LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) DI COBAN PELANGI
PTERIDOPHYTA
DosenPengampu:
Sulisetjono M.Si
Ainun Nikmati Laily M.Si
Kelompok 4:
1.
Ari
Mustofa (13620111)
2.
Nurullah
Alifatin Nisa (13620105)
3.
Eka
Fitriyah (13620121)
4. Malinda F.I (13620122)
5. Army Purwanti (13620118)
6.
Nurul Baroroh (13620119)
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah berfirman
dalam surat Thaaha ayat 53 yangberbunyi:
“
Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan yang telah menjadikan bagimu
di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan, maka kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam”.
Ayat
tersebut menyeru kepada kita manusia bahwa Allah dalam surat diatas menciptakan
dimuka bumi ini bermaca - macam tumbuhan. Mungkin yang saat ini menjadi
pengamatan kita adalah tumbuhan paku atau pterydophyta. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang
warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat
dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun(Gembong. 1994).
Menurut Gembong (1994) divisi Pteridophyta
dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae,
Equisetinae dan Filiciane. Dan menurut Steennis (1988), tumbuhan paku- pakuan
dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae, Equicetaceae,
Selagillaceae, Lycopodiaceae, Ophiglossaceae, Schizaeaceae, Gleicheniaceae,
Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan Polypodiaceae. Di beberapa klasifikasi
diatas kita akan mememukan beberapa tumbuhan paku yang bermacam - macam bentuk
nya.
Oleh karena itu, KKL di coban pelangi ini
sangat perlu dilakukan sebagai tadabbur kita tethadap ayat diatas. Dan salah
satu cara kita tugas kita mahasiswa biologi yang harus mengetahui
keanekarahaman tumbuhan paku yang dari san kita dapat mengetahui kebesaran dan
kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk hidupnya di muka bumi.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari KKL botani tumbuhan
berpembuluh sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah sistem pencandraan dan
perbandingan ciri - ciri morfologi dari Deparia confluens?
2.
Bagaimanakah sistem pencandraan dan
perbandingan ciri - ciri morfologi dari Adiantum tenerum?
3.
Bagaimanakah sistem pencandraan dan
perbandingan ciri - ciri morfologi dari Davallia dentikulata
1.3 Tujuan
Tujuan dari KKL botani tumbuhan berpembuluh
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui sistem pencandraan dan
perbandingan ciri - ciri morfologi dari Deparia confluens.
2.
Untuk mengetahui sistem pencandraan dan
perbandingan ciri - ciri morfologi dari Adiantum tenerum.
3.
Untuk mengetahui sistem pencandraan dan
perbandingan ciri - ciri morfologi dari Davallia dentikullata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan
Paku (Pterydhophyta)
2.1.1 Coban Pelangi
Coban Pelangi atau air terjun Pelangi, adalah
salah satu wilayah konservasi alam di bawah perlindungan perum perhutani
berjarak 10 Km dari kecamatan Tumpang dan 32 Km dari kota Malang. Air terjun
ini berada d kawasan pegunungan yang terjal dan berliku, dengan kemiringan di
atas 45 derajat berada pada 8,0109° LS; 112,8607° BT; 1.299,5 m dpl.Untuk
menuju air terjun, pengunjung akan melewati medan berbukit dengan kemiringan
mencapai sekitar 45°. Setelah melewati bukit kurang lebih 15 menit, selebihnya
adalah menyusur jalur di atas anak sungai (Eastjava. 2013).
Air terjun di Coban Pelangi mengalir dari
sebuah tebing dengan ketinggian 30 M. Terdapat sebuah pondok yang di siapkan
sebagai fasilitas untuk menikmati keindahan air terjun di Coban Pelangi ini.
Bila beruntung, para pengunjung juga bisa menyaksikan pelangi yang terbias dari
pucuk-pucuk tebing, dimana menjadi asal mula penamaan coban ini (Eastjava.
2013).
Peta dan Koordinat GPS: 8° 1' 32.27"
S 112° 49' 1.06" E
Aksesbilitas
Berjarak seklitar 2 km dari desa Gubuk Klakah atau sekitar ± 32 km sebelah timur kota Malang. Untuk mengunjungi coban yang terletak di Sungai Amprong ini, arahkan perjalanan menuju Tumpang, dilanjutkan menuju Desa Gubug Klakah. Hati-hati karena setelah melewati desa, jalan mulai menanjak dan berkelok. Air terjun ini berada sebelum masuk pertigaan Jemplang (yaitu pertigaan menuju Gunung Semeru dan Gunung Bromo) usai melewati Desa Gubuk Klakah disebelah kanan jalan ini akan terlihat jelas gapura bertuliskan air terjun Coban Pelangi (Sites.google.com).
Aksesbilitas
Berjarak seklitar 2 km dari desa Gubuk Klakah atau sekitar ± 32 km sebelah timur kota Malang. Untuk mengunjungi coban yang terletak di Sungai Amprong ini, arahkan perjalanan menuju Tumpang, dilanjutkan menuju Desa Gubug Klakah. Hati-hati karena setelah melewati desa, jalan mulai menanjak dan berkelok. Air terjun ini berada sebelum masuk pertigaan Jemplang (yaitu pertigaan menuju Gunung Semeru dan Gunung Bromo) usai melewati Desa Gubuk Klakah disebelah kanan jalan ini akan terlihat jelas gapura bertuliskan air terjun Coban Pelangi (Sites.google.com).
Dari area pintu masuk Coban Pelangi yang berada
di atas tebing setinggi sekitar 100 meter, perjalanan dilanjutkan dengan
berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang menurun dan melintasi jembatan. Jarak
tempuh jalan ini sekitar 1, 5 km hingga lokasi air terjun berada
(Sites.google.com).
2.1.2 Tumbuhan Paku
Dunia tumbuhan secara
umum dibagi mejadi 5 kelompok besar
dalam divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang
paling komplek yaitu Divisio Schyzophyta yaitu tumbuhan belah; yang
menjadi anggota Schizophyta adalah semua tumbuhan yang cara
reproduksinya dengan membelah diri, inti sel belum berdinding dan secara umum
bersifat uniseluler. Contoh dari Divisio Schizophyta adalah bakteri dan
alga biru. Divisio berikutnya adalah Divisio Thallophyta, yaitu kelompok
tumbuhan yang dapat multiseluler ataupun uniseluler namun sudah memiliki inti
yang sesungguhnya. Contoh dari Divisio Thallophyta adalah alga dan
jamur. Meningkat pada kelompok tumbuhan lain yang struktur akar dan batangnya
belum ada, namun sel telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi adalah
kelompok Bryophyta. Pteridophyta adalah divisio yang semua anggotanya
telah memiliki akar, batang dan daun yang sudah jelas. Perkembangbiakan secara
generatif dilakukan dengan menggunakan spora(Tjitrosoepomo, 1988).
Anak suku
Asplenieae; sorus di samping pada taju-taju daun, memamjang, mempunyai
indusium. Dari anak suku ini yang terkenal adalah(Dosen FMIPA USU, 2007):
1.
Asplenium; sorus bangun garis atau sempit memanjang, terletak disamping tulang cabang, serong atau hamper tegak pada ibu tulang. Indusium sesuai dengan sorusnya. Daun tidak dapat lepas dari rimpang, menyirip, atau menyirip ganda.
Urat-urat daun bebas atau bersambungan dengan tulang tepi. Paku tanah atau epifit. Yang paling umum di Indonesia ialah A.
Nidus(paku sarang) .
2.
Blechnum; sorus berbentuk garis pada sisi bawah daun, kadang-kadang sepanjang tepi daun yang fertil, tetapi dapat pula
menutupi seluruh sisi bawah kecuali ibu tulang.
Ada indusium,
dan jika letak sorus ditepi daun,
indusium berasal dari tepi daun itu.
Dan tidak terlepas dari rimpang, berbagai menyirip atau menyirip, jarang tunggal dan tidak terbagi
2.1.3 Adiantum tenerum
Suplir (Adiantum Tenerum) adalah
sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang
termasukdalam genus Adiantum famili Polipodiaceae. Sebagai
tumbuhan paku-pakuansuplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. perbanyakan generatif suplir
dilakukan dengan spora yang terletak
pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa.
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain.
Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus
merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora
terlindungi oleh sporangiumyang dilindungi oleh indusium (Large,1993).
Tumbuhan suplir merupakan tumbuh-tumbuhan yang
berkembang biak dengan spora. Tumbuhan Suplir dimasukkan dalam golongan
tumbuhan paku-pakuan (Pteridophyta) tumbuhan ini masuk kedalam kelaompok
Pterudophyta karena sudah dapat dibedakan antara batang, daun, dan akar. Pada
umumnya hidup di atas tanah dengan cara bergerombol dan mempunyai akar serabut
yang ujung akarnya dilindungi kaliptra. Kebanyakan hidup di tempat-tempat yang
terlindung (sahdefern). Paku tanah atau suplir telah memiliki organ tubuh yang
sesungguhnya seperti akar, batang dan daun. Daun pada tumbuhan paku suplir
beraneka ragam(Large,1993)..
Tangkai entalnya khas,
berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa.
Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam
bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker ) seperti tangkai biola
(disebut circinatevernation ) dan perlahan-lahan membuka.Akarnya serabut dan
tumbuh dari rizoma. Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting.
Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hiasyang
bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang
gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih
tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium(Large,1993)..
Paku tanah, tinggi 0,25 -1,30 m. Akar rimpang
tegak semakin menaik, atau memanjat, berdaun rapat dan pendek. Tangkai daun gundul 10-40
cm. Daun majemuk yang besar menyirip ranngkap 3-4 tegak atau
melengkung menggantung, panjang 15-90 cm. Anak daun penempatannya
berseling sepanjang poros sirip, gundul, sepanjang tepi atas bercangap,
bulat telur, oval atau bulat telur terbalik, dengan pangkal berbentuk baji atau
tumpul, 1-3 kali 0,5-2,8 cm. Tangkai anak daun pada ujungnya menebal dan
di sana berruas dengan anak daun (sehingga tangkai daun
tertinggal setelah daun rontok), gundul. Sori pada sisi bawah daun di
bawah tepi taju daun yang menggulung tepi daun tersebut juga berfungsi menjadi
selaput penutup, melintang memanjang sampai pendek berbentuk garis, lurus atau
bengkok(Large,1993).
Berdasarkan fungsi daun pada tumbuhan paku
suplir ini ada dua macam jenis daun yaitu: Daun tropofil (daun untuk
fotosintesis saja / Daun steril) dan daun sporofil (daun penghasil spora/ daun
fertil ). Dan berdasarkan ukurannya tumbuhan paku suplir ada dua macam jenis
daun yaitu Daun Makrofil dan Daun Mikrofil(Large,1993).
Siklus hidup tanaman suplir dimulai dari
tanaman yang sudah dewasa yaitu ditandai dengan jatuhnya spora yang telah
matang atau melompat ke luar dari kotak spora. Apabila spora tersebut jatuh di
tempat yang cocok (tanah yang subur), maka spora itu akan tumbuh menjadi suatu
badan/lembaran hijau yang disebut prothallium (prothallus), Prothallus ini
biasanya berklorofil, sehingga bisa berasimilasi, Sedang untuk mengambil
makanannya dari dalam tanah prothallus ini akan menggunakan rhizoidnya, Pada
prothallus ini akan terbentuk gametangium yakni berupa antheridia yang
menghasilkan spermatozoid dan archogenium menghasilkan sel telur, Selanjutnya
dengan perantaraan medium air yang ada disekitar prothallus, spermatozoid akan
bergerak menuju archogonium, Pertemuan dua sel kelamin ini akan menghasilkan
zigot, Kemudian zigot ini akan terus berkembang membelah diri dan akhirnya
terbentuklah sporophit muda, Sporophit muda inilah yang akan tumbuh terus
menjadi tumbuhan paku yang kemudian akan menghasilkan spora kembali(Large,1993).
Adiantum berasal dari India Barat. Dari dataran
rendah sampai cukup tinggi di pegunungan, sangat banyak dipelihara menjadi
tanaman perhiasan. Pada tembok tua dan dinding tanah kadang-kadang menjadi
liar. Tanaman suplir (Adiantum tenerum Sw.) ialah tanaman
hias daun yangperlu mendapat perhatian untuk dikembangkan di Indonesia agar
tidak punah. Perbanyakan secara generatif menggunakan spora, sedangkan
perbanyakan vegetatif menggunakan pemisahan rumpun atau anakan.Pada perbanyakan
tanaman suplir dengan menggunakan pemisahan rumpun, faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman suplir ialah media tanam. Permasalahanyang sering terjadi
pada media tanam suplir ialah drainase dan aerasi yang tidak baiksehingga
rumpun suplir akan mengalami kelayuan daun, akar rusak (membusuk) sehingga
akhirnya suplir mati. Media tanam yang ideal bagi tanaman suplir ialahmedia
tanam yang cukup lembab (RH 50 % – 80 %), memiliki porositas yang baik,
sehingga drainase dan aerasinya bagus (Large,1993).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat
Kuliah
kerja lapangan (KKL) tentang pengamatan pterydophyta ini dilaksanakan pada hari
sabtu tanggal 14 maret 2015 pada pukul 09.30 WIB. Bertempat di Coban Pelangi
kecamatan tumpang kota malang kabupaten malang jawa timur.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan pterydophyta ini adalah,
sebagai berikut:
1.
Alat
tulis 3 buah
2.
Papan
dada 3 buah
3.
Penggaris 1 buah
4.
Kamera 1 buah
5.
Penghapus
1 buah
3.2.2.1
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan pterydophyta ini adalah,
sebagai berikut:
1.
Lembar
kerja 3 lembar
2.
Buku
identifikasi 1 buah
3.
Adiantum tenerum
4.
Deparia confluens
5. Davallia denticullata
BAB
IV
HASIL
dan PEMBHASAN
4.1 Davallia denticulata
4.1.1 Hasil
Hasil pengamatan pada spesies Davallia denticulata adalah sebagai berikut:
4.1.2 Pembahasan
Spesies ini mempunyai klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom: Plantae
Divisi: Pterydophyta
Clasis: Filicinae
Ordo: Davalliales
Family: Polypodiceae
Genus:
Davallia
Species: Davallia denticulata(Cakmus,2010)
Spesies ini merupakan
salah satu spesies tumbuhan paku yang kami dapat identifikasi dari hasil KKL
kami di coban pelangi kemarin yang dilakukan pada tanggal 14 maret 2015.
Spesies ini mempunyai ciri morfologi sebagai berikut, mempunyai perawakan terna
atau herba,mempunyai akar serabut,batangnya berupa terna dan berada dibawah
tanah. Arah tumbuh yang dimiliki oleh batang spesies ini adalah merayap dengan
stolon, bentuk batangnya bulat, permukaan batangya terdapat rambut,dan bentuk
batangnya bulat serta tidak mempunyai cabang dan berwarna coklat.
Selain itu ciri
morfologi yang tampak yang dimiliki oleh Davallia ini adalah spesies ini
mempunyai daun dengan tipe daun tunggal, termasuk daun tak lengkap, dengan tepi
daun bergerigi, pangkalnya tumpul, ujung daunnya runcing, permukaannnya
berambut dan mempunyai pertulangan yang sejajar. Selain itu peruratan yang
dimiliki oleh daun spesies ini mencapai tepi daun dan mempunyai tekstur yang
sedikit kasar karena terdapat trikoma.
Selain
batang dan daun, yang dapat dilihat secara nyata yaitu, tumbuhan ini mempunytai
entalpi. Entalpi berbentuk panjang dan berjumbai serta menyirip. Pada tangkai
entalpi ini berwarna coklat gelap dan mengkilap. Mempunyai indusial berbentuk
corong. Smith (1793:157) menyebutnya dengan indusial. Indusial ini berada pada
bagian dasar dan berbentuk seperti cagkir.
Menurut
Mustofa (2009), davallia mempunyai Rimpang yang kuat, berdaging kuat, berdaging
dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi
oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berumbai,
panjangnya sampai 1 m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau
empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk
segitiga dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan
daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Indusia
berbentuk hampir menyerupai setengah lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm.
Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak
diri.
Davallia
merupakan salah satu genus dari 40 jenis pakis. Davalliia merupakan tumbuhan
epifit. bila dilihat secara langsung, maka tumbuhan ini mempunyai cirri-ciri
antara lain rimpangnya kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta
daunnya berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya
mengkilat sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua.
daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap
dengan ruaas-ruas yang panjang, bersisik rapat. Sisik berwarna pirang
(Tjitrosoepomo,2009:279).
Davallia
merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase
gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang
berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak
berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak
berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari
prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid
atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau
sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid
berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang
pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan baru (Aziz,2008).
Tjitrosoepomo
(2009:279) menyatakan bahwa Davallia memiliki sorus yang bulat
atau memanjang, dimana sorus ini terletak pada sisi bawah daun, atau
disepanjang tepi daun, dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini
terdapat pada pangkal dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium
berlekatan pada permukaan daun sehingga bentuknya kurang lebih seperti
piala dan terbuka pada arah ketepi daun.
4.2 Deparia confluens
4.2.1
Hasil
Hasil pengamatan pada spesies Deparia confluens adalah sebagai
berikut:
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
(Murdock,
2003)
|
Keterangan:
1.
Perawakan Terna
2.
Akar Serabut
3.
Memiliki Trikoma
4.
Sporofilnya terletak di bawah daun
5.
Susunannya berhadapan
6.
Daun majemuk
7.
Tepi bergerigi
8.
Pangkal tumpul
9.
Ujung meruncing
10.
Permukaan kasar
11.
Sorus bergaris di bawah daun
Klasifikas:
Divisio: Pteridophyta
Classio: Pteridopsida
Ordo: Blechnales
Familia: Athyriaceae
Genus: Deparia
Spesies: Deparia confluens
4.2.2
Pembahasan
Hasil
pengamatan yang dilakukan di Cuban
Pelangi pada spesies yang tergolong kelas pteridopsida yakni memiliki ciri
sporofil di bawah daun berwarna merah kecoklatan dan sorusnya di bawah daun.
Jika dibandingkan dengan dasar teori oleh Dosen FMIPA USU(2007) bahwa spesies
ini juga tergolong dalam anak suku asplenieae dengan ciri yang hampir sama
dengan anak suku yang terkenal pada anak suku ini yakni Blechnum, yang
mana sorus berbentuk garis pada sisi bawah daun, kadang-kadang sepanjang tepi
daun yang fertil, tetapi dapat pula menutupi seluruh sisi bawah kecuali ibu
tulang. Ada indusium, dan jika letak sorus ditepi daun, indusium berasal dari tepi
daun itu. Dan tidak terlepas dari rimpang, berbagai menyirip atau menyirip,
jarang tunggal dan tidak terbagi.
Selanjutnya
dalam pengklasifikasian dibandingkan dengan gambar yang terdapat pada Journal
Pacific Science oleh Murdock (2003) yakni dengan adanya kesamaan morfologi
berupa bentuk daun pada bagian tepi bergerigi pertulangan menyiripdan memiliki
trikoma, pada bagian pangkal tumpul, ujungnya runcing.Pada batang bentuknya
bulat, arah tumbuhnya merayap, permukaannya kasar karena memiliki trikoma.Dan
pada sistem perakarannya serabut, serta letak sporofilnya berada di bawah daun
dengan bentuk sporofil berbentuk seperti
garis yang menyirip, Sehingga didapatkan nama spesies tersebut adalah Deparia
confluens.
4.3 Adiantum tenerum
4.3.1
Hasil
Hasil pengamatan pada
spesies Adiantum tenerum adalah sebagai berikut:
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
literature
|
|
(Cakmus,
2012)
|
Klasifikasi:
Kingdom:
Plantae
Subkingdom:
Tracheobionta
Divisi:
Pteridophyta
Kelas:
Pteridopsida
SubKelas:
Polypoditae
Ordo:
Polypodiales
Familia:
Adiantaceae
Spesies:
Adiantum
tenerum Sw (Cakmus, 2010)
4.3.2
Pembahasan
Pengamatan Adiantum tenerum ini
dilakukan di Coban Pelangi Malang. Berdasarkan pengamatan secara langsung yang
dilakukan di Coban Pelangi bahwa Adiantum tenerum banyak ditemukan
disana. Hampir setiap tempat ada spesies Adiantum. Jika dibandingkan dengan
dasar teori oleh Large (1993)bahwa Adiantum tenerum ini termasuk tumbuhan paku dari
divisi Pterodophyta.Tanaman ini disebut juga dengan tanaman suplir.
Menurut
Large (1993) bahwa daun Adiantum tenerum adalah
Makrofil ukurannya lebih besar, menyirip ganda. Daun yang makrofil (berdaun
besar) dengan posisi yang berseling- seling serta daun yang menyerupai kipas.
Bentuk daunnya bulat telur, persegi panjang, delta, jajar genjang, dan belah
ketupat, Susunan daun tumpang tindih ,bersirip tunggal, bersirip ganda, ada
juga susunan daunnya pada bagian bawah besar sedang pada bagian ujungnya
mengecil sehingga mirip ekor. Tekstur daunnya lembut dan tipis, tetapi ada juga
yang keras dan kaku. Daun Adiantum tenerum berwarna hijau mengkilap.
Pada bagian daun terdapat tulang daun dan telah mempunyai mesofil (dagingdaun).
Batang
tanaman suplir hitam mengkilat berduri tegak atau semi tegak dan dijumpai
sisik-sisik yang lunak atau keras. Batang bercabang-cabang dan berupa tongkat
(rhizome) yang terdapat banyak daun. Susunan anatomi batang terdiri dari
epidermis, korteks dan stele. Pada ujung batang terdapat jaringan meristematik
yang membentuk akar dan batang.
Akar
dari Adiantum tenerum adalah rimpang tegak, yang akar sejatinya semakin
menaik atau memanjat. Akar berupa rhizome beruas pendek yang muncul
akar-akar berupa serabut. Pada ujung
akar dilindungi oleh kaliptra atau tudung akar. Di belakang kaliptra terdapat
titik tumbuh berupa sebuah sel yang berbentuk bidang empat, yang kearah luar
membentuk sel-sel kaliptra, sedangkan jika menuju kearah dalam membentuk
sel-sel akar.
BAB
V
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Pencandraan dibandingkan dengan gambar yang
terdapat pada literatur yakni dengan adanya kesamaan morfologi berupa bentuk
daun pada bagian tepi bergerigi, pertulangan sejajar dan memiliki trikoma, pada
bagian pangkal tumpul, ujungnya runcing. Pada batang bentuknya bulat, arah
tumbuhnya merayap, permukaannya kasar karena memiliki trikoma. Dan pada sistem
perakarannya serabut, serta letak sporofilnya berada di bawah daun. Sehingga
didapatkan nama spesies tersebut adalah Davallia denticulata.
2.
Pencandraan dibandingkan
dengan gambar yang terdapat pada Journal Pacific Science oleh Murdock (2003)
yakni dengan adanya kesamaan morfologi berupa bentuk daun pada bagian tepi
bergerigi pertulangan menyiripdan memiliki trikoma, pada bagian pangkal tumpul,
ujungnya runcing.Pada batang bentuknya bulat, arah tumbuhnya merayap,
permukaannya kasar karena memiliki trikoma.Dan pada sistem perakarannya
serabut, serta letak sporofilnya berada di bawah daun dengan bentuk sporofil berbentuk seperti garis yang
menyirip, Sehingga didapatkan nama spesies tersebut adalah Deparia
confluens.
3.
Pencandraan dibandingkan dengan gambar yang
terdapat pada literatur yakni dengan adanya kesamaan morfologi berupa bentuk
daun pada bagian tepi berlekuk, pertulangan sejajar, pada bagian pangkal
runcing, ujungnya bertoreh. Pada batang bentuknya bulat, arah tumbuhnya tegak
ke atas, permukaannya halus. Dan pada sistem perakarannya serabut, serta letak
sporofilnya berada di lipatan daun bagian bawaah. Sehingga didapatkan nama
spesies tersebut adalah Adiantum
tenerum.
5.2
Saran
Saran dalam penelitian ini adalah:
1.
Diharapkan
dalam penelitian selanjutnya, lokasi pengamatan diperluas.
2.
Diharapkan
dalam penelitian selanjutnya terkait perbandingan spesies lebih teliti agar
tidak terjadi kesamaan spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz,
Abdul.Dkk.2008.Dan
Alampun Bertasbih. Jakarta: Balai Pustaka.
Cakmus,
2012. Gambar
dan klasifikasi tumbuhan paku. Jakarta.
Dosen
FMIPA USU. 2007. Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan. Medan: USU Press
https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-timur/coban-pelangi---gubuk-klakah-tumpang---malang
Large.M.F.1993.A Morphological Assessment of Adiantum hispidulum Swartzand
A. pubescens Schkuhr (Adiantaceae: Filicales) in New Zealand. New
Zealand Journal of Botany.Vol. 31(403)
Murdock,
A. G. and A. R. Smith. 2003. Pteridophytes of Moorea, French Polynesia,
with a new species Tmesipterisgracilis. Journal Pacific Science. 57(3):
253-265
Mustofa,
Imam. 2009. Petunjuk praktikum Botani Phanerogamae. Bandung:
FPMIPA UPI
Steennis, Van
C.G.G.J. 1988. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Terjemahan Moeso Surjowinoto.
Edisi 7. Jakarta: Pradnya Paramita.
Tjitrosoepomo
Gembong. , 1989. Taksonomi
Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Tjitrosoepomo,
Gembong. 1988. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Tjitrosoepomo,
gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar