengan anak suku yang terkenal pada anak suku ini yakni Blechnum, yang mana sorus berbentuk garis pada sisi bawah daun, kadang-kadang sepanjang tepi daun yang fertil, tetapi dapat pula menutupi seluruh sisi bawah kecuali ibu tulang. Ada indusium, dan jika letak sorus ditepi daun, indusium berasal dari tepi daun itu. Dan tidak terlepas dari rimpang, berbagai menyirip atau menyirip, jarang tunggal dan tidak terbagi.
Selanjutnya dalam pengklasifikasian dibandingkan dengan gambar yang terdapat pada Journal Pacific Science oleh Murdock (2003) yakni dengan adanya kesamaan morfologi berupa bentuk daun pada bagian tepi bergerigi pertulangan menyiripdan memiliki trikoma, pada bagian pangkal tumpul, ujungnya runcing.Pada batang bentuknya bulat, arah tumbuhnya merayap, permukaannya kasar karena memiliki trikoma.Dan pada sistem perakarannya serabut, serta letak sporofilnya berada di bawah daun dengan bentuk  sporofil berbentuk seperti garis yang menyirip, Sehingga didapatkan nama spesies tersebut adalah Deparia confluens.
4.3 Adiantum tenerum
4.3.1 Hasil
Hasil pengamatan pada spesies Adiantum tenerum adalah sebagai berikut:
Gambar Pengamatan
Gambar literature
Description: E:\photo\kkl cuban pelangi\IMG20150314103318.jpg
Description: https://rienaq.files.wordpress.com/2012/06/111.png
(Cakmus, 2012)

Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Pteridopsida
SubKelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Familia: Adiantaceae
Genus: Adiantum
Spesies: Adiantum tenerum Sw (Cakmus, 2010)
4.3.2 Pembahasan
            Pengamatan Adiantum tenerum ini dilakukan di Coban Pelangi Malang. Berdasarkan pengamatan secara langsung yang dilakukan di Coban Pelangi bahwa Adiantum tenerum banyak ditemukan disana. Hampir setiap tempat ada spesies Adiantum. Jika dibandingkan dengan dasar teori oleh Large (1993)bahwa Adiantum  tenerum ini termasuk tumbuhan paku dari divisi Pterodophyta.Tanaman ini disebut juga dengan tanaman suplir.
Menurut Large (1993) bahwa daun Adiantum tenerum adalah Makrofil ukurannya lebih besar, menyirip ganda. Daun yang makrofil (berdaun besar) dengan posisi yang berseling- seling serta daun yang menyerupai kipas. Bentuk daunnya bulat telur, persegi panjang, delta, jajar genjang, dan belah ketupat, Susunan daun tumpang tindih ,bersirip tunggal, bersirip ganda, ada juga susunan daunnya pada bagian bawah besar sedang pada bagian ujungnya mengecil sehingga mirip ekor. Tekstur daunnya lembut dan tipis, tetapi ada juga yang keras dan kaku. Daun Adiantum tenerum berwarna hijau mengkilap. Pada bagian daun terdapat tulang daun dan telah mempunyai mesofil (dagingdaun).
Batang tanaman suplir hitam mengkilat berduri tegak atau semi tegak dan dijumpai sisik-sisik yang lunak atau keras. Batang bercabang-cabang dan berupa tongkat (rhizome) yang terdapat banyak daun. Susunan anatomi batang terdiri dari epidermis, korteks dan stele. Pada ujung batang terdapat jaringan meristematik yang membentuk akar dan batang.
Akar dari Adiantum tenerum adalah rimpang tegak, yang akar sejatinya semakin menaik atau memanjat. Akar berupa rhizome beruas pendek yang muncul akar-akar  berupa serabut. Pada ujung akar dilindungi oleh kaliptra atau tudung akar. Di belakang kaliptra terdapat titik tumbuh berupa sebuah sel yang berbentuk bidang empat, yang kearah luar membentuk sel-sel kaliptra, sedangkan jika menuju kearah dalam membentuk sel-sel akar.


BAB V
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.                   Pencandraan dibandingkan dengan gambar yang terdapat pada literatur yakni dengan adanya kesamaan morfologi berupa bentuk daun pada bagian tepi bergerigi, pertulangan sejajar dan memiliki trikoma, pada bagian pangkal tumpul, ujungnya runcing. Pada batang bentuknya bulat, arah tumbuhnya merayap, permukaannya kasar karena memiliki trikoma. Dan pada sistem perakarannya serabut, serta letak sporofilnya berada di bawah daun. Sehingga didapatkan nama spesies tersebut adalah Davallia denticulata.
2.                   Pencandraan dibandingkan dengan gambar yang terdapat pada Journal Pacific Science oleh Murdock (2003) yakni dengan adanya kesamaan morfologi berupa bentuk daun pada bagian tepi bergerigi pertulangan menyiripdan memiliki trikoma, pada bagian pangkal tumpul, ujungnya runcing.Pada batang bentuknya bulat, arah tumbuhnya merayap, permukaannya kasar karena memiliki trikoma.Dan pada sistem perakarannya serabut, serta letak sporofilnya berada di bawah daun dengan bentuk  sporofil berbentuk seperti garis yang menyirip, Sehingga didapatkan nama spesies tersebut adalah Deparia confluens.
3.                   Pencandraan dibandingkan dengan gambar yang terdapat pada literatur yakni dengan adanya kesamaan morfologi berupa bentuk daun pada bagian tepi berlekuk, pertulangan sejajar, pada bagian pangkal runcing, ujungnya bertoreh. Pada batang bentuknya bulat, arah tumbuhnya tegak ke atas, permukaannya halus. Dan pada sistem perakarannya serabut, serta letak sporofilnya berada di lipatan daun bagian bawaah. Sehingga didapatkan nama spesies tersebut adalah Adiantum tenerum.
5.2    Saran
Saran dalam penelitian ini adalah:
1.      Diharapkan dalam penelitian selanjutnya, lokasi pengamatan diperluas.
2.      Diharapkan dalam penelitian selanjutnya terkait perbandingan spesies lebih teliti agar tidak terjadi kesamaan spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul.Dkk.2008.Dan Alampun Bertasbih. Jakarta: Balai Pustaka.
Cakmus, 2012. Gambar dan klasifikasi tumbuhan paku. Jakarta.
Dosen FMIPA USU. 2007. Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan. Medan: USU Press
https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-timur/coban-pelangi---gubuk-klakah-tumpang---malang
Large.M.F.1993.A Morphological Assessment of Adiantum hispidulum Swartzand A. pubescens Schkuhr (Adiantaceae: Filicales) in New Zealand. New Zealand Journal of Botany.Vol. 31(403)
Murdock, A. G. and A. R. Smith. 2003. Pteridophytes of Moorea, French Polynesia, with a new species Tmesipterisgracilis. Journal Pacific Science. 57(3): 253-265
Mustofa, Imam.  2009. Petunjuk praktikum Botani Phanerogamae. Bandung: FPMIPA UPI
Steennis, Van C.G.G.J. 1988. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Terjemahan Moeso Surjowinoto. Edisi 7. Jakarta: Pradnya Paramita.
Tjitrosoepomo Gembong. ,  1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Tjitrosoepomo, Gembong. 1988. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Tjitrosoepomo, gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press

Tidak ada komentar: